1 - [Started]

235 16 7
                                    

[Edited]


Vasily melangkahkan kakinya sepanjang koridor keras-keras. Meninggalkan suara nyaring dibelakangnya, tapi ia tidak peduli. Kekesalanya menggebu-ngebu hingga ia pikir ada gumpalan asap panas diatas kepalanya.

 "Sily!"

Sebuah panggilan dari suara nyaring Gabriella terdengar di setiap sudut lorong sekolah. Memutar bola matanya jengah, Vasily memandang Gabriella yang tersenyum lebar.

"Kamu gak akan pernah percaya apa yang sekarang terjadi." Ucapnya dengan semangat mengebu-ngebu. Logatnya terdengar sangat jelas, benar-benar membuat Vasily iri.

"Apa?" Tanya Vasily, Gabriella tersenyum lebar.

"Kamu liat Rian, gak?" Katanya, mengecilkan suaranya seakan tengah berbisik.

"Memang kenapa?" Tanya Vasily balik, menatap gadis bermanik biru dihadapanya curiga.

Gabriella membuka mulutnya, tetapi ia menggurungkan niatnya untuk mengeluarkan suara.

"Kenapa?" Ulang Vasily, Gabriella bergeming. Memilih melenggang pergi tanpa menggucapkan sepatah kata apapun.

Vasily mematung, memandang Gabriella kesal. Ingin rasanya ia menjambak rambut Gabriella saking kesal merasa dipermainkan.

Belum sempat ia membalik tubuhnya, Vasily melihatnya diujung koridor. Menyapa Gabriella, tapi Vasily yakin diabaikanya. Laki-laki beriris biru terang itu berjalan mendekatinya, tersenyum lebar. Gadis batinya berteriak kegirangan, tapi Vasily tetap berwajah datar.

"Kamu nggambil fisika, kan?" Tanyanya penuh senyuman, sukses membangunkan kupu-kupu di perut Vasily.

Vasily mengganguk pelan, menolak menatap manik biru terang milik lelaki dihadapanya.

"Baiklah," Lanjutnya sebelum menarik tangan Vasily, membiarkan jantung Vasily meloncat kegirangan, membuatnya tersenyum lebar.

Kelas fisika ramai oleh ocehan tak terhenti dari mulut murid kelasnya. Tetapi Vasily bergeming dipojok ruangan, tenggelam dalam layar ponselnya. Vasily benar-benar memiliki ketergantungan denganya, tetapi ia tidak peduli.

Sebentar, memangnya siapa yang peduli?, Sebuah suara muncul dibenak Vasily, membuatnya mendengus kesal.

"Berhentilah memainkan benda bodoh itu" Sebuah suara membuatnya tersentak, kemudian memutar matanya jengah.

"Diamlah, Rian" Balasnya tak peduli, Rian terkekeh.

"Kamu gak boleh bergantung sama sesuatu" Ujarnya pelan, seperti sedang berbisik. "Aku disini"

Vasily tersenyum kecil, "Menjijikan"

"Gabriella mencarimu" Kata Vasily akhirnya, menatap Rian dengan alis terangkat.

Rian membelalakan matanya sejenak, kemudian terlihat menahan senyumnya.

"Aku curiga," Kata Vasily, tapi Rian hanya menggangkat bahunya kemudian nyegir lebar.

Manik milik Vasily menyisir ruangan mencarinya. Tetapi nihil, ia tidak berada dimanapun. Ketika otaknya mulai mencerna apa yang mungkin terjadi, ia tersenyum kecut. Dia tidak akan pergi kemanapun, kecuali ke tempat gadisnya. Dan itu menjadi salah satu alasan ia membeci sang gadis.

"Mencarinya?" Tanya Rian, ia menaik-turunkan alisnya dalam gerakan cepat.

"Sok tau"

Rian menggangukan kepalanya beberapa kali, seperti sedang berpikir. Tetapi gayanya yang seakan-akan sedang berpikir keras, dengan mengerutkan keningnya juga mengerucutkan bibirnya, membuat Vasily tersenyum kecil.

VasilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang