IV• {Run!!}

260 37 4
                                    

"jadi gimana hasil otopsi nya?" Tanya Jinan yang sedang bersandar di dinding depan pintu masuk toilet.

"Katanya, korban sempat ada perlawanan dengan pelaku. Dan beberapa tulang rusuk korban ... Patah" jawab Cindy dengan menghela nafas panjang.

"Siswa siswi udah di bubarin?" Lanjut tanya Cindy.

"Iya, tadi kepala sekolah ngancem. Kalo gak mau di hukum, maka harus masuk kelas" jawab Jinan, sambil terkekeh.

"Ngeri banget" gumam Cindy tidak menyangka.

"Eh! Tadi gue ketemu sama Gita lho" sombong Jinan ke Cindy.

"Hah? Iyakah? Mana?" Cerca Cindy dengan mata berbinar, dan menengok kanan kiri untuk mencari Gita.

"Hadeh cin ... Tadi! Sekarang mah dia pasti masuk kelas" sahut Jinan dengan menepuk dahi nya pelan.

"Bos ji!" Panggil seorang pria dengan pakaian rapi, tengah berjalan ke arah Cindy dan Jinan.

"Dapet laporan nya gak?" Tanya Cindy ketika pria itu sampai di dekat mereka.

"Sudah bos cinhap!" Jawab nya sambil berpose hormat.

"Terus hasilnya gimana?" Tanya Jinan di samping Cindy.

"Kata kesaksian para siswa dan guru. Tadi memang ada pemeriksaan, namun itu hanya berlaku ke kelas dua saja ... Kelas tiga maupun kelas satu tidak ada pemeriksaan. Dan yang aneh nya lagi ... Waktu korban di periksa isi tas dan tubuhnya, osis sekolah tidak menemukan pisau itu" jelas pria itu.

"Terus ... Korban dapet pisau dari mana?" Heran Cindy.

"Bos! Pak!" Panggil seseorang dari kejauhan, dengan ia berjalan cepat ke arah mereka bertiga.

"Kenapa? Ada apa?" Tanya pria itu kepada seseorang yang berjalan cepat tadi.

"Sa-saya nemuin pita dengan sidik jari tersangka, yaitu Graciana Shena Harlan" jawab nya dengan nafas yang sedikit tersengal sengal.

"Hah!!" Teriak terkejut ketiga orang itu, membuat seseorang tadi kaget.

"Jadi pelakunya nona Gracia?" Tanya Cindy bingung sekaligus shock.

"Jangan ngambil kesimpulan dulu cin ... Bisa aja itu jebakan, kita masih gak tau motif si pelaku" nasihat Jinan.

"Tapi ... Barang bukti tersebut sangat kuat, apalagi terdapat sidik jari nya lho bos ji" sahut pria yang berada di depannya.

"Kalau memang nona Gracia menjadi pelaku pembunuhan ini ... Memang motif nya apa? Bukan kah itu sangat gak berguna?" Sangkal Jinan dengan pendapat pria yang di depannya.

"Iya sih ... Lagi pula nona Gracia gak kekurangan apapun dari kecil, hidupnya mapan dan terpenuhi" sahut Cindy yang setuju dengan ucapan Jinan.

"Ada lagi barang bukti?" Tanya pria itu kepada orang tadi.

"Tidak pak! Saya cuma menemukan itu saja" jawab nya tegas.

"Yasudah, lanjutkan penyelidikan nya" perintah pria itu, orang tersebut pun mengangguk dan segera pergi dari sana.

"Mungkin cinta?" Sahut pria itu asal.

'hahaha' suara tawa antara Jinan dan Cindy.

"Hei! Kalian ngapain ketawa?" Tanya nya dengan kesal.

"Ayo lah ... Ren, nona Gracia itu cantik, sexy, imut, lucu. Disamain sama anak yang gak sesuai sama nona" jawab Jinan sambil terkekeh.

"Bener! Apalagi selera anak jaman sekarang tuh, milih yang perfect" tambah Cindy yang juga terkekeh.

"Ya ... Kan nebak" bela ren.

"Terus ... Sekarang kasusnya gimana?" Lanjut ren, atau Rendy.

"Ya minta bantuan" jawab Jinan enteng.

"Sama siapa emang?" Bingung Rendy menatap Jinan.



"Permisi" ucap seorang siswa, yang tengah ingin masuk ke suatu ruang kelas.

"Silahkan masuk aja nak" jawab sang guru yang sedang mengajar.

"Saya mau manggil yang namanya Agita, di panggil sama kepala sekolah" ucapnya untuk keperluan.

"Yang namanya Agita ... Mohon berdiri" ucap sang guru sambil sedikit berteriak.

Gita yang mendengar namanya di panggil pun, segera berdiri dan mengangkat tangan nya.

"Saya Bu" ucap Gita.

"Silahkan git bisa keluar" ucap guru itu mempersilahkan untuk keluar kelas.

Gita pun mengangguk, lalu berjalan ke arah depan. Sang siswa pun pamit ke sang guru lalu keluar dari kelas, diikuti Gita di belakang nya.

Gita dan siswa itu pun sampai di lantai 3, dan siswa tersebut meninggal kan Gita di sana.

"Gita!" Panggil Cindy senang, laki berlari memeluk Gita.

Gita yang lumayan terkejut pun sebisa mungkin, menahan pelukan yang agak keras datang.

Hup

Untung saja Gita bisa menyumbangkan tubuhnya dengan cepat, kalua tidak Cindy dan dia pasti terjatuh.

"Aduh! Keduluan" gumam Jinan yang berjalan mendekat ke arah gita dan Cindy.

"Siapa itu bos ji?" Tanya Rendy bingung dengan kedatangan Gita.

"Sepupu sekaligus adek gua ren" jawab Jinan dengan nada sedikit sombong.

"Terus ... Diang ngapain kesini?" Lanjut tanya Rendy penasaran.

"Lo liat aja ren, nanti Lo pasti kagum kok" jawab Jinan, membuat Rendy semakin penasaran.

"Kenapa kak ji?" Tanya Gita yang terlihat sudah terlepas dari pelukan Cindy.

"Nah! Git ... Sekarang tunjukkan aksi kamu!" Jawab Jinan dengan nada yang bersemangat.

"Oke ..." Balas Gita sambil menghela nafas nya.

Cindy dan Jinan pun tersenyum mendengar hal tersebut, lalu mereka berdua membawa Gita ke ruangan kepala sekolah. Diikuti oleh Rendy di belakangnya.

"Jadi ... Apa saja bukti yang kalian temukan?" Tanya Gita ke Rendy, Jinan dan Cindy.

"Sejauh ini ... Kita nemuin pita dengan sidik jari nona Gracia, lalu ada noda darah di dalam kamar mandi, tapi terhapus karena suatu hal, seperti terburu buru gitu." jelas Jinan ke Gita.

"Korban tewas 10 menit setelah ditemukan" tambah Cindy.

"Pak, kami sudah membawa nona Gracia. Namun beberapa teman nona ingin ikut" seorang polisi, tiba tiba datang.

Membuat Gita, Jinan, Rendy dan Cindy menoleh ke arah sumber suara. Dan ya! Di sana terdapat polis itu dan dibelakang nya terdapat Gracia dan circle nya.











To be continued






/

Unclock












Unclock

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rendy Erlangga







I am Smart?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang