Malam Minggu

424 51 5
                                    

Tuhan terimakasih telah kirimkan
Malaikat baik seperti dirinya
Sing sabar ngadepi gedene egoku
Tenang tak gelisah walauku sering bersalah

Sudah satu minggu Jungwoo memutar lagu jawa itu dan kalo boleh jujur Haechan merasa gumoh meski tak menampik makin kesini makin enak di dengar.

"Kamu bolos, dek?" tanya Jungwoo ketika mendapati si bungsu yang baru saja muncul dari balik gerbang. Setaunya sekolah adiknya sampai jam empat, sedangkan sekarang baru jam satu.

"Mana ada! Adek ngga pernah bolos, ya!" sergahnya tak terima.

Jungwoo tergelak lalu menepuk sofa kosong disebelahnya setelah menaruh gitar di samping kirinya dan mengusak surai Haechan yang lembut.

Oh, dia jadi ingat!

"Shampoo kamu itu yang mana, dek? Wangi gini astaga bayiiii abaanggg!!!"

Sepertinya tidak perlu Haechan jawab sebab abang-abangnya pun seharusnya tau ia memakai produk apa. Dan ini merupakan pertanyaan yang sering ia dengar, bosan sekali.

"Kita itu partner belanja kalo abang lupa!"

Lagi-lagi Jungwoo tergelak karena adiknya menjawab sambil memajukan bibirnya. Duh, ingin ia jawil atau unyel-unyel sekalian saja, boneka beruang satu ini, ya?

Tapi ia masih sayang nyawa. Saudaranya itu kalo menyangkut bungsunya selalu totalitas tanpa batas, termasuk dirinya.

Totalitas jahilnya.

"Dek, mau abang cium, ngga?"

Menatap ngeri, Haechan segera mengambil ancang-ancang untuk menghindari abang gilanya itu.

"HUWAAAAAA ABAANGGG TOLOONGGG!!!!!!!!!"

Makin terpingkal-pingkal saja Jungwoo melihat kelakuan adiknya yang gila. Atau dia yang gila?

JANCUK! Koe malah minggat ro liyane
REMUK! Ajur atiku sak kabeh
Frustasi sing tak rasakke sungguh terlalu dalam
Depresi tak tanggung dewe ku menangis dalam diam

"Wong gemblung!" batin Haechan ketika abangnya makin bernyanyi dengan keras, untung sayang.

Malam ini temanya barbeque-an bukan dalam rangka apa-apa. Tentu saja ide si bungsu karena gabut malam mingguan mau ngapain dan semuanya jomblo jadi mending masak-masakan aja.

"Aku juga mau bantu, abang.." rengek Mark seperti anak kecil ketika melihat Doyoung, Taeyong dan Jungwoo mulai mengeluarkan satu persatu bahan masakan.

"No no Mark Lee! Yang ada kita makan arang," ucap Doyoung tegas.

"Tapi adek boleh ikutan?" katanya lagi tidak terima sambil menunjuk Haechan yang sedang menyiapkan perapian dengan Johnny dan Jaehyun.

"Mending kamu ikut abang beli kembang api, yuk! Tadi udah lumayan banyak dinyalain," ajak Yuta sambil menarik lengan adik pangais bungsunya. 

"Nah, udah mantap! Tolong ambilkan dagingnya di bubu dek," titah Johnny ketika pemanggangnya sudah siap.

"AY! AY! CAPTAIN!"

Awalnya sih memang cuma ide gabut si bungsu. Tapi setelah mereka pikirkan bersama, agaknya sudah lama tidak melakukan family time dengan formasi lengkap. Maka, tadi siang dengan tiba-tiba Taeyong mengajak semuanya untuk ikut belanja.

Wkwk beneran semuanya ikut!
Tumben banget manusia-manusia sibuk itu mau-mau aja.

Butuh dua mobil untuk membawa para bongsor keluarga Lee keluar bersamaan. Secara serempak mereka berpikiran untuk belanja bulanan mending arak-arakan saja. Soalnya supermarket  berasa milik sendiri karena mereka rombongan satu RT.

Bukan Matahari Bila Tak Menyinari | Lee Haechan NCT 127Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang