Sunghoon terbangun dengan menemui Jake yang sudah tidak berada di sisinya. Dengan sedikit panik, pria itu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan guna mencari atasannya tersebut.
Yang dimana, Jake sendiri, pria itu baru saja keluar dari kamar mandi. Tersenyum dan menyapa Sunghoon yang baru saja terbangun dari tidurnya.
"Good morning." Jake mendudukkan dirinya di pinggiran ranjang.
"Morning, apa kau akan pergi ke kantor?" tanya Sunghoon merehatkan kepalanya di bahu Jake dari belakang pria mungil itu.
Jake mengangguk, "Hoon, aku perlu kau untuk mengantarkan beberapa dokumen ke kantor tuan Park nanti, apa kau mau?" tanyanya kemudian.
Seketika tubuh Sunghoon membeku mendengar nama itu, pikirannya kembali ke kejadian kemarin. Dimana dia sadar jika Jay sudah tak mengenalinya lagi.
"B-Baiklah.. aku akan mengantarkannya."
Kantor Jay...
Sunghoon menghela nafas paling dalamnya sebelum melangkah masuk ke dalam gedung kantor milik teman sekolah menengahnya itu.
Sunghoon dengan langkah pastinya dengan cepat menuju ke ruangan yang sudah ditunjukkannya. Dan ketika sampai disana, Sunghoon seperti menyesali semua keputusannya.
"Maaf, sepertinya tuan Park tidak hadir hari ini, jika boleh, kau bisa menitipkan berkasnya di sini." ucap sang sekertaris kepada Sunghoon.
Sunghoon tersenyum dan menggeleng, dia tidak bisa menitipkan berkasnya itu kepada sang sekertaris. Seperti kata Jake tadi, dia harus memberikannya langsung kepada Jay.
"Jika kau masih bersikeras, aku bisa memberikanmu alamat tuan Park supaya bisa memberikan berkas itu secara langsung kepada beliau." imbuh sekertaris Jay kemudian.
Membuat Sunghoon sedikit terkejut dengan hal itu. Namun di sisi lain, Sunghoon merasa sedikit lega karena hal itu, pekerjaannya dapat cepat selesai dengan begini.
"Baiklah, aku akan pergi ke tempatnya."
Sunghoon pun akhirnya mendapatkan alamat dari seseorang yang pernah menolaknya di masa lalu itu.
Dengan kecepatan penuhnya, Sunghoon segera melajukan mobilnya ke area perumahan mewah di kota itu.
Sunghoon tak terkejut dengan semua ini. Dari zaman sekolah menengah, semua orang juga tau jika Jay memanglah seorang anak dari orang kaya.
Mobil Sunghoon kini sudah sampai di depan sebuah gerbang mansion mewah yang sungguh itu membuat dirinya merasa sangat kecil dan tak berdaya sekarang.
Dengan tangan gemetarnya, Sunghoon memencet bel dari mansion besar tersebut. Yang tak lama, seorang sekuriti membukakan gerbang untuk dirinya itu.
"Maaf, apakah benar ini kediaman dari tuan Jay Park?" tanya Sunghoon memastikan kepada petugas keaman itu.
Sang sekuriti mengangguk, "Anda siapa ya? apakah anda ada keperluan dengan tuan Park?" tanyanya balik.
Sunghoon mengangguk, "Aku perlu bertemu dengannya, soal bisnis dengan Sim Corporation." jawabnya menjelaskan.
Sekuriti itu menatap Sunghoon dengan lamat, memeriksanya dengan teliti bak Sunghoon adalah seorang kriminal.
"Baiklah, kau boleh masuk." final sekuriti itu sebelum mempersilahkan Sunghoon masuk ke dalam mansion.
Dengan dipandu seorang maid, Sunghoon diarahkan dan dipersilahkan duduk di ruang tamu yang menurutnya sudah bak seperti di dalam istana itu.
"Apa anda menginginkan teh?" tanya maid itu kepada Sunghoon.
Sunghoon menggeleng sopan menolak tawaran maid itu, "Tak perlu, aku akan segera pergi."
Maid itu hanya tersenyum, "Baiklah, tuan Park akan segera kesini."
Sunghoon pun menunggu kedatangan Jay untuk beberapa saat di sofa ruang tamu itu. Sebelum seorang pemuda mengejutkannya dengan suara melengkingnya.
"Oh! tuan Park! apakah itu kau?! ayah bilang kau akan datang hari ini, shit kau benar-benar cantik."
Sunghoon dengan bingung dan panik menatap kearah pemuda yang tengah membual hal yang dirinya sendiri tak terlalu paham itu.
"Wait, aku perlu memperkenalkan diriku, aku Park Sungho, aku adalah putra dari Jay Park." ujar pemuda itu memperkenalkan dirinya.
Yang dimana, itu membuat Sunghoon benar-benar terkejut seketika. Dirinya tak salah dengar bukan, kenapa putra Jay ini seperti sangat menunggu kedatangannya.
"Maaf, darimana kau mengenalku?" tanya Sunghoon dengan pelan, berharap jika dia masih sopan kepada pemuda itu.
Sungho tersenyum dan meraih kedua telapak Sunghoon untuk digenggamnya, "Ayah selalu menceritakan tentang dirimu!"
"Kau benar-benar tak jauh dari apa yang ayah katakan kepadaku!" seru Sungho dengan penuh semangat.
Apa? Jay menceritakan dirinya kepada putranya. Apa maksudnya? apa Jay memang tak pernah melupakannya?
Namun kemarin? Jay bahkan tak sekalipun menatap dirinya? Ada sesuatu yang tidak beres dengan ini semua.
"Sungho! kenapa kau disini? bukankah kau seharusnya bersama dengan tutormu?" sahut seseorang tiba-tiba.
Yang mana, seseorang itu dengan cepat menarik perhatian dari kedua pria lain yang masih terduduk di sofa ruang tamu.
"Ayah, kenapa kau tak mengatakan jika tuan Park akan kesini?! padahal aku bisa menyiapkan sesuatu untuknya terlebih dulu." gerutu Sungho dengan kesal kepada seseorang itu yang tak lain adalah sang ayah, Jay.
Jay terkekeh dan menarik Sungho menjauh dari Sunghoon, "Sudahlah, pergilah ke kamarmu sana! ayah dan tuan Park ada urusan pekerjaan." titahnya.
Sungho dengan kesal meninggalkan ruang tamu atas perintah ayahnya itu. Namun sebelum pergi, dia tak lupa untuk mengucapkan salam perpisahan kepada Sunghoon, dan berharap jika mereka bisa bertemu lagi nanti.
"So you got something for me?" tanya Jay mendudukkan dirinya di single sofa yang berada di seberang Sunghoon.
Sunghoon tak menjawab, dia hanya mengangguk dan mengeluarkan sebuah map kertas dan menaruhnya diatas meja.
Namun sebelum Jay dapat mengambilnya, dengan cepat Sunghoon menahan tumpukan kertas itu dengan tangannya.
"Tapi sebelum itu, bisakah kau menjelaskan kepadaku, apa yang baru saja putramu itu katakan, Jay?" tanyanya memandang Jay dengan tatapan bertanyanya.
Jay tersenyum miring dan berdiri dari duduknya, "Well, you heard from him, i really think you're pretty, Park Sunghoon."
Ucap Jay setelahnya meninggalkan ruang tamu. Meninggalkan Sunghoon dengan mulut menganganya dan pikiran dan hati terkejutnya.
'The fuck is that man thinking?'
•
•
•
TBC.
YOU ARE READING
Strong | JayHoon ✓
RomanceJika Sunghoon tahu dia akan kehilangan segalanya. Lebih baik dia memilih untuk diam. Namun apakah itu keputusan yang tepat untuknya? Entahlah hanya takdir yang tahu. Strong - JayHoon Start : 18.10.24 End : 18.10.24 [baku ; end]