28

2.3K 218 53
                                    

KALAU VOTE SAMA KOMENTAR RAME LILI BAKAL CEPET UPDATE CHAPTER SELANJUTNYA
.
.
.
.
.
.
...

"Terima kasih Sunghoon-shi"

Jake baru saja datang menghampiri Park Sunghoon yang sedang duduk seorang diri di ruang tamu dengan sekotak lego di haadapannya

"Sama-sama. Saya harap kalian bisa segera menyelesaikan masalah dan berbaikan" balas Park Sunghoon

Jake tidak membalas, ia tertunduk dengan pandangan kosong namun terlihat jelas kesedihan dan frustasinya.

Jika kalian bingung bagaimana bisa Jake berada di rumah Park Sunghoon, maka jawabannya adalah karena mereka adalah rekaan kerja. Hanya sebatas rekan dan tidak saling mengenal dekat, hanya saja setelah mendengar racauan Heeseung saat setengah sadar serta menggali sedikit informasi dari istrinya, Sunghoon jadi tau kalau Jake adalah suami dari Heeseung.

"Anda yakin mereka melakukannya?"

Jake menoleh kemudian tersenyum sumbang "sayangnya iya—" ujar Jake "—karena itu aku menyesal sudah mencaritahu segalanya"

"Segalanya?"

Jake mengangguk "segalanya. Bahkan sampai seluruh CCTV dan sebagainya"

"Lalu kenapa anda datang kemari? Bukankah seharusnya anda mengabaikan panggilan dan informasi dari saya tentang istri anda?"

Jake kembali menunduk, memandangi kalung berbandul cincin pernikahan yang ia letakkan di telapak tangannya "karena aku mencintainya—" ujarnya lalu menoleh pada Sunghoon "aku mencintainya Sunghoon-shi"

"ASTAGA LEEHEE! AYAAH"

Pekikaan itu membuat kedua pria beda usia itu menoleh ke arah sumber suara kemudian berjalan cepat ke arahnya.

"Leehee berhenti! Astaga" pekikan itu terus terdengar dari wanita dewasa yang berusaha menghentikan tangan Heeseung yang memukuli perutnya sendiri.

Sedangkan Jake di ambang pintu masih membeku melihat apa yang ada di depaan matanya. Heedeung yang histeris dengan beberapa pecahan kaca di sekelilingnya.

"Leehee!"

Mendengar pekikan itu Jake seketika tersadar dan berlari menghampiri Heeseung yang terduduk di lantai sembari masih memukuli perut ratanya.

"Heeseung apa yang kau lakukan?!" Jake bertanya dengan suara tegas namun tersisip keterkejutan disana.

"Hiks hiks AKU TIDAK MAU ANAK INI hiks"

Jake mengambil alih peran untuk menahan tangan Heeseug yang terus bergerak kasar, namun sepertinya Heeseung memang memiliki keinginan besar untuk melakukan perbuatan-nya hingga Jake kesulitan untuk menahannya.

"Aaakh, LEPAS. AKU TIDAK MAU ANAK INI. Hiks... BIARKAN DIA MATI SAJA"

"LEE HEESEUNG!"

Bentakan Jake total membuat Heeseung membeku seketika. Kedua tangannya yang sejak tadi sibuk memukuli perutnya kini terdiam mematung dengan mata berkaca-kaca menatap sorot mata tajam Jake.

"Berhenti menyakitinya" ujar Jake dengan nada penuh penekanan "kau tidak boleh melukainya"

"Jake hiks—" ujar Heeseung dengan gelengan kepalanya seakan mengatakan kalau dia tidak setuju dengan kalimat yang baru saja Jake katakan "—aku tidak mau hiks, aku tidak mau kalau dia bukan miliku"

Heeseung mendengarnya, dia terbangun saat Jake meninggalkannya di kamar dan sengaja mencuri dengar percakapan antara Jake dan si pemilik rumah. Dan ya, kalimat fakta yang keluar dari bibir Jake memukul telak ulu hatinya.

Dia dan Sunghoon benar-benar pernah melakukannya

"Tolong— hiks. Aku tidak mau dia Jake. Biarkan dia mati saja" ujar Heeseung lagi dengan isak tangis pilunya.

Jake terdiam, menatap Heeseung yang menangis tersedu-sedu dengan kepala tertunduk..

Bugh

Bugh

Bugh

"AAAAAAAKH, MATI MATI MATI— MATI SAJA..."

GRAP

Jake dengan cepat memeluk erat tubuh Heeseng, membenamkan wajah yang berderai air mata itu ke dada bidangnya. Tak lupa tangannya juga ia angkat guna memberikan usapan penenang di punggung Heeseung yang bergetar hebat.

Kedua orang pemilik rumah saling bertatapan kemudian memutuskan untuk pergi meninggalakan pasangan suami istri yang tengah di landa musibah itu, tak lupa menutup rapat pintu kamar agar kedua anak mereka tidak melihat kegaduhan yang tengah terjadi.

"Jangan katakan itu Heeseung— jangan katakan" seru Jake seraya mengusap rambut Heeseung "kau bukan seorang pembunuh"

Heeseung tetap menggeleng lemah di pelukan Jake "kumohon Jake— hiks. Aku tidak mau"

Jantung Jake terasa amat sakit, bahkan saat memberikaan kalimat penenang untuk Heeseung "dia tidak tau apapun Heeseung, jangan menghukumnya. Kau— kau adalah seorang ibu"

"Tapi dia bukan milikmu, bukan milik suamiku hiks. Tolong Jake, aku— aku tidak mau kehilanganmu. Aku sangat mencintaimu.. hiks maaf" ucap Heeseung dengan telapak tangan yang mencengkram erat kemeja yang Jake kenakan.

"Heeseung—"

"Maaf, maafkan aku Jake. Aku hiks aku istri yang sangat buruk"

Sret

Jake memiliki reflek yang cepat, sehingga saat Heeseung mengambil pecahan kaca dan hendak menunsuk perutnya sendiri, ia bisa menahannya meski telapak tangannya yang kini menjadi korban.

"J—Jake"

"Jangan, jangan lakukan itu" ujar Jake dengan tenang. Tangannya yang mengeluarkan banyak darah ia tempatkan di atas perut rata Heeseung kemudian mengusapnya dengan lembut "kau bisa melukai anakku"

Anakku?

Isak tangis Heeseung terhenti, menatap Jake penuh tanya dengan linangan air mata yang tergenang di kelopak matanya

"Aku akan menjadi ayahnya, dia— dia anakku"

000

"Kau mengatakannya?"

"Eo. Aku sudah tidak tahan untuk terlalu lama menahannya"

Decihan sinis terdengar "bodoh. Harusnya kau bisa menahannya untuk beberapa waktu, lagipula kau akan tetap mendapatkannya"

Asap rokok mengudara dari bilah bibir si lawan bicara "aku sudah tidak sabar untuk mengusap perut ratanya lalu memberinya kecupan hangat di pagi hari"

"Cinta memang membuat orang menjadi bodoh"

"Seperti kau tidak saja"

To be continue...

TIPIS TIPIS AJA YEKAAAN😁

SAMPAI JUMPA KAPAN-KAPAN😎😎😎

Two World (Jakeseung) ENDWhere stories live. Discover now