End??

230 21 6
                                    


Bagaimana rasanya dipenjara?. yah...biasa ajasih.

Jujur, aku entah kenapa tidak merasa bersalah atas perbuatanku, lagipula. Untuk apa?, aku sudah tak punya apa-apa lagi. Jadi aku tidak peduli.

Aku mendongakkan kepalaku kearah televisi tipis yang ditempel sedikit tinggi di dinding tembaga. Berita itu menunjukkan orang-orang yang berkumpul sambil menangisi keluarga mereka yang meninggal karena aku.

Aku melihat berita itu, sial. muka mereka buram. Oh iya, aku rabun jauh.

Setidaknya aku masih bisa melihat tulisan yang ada diberita itu, walau sedikit buram.

Aku melihat seorang wanita berjas rapi nan anggun sedang berbicara sebagai reporter untuk mendampingi berita itu, wanita itu tampak berwajah sedih akibat berita itu diisi oleh tangisan orang-orang yang menangis dan menderita akibat kehilangan keluarganya.

Mereka menangis dan menangis, melihat keluarga mereka yang sekarang tidur abadi di dalam tanah. Mirip seperti keadaan Casventa.

Aku menatap berita itu, Aku merasa tidak bersalah. Iya. Aku monster, anak haram. Kenapa?, iya aku anak haram. Orang tuaku bukanlah orang yang mempercayai tuhan, tapi mempercayai dewa dan dewi. Sedangkan cara mereka menikah sangatlah tidak wajar. Itulah kenapa aku menyebut diriku sebagai anak haram.

Aku mulai menundukkan kepalaku, aku menatap kebawah, melihat nasibku yang cukup menyedihkan tapi entah kenapa merasa hidup seperti ini lebih menyenangkan.

Kapan eksekusi matiku akan dimulai?, ah. Aku lupa. Ulang tahunku saja kulupakan, apalagi hal itu, aku tidak peduli. Yang penting nanti aku mati karena eksekusi dan tidak akan memikirkan hal lain lagi karena aku sudah mati.

Setidaknya jika aku mati, aku bisa menemui Casventa, aku merindukannya. Sangat merindukannya.

"Hei. Dah pukul berapa?, nampak tak?."

Aku menatap kearah orang yang berbicara itu, oh. Fang.

"Kalau dah pukul 3 kau kena pergi ke bilik soal siasat, kenapa tak pergi? Cepat ke sana!"

Fang memakai suara kesal padaku, aku dengan cepat berdiri dan pergi keruangan yang dikatakannya. Alien mop-mop yang bekerja sebagai penjaga sel-sel tahanan mulai mengikutiku dari belakang.

Fang tentu saja berjalan didepanku sebagai pemandu sekalian mengawasiku. Lagipula, untuk apa pengawasan begini?, aku gak bakal kabur kok. Aku kan anak baik.

Setelah sampai, aku memasuki ruangan yang tampak seperti ruangan interogasi polisi pada umumnya. Tapi bedanya, dinding disini terbuat dari tembaga yang susah sekali dihancurkan. Macam bedrock minecraft. Itusih yang bisa aku simpulkan.

Aku duduk di kursi kayu, dengan meja didepanku dan kursi satunya di sebrang depanku.

Sekitar beberapa detik, akhirnya Kokoci muncul. Bentar, kemana Kaizo?, kok gak sama Kaizo?.

Setelah kaki pendeknya tidak menyentuh lantai dengan pantat yang sudah menempel pada kursi, Kokoci membenarkan kacamata hitam 5 lapisnya dan menatap intens kearahku. Jujur, aku mau ketawa.

"Mari kita mulakan soal siasat dengan satu soalan mudah. Siapakah orang yang mengarahkan kamu tuk melakukan jenayah tu?."

"Siapapun orangnya, tak akan pernah kujawab."

“Jika kamu tidak memberitahu kami, kami akan mempercepatkan hari hukuman mati kamu."

"Percepat saja, aku tidak peduli."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mantan!? [Boboiboy x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang