BAB 8 FAKTA MENGEJUTKAN

2.1K 84 2
                                    

Setelah menempuh 4 jam perjalanan akhirnya aku sampai di Bandung, kota kembang.

Sesuai julukannya kota ini begitu cantik dan sejuk. Udara disini berbeda sekali dengan Jakarta.

Seorang berseragam security membuka gerbang dan mempersilahkan mobil Dimas untuk masuk.

Di mana ini, apa ini rumah Dimas? Menakjubkan, aku tidak pernah bermimpi bisa tinggal di rumah semewah ini.

"Mau sampai kapan kamu berdiri di situ? " Kata Dimas yang entah sejak kapan sudah berada di depan pintu bersiap untuk membukanya.

Begitu tersadar aku langsung berjalan ke arah Dimas.

Dimas membuka pintu yang ternyata tidak terkunci. Sempurna, aku tidak bisa berhenti mengagumi isi rumah milik Dimas.

"Daddy...." tiba-tiba suara cempreng muncul menghampiri Dimas.

Apa tadi dia bilang?

"Hey, sejak kapan kamu di sini dan dengan siapa kamu datang ke sini, sayang? "
Dimas memeluk makhluk kecil itu dan membawa ke dalam gendongannya. Aku hanya bisa mangap melihat pemandangan di depanku.

"Sejak aku ingin bertemu denganmu, Oma bilang hari ini kamu pulang, aku meminta Pak Hari untuk mengantarku ke sini, kamu tidak pulang sendirian?"
Makhluk kecil itu melirik kearahku, dia imut sekali sihh... "Kamu pulang dengan nenek sihir baru lagi?"

Dia bilang Nenek sihir? siapa yang dia maksud dengan nenek sihir.

Dimas mengerutkan dahinya "Maksudmu, dia?" Dimas menunjuk ke arahku. "Kita sudah menikah, jadi mulai hari ini dia Mommy-mu" Mulutku sudah mangap super lebar, daddy-mommy  apa maksudnya.

"Tidak mau, dia tidak cantik seperti Mak Lampir." kata makhluk kecil itu berkata dengan lancar, songong sekali dia, aku sadar wajahku tidak bisa dibilang cantik, tapi jangan disamakan dengan Mak Lampir.

"Hey, kalian bicara apa, Daddy Mommy, dan siapa yang kalian maksud dengan Mak lampir?"

Dimas tersenyum seolah sedang mengejekku. "May, kenalkan ini Satria, anak aku." Ya Tuhan, aku tidak salah dengar, kupingku masih bener, kan?

"An-nak kamu bilang?"

"Tidak perlu sekaget itu. Satria, ayo kita main, lebih baik kita tinggalkan saja dia," Dimas meninggalkan aku yang masih terkejut dan sebentar lagi masuk level kejang-kejang.

Jadi Dimas sudah punya anak. Apa ini yang disebut sudah jatuh tertimpa tangga.

Dia seorang duda, ke mana istri, maksudnya mantan istrinya. Bercerai atau dia meninggal saat mengeluarkan makhluk kecil menyebalkan itu.aaaaaaaaaaahh.... Palu mana palu?.

Peduli amat dengan mereka, aku lelah ingin istirahat. Aku menyeret koperku, mencari-cari ke mana aku harus pergi membawa koperku. "Kamarmu ada sebelah kanan" Kata Dimas sambil menunjuk pintu yang tidak jauh dariku.

Tanpa pikir panjang aku langsung masuk ke dalam kamar itu .Sepertinya ini Kamar tamu.Ya, aku memang hanya tamu di sini. Karena suatu hari nanti aku harus keluar dari rumah ini.

Jadi sekarang aku bukan hanya seorang istri tapi juga seorang ibu. Anak sesongong itu pasti sifatnya menurun dari Dimas.

kejutan apa lagi yang akan aku temukan nanti.

✧✧✧

Aku sudah sangat lelah, tapi sepertinya seprai di kamarku sudah kotor, aku berniat menggntinya tapi aku teringat jika aku tidak punya seprai sebesar kasur ini.

Aku membuka lemari bermaksud menata bajuku, aku terkejut ternyata ada beberapa tumpukan seprai beserta sarung bantalnya.

Kenapa semua seprai motifnya Wini' deppu, seperti anak-anak saja.

Dan ternyata dari tumpukan seprai aku menemukan sebuah gaun tidur yang pasti akan seksi ketika aku pakai.  Inikah si lengerie? siapa wanita bodoh yang mau memakai pakain seseksi ini.

Aku jadi penasaran siapa yang suka menginap disini, apa itu pacar Dimas, kalau iya... Ahh, aku tidak bisa membanyangkan saat wanita itu memakai pakaian ini didepan Dimas. Aihh, Kenapa aku merasa tidak rela.

"Sebaiknya jangan kamu pakai baju itu" Dimas mengejutkanku membuat aku langsung menjatuhkan bajunya dari tanganku. Kenapa aku sampai lupa menutup pintunya.

"Aku tidak tahu kalau kamu punya baju mengerikan seperti itu"

"Itu seksi bukan mengerikan dan itu bukan untukmu."

"Lalu punya siapa? punya pacarmu atau mantan istrimu?"

Dimas tertawa, aku mengerutkan dahi, kenapa dia tertawa.

"Kamu cemburu?" tanya Dimas sambil bersandar pada pintu.

"Jangan mimpi, sudah sana pergi, jangan bikin aku tambah cape ribut sama kamu."

"Baiklah, aku juga tidak ingin berdebat denganmu, aku cuma mau ngasih tahu, Bi Asih sedang pulang kampung, jadi sementara kamu sendirian bersih-bersih di sini" kata Dimas.

Jadi aku harus nge-babu sendiri gitu di rumah sebesar ini.

"Jangan salah sangka, aku tidak bermaksud menjadikanmu pembantu, tapi bersih-bersih rumah bukannya tugas seorang istri?" Kalau bukan suamiku sudah aku tabrak dia pake montor Ninja.

Eh, barusan aku mengakui kalau dia suamiku.

"Tidak perlu kamu jelaskan, aku tahu tugasku sebagai istri. Aku sudah tidak sabar bercerai denganmu" Kataku dan Dimas pergi begitu saja, tidak punya sopan santun.

✩✩✩

Cinta sejatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang