Chapter 17

241 82 2
                                    

Budayakan vote sebelum membaca!

Happy Reading

.

.

.

Pagi di villa megah itu dimulai dengan udara dingin yang menyegarkan. Hali, yang biasanya bangun agak siang, hari ini memutuskan untuk turun lebih awal ke dapur. Ketika ia membuka pintu, suara hiruk-pikuk alat masak sudah terdengar. Dan di sana, berdiri Fang, lelaki yang terkenal dengan ketampanannya.

Fang tampak sibuk memotong bawang dengan gerakan cepat, wajahnya penuh konsentrasi dan alisnya berkerut. Tapi begitu menyadari kehadiran Hali, ia langsung melontarkan komentar yang khas dirinya.

“Ternyata ada morning person selain aku," ucap Fang dengan nada setengah bercanda.

Hali terkekeh, meskipun sedikit merasa tertohok. “Aku cuma ingin membantu. Tidak ada salahnya, kan?”

Fang mengangguk kecil sambil tersenyum. “Tentu saja tidak. Tapi, kalau mau membantu, jangan cuma jadi pajangan di sini. Pegang pisau itu dan potong sesuatu.”

Hali mengambil pisau dan talenan, bersiap membantu. Meski kata-kata Fang terasa tajam, ada kehangatan dalam caranya berbicara.

“Eh, hati-hati dengan pisaunya,” tambah Fang sambil melirik ke arah Hali. “Kalau terluka, aku tidak mau disalahkan.”

Hali tersenyum lebar. “Baik, Tuan Fang. Aku akan berhati-hati.”

Fang tertawa kecil, lalu melanjutkan pekerjaannya. Di balik kata-katanya yang bermata, ada nada ramah yang membuat suasana dapur tetap terasa hangat.

---

Suasana mulai tenang, sampai akhirnya suara langkah berat terdengar dari arah pintu. Taufan, adik Hali, masuk dengan wajah setengah mengantuk. Matanya langsung tertuju pada Fang dan kakaknya yang berdiri berdekatan.

“Apa yang kau lakukan di sini, Kak?” tanyanya sambil menghampiri Hali.

Hali menoleh dengan santai. “Masak, apa lagi?”

“Kakak tidak biasa masak,” balas Taufan, menatap curiga ke arah Fang. “Dan kau,” katanya kepada Fang, “kenapa kau terlalu dekat dengan kakakku?”

Fang yang sedang memotong sayuran berhenti sejenak, lalu menoleh. Senyumnya muncul lagi, kali ini lebih lebar. “Karena aku lebih cepat bangun daripada kau. Kalau tidak mau ketinggalan, coba bangun lebih awal, Tuan Taufan.”

Taufan mengerutkan dahi, tetapi sebelum ia sempat membalas, Fang melanjutkan dengan nada lebih ramah. “Santai saja. Aku cuma membantu kakakmu agar tidak memotong jarinya sendiri.”

Hali tertawa kecil. “Tenang, Taufan. Fang tidak seburuk yang kau pikirkan.”

Taufan mendengus, lalu mengambil apron dan bergabung di dapur. Meski masih terlihat kesal, ia tidak bisa mengabaikan kepedulian Fang yang selalu disampaikan dengan caranya sendiri.

Netizen mulai beraksi di siaran langsung dapur, sungguh ribut.

“Fang ini unik, wajahnya ramah tapi kata katanya hot spicy.”

“Taufan protektif, tapi Fang malah santai banget, wkwk.”

“Aku suka banget vibe dapur ini. Kombinasi kakak-adik dan Fang bikin drama seru.”

Ketika situasi dapur mulai stabil, Qin Zheyeng muncul dengan dua keranjang bahan makanan. Senyumnya lebar, tetapi ada sesuatu dalam caranya membawa diri yang terasa seperti provokasi.

“Pagi, semua! Aku bawa bahan tambahan supaya kita bisa masak lebih banyak,” katanya sambil meletakkan keranjang di meja.

Namun, salah satu keranjang tergelincir, dan beberapa telur pecah di lantai. Fang segera bereaksi, mengambil lap untuk membersihkannya.

“Ah, maaf. Tangan saya licin,” ucap Zheyeng sambil tersenyum kecil, seolah tidak peduli.

Fang berhenti sejenak, menatap Zheyeng dengan ekspresi tenang tetapi menusuk. “Kalau tanganmu licin, mungkin kau harus lebih hati-hati. Jangan sampai kekacauanmu jadi tanggung jawab orang lain.”

Zheyeng membalas tatapan Fang dengan senyum masam. “Kau ini bicara seolah-olah tahu segalanya. Tidak semua orang seahli dirimu, Fang.”

Fang mengangkat bahu. “Aku tidak ahli. Aku hanya tidak ceroboh.” Kalimatnya terdengar seperti tamparan halus. Namun, nada Fang tetap ramah, membuat Zheyeng tidak bisa membalas dengan kasar.

Hali, yang memperhatikan dari kejauhan, mencoba menenangkan suasana. “Sudahlah, ini cuma kecelakaan kecil. Tidak perlu dibesar-besarkan.”

Namun, Taufan memotong. “Kalau dia tidak bisa membantu, lebih baik keluar saja.”

Netizen langsung ramai

“Menyala Fang!!”

“Taufan bentar lagi meledak, nih. Aku tim Taufan!”

“Dapur ini isinya drama berkedok masak. Seru banget!”


Saat suasana kembali tenang, Zheyeng mendekati Hali yang sedang mencuci piring. Wajahnya terlihat ramah, tetapi nadanya penuh sindiran.

“Hali, kau tahu? Kau itu menyebalkan,” katanya dengan nada rendah.

Hali berhenti sejenak, lalu menoleh dengan kesabaran di matanya. “Apa maksudmu?”

“Kau selalu bertingkah seolah semua orang menyukaimu. Kau pikir dunia berputar hanya untukmu, ya?” ujar Zheyeng sambil melipat tangan.

Fang, yang berdiri tak jauh, melirik mereka dan menghela napas. Ia menaruh pisau, lalu berkata dengan nada santai tetapi menusuk. “Qin Zheyeng, kalau kau mau mengeluh, lakukan di tempat lain. Jangan ganggu dapur ini.”

Zheyeng menatap Fang dengan mata menyipit. “Kenapa? Tidak tahan mendengar orang mengatakan sesuatu yang benar?”

Fang tersenyum, kali ini lebih ramah hingga tampak menyebalkan. “Bukan soal benar atau tidak. Aku hanya tidak suka drama pagi-pagi. Kalau kau butuh perhatian, lebih baik kau menemui Psikolog dari pada bergabung Variaty Show.”

Hali mencoba menenangkan situasi. “Qin
Zheyeng, kalau ada masalah, lebih baik kita bicarakan nanti.”

Namun, sebelum Qin Zheyeng sempat menjawab, Taufan tiba-tiba muncul dan berdiri di samping Hali. “Sepertinya Tuan Qin telah mendapatkan banyak sumber daya semenjak debut, kan?” katanya dingin.

Zheyeng mendengus kesal, lalu pergi tanpa berkata apa-apa lagi.

Netizen heboh lagi

“Fang ini Raja savage banget. Semua ditangkis dengan elegan!”

“Zheyeng nggak ada habisnya cari masalah. Kenapa dia nggak dikeluarin aja?”

“Taufan overprotective ke Hali, Fang overprotective ke dapur. Lucu banget mereka semua.”

---

Meskipun pagi itu penuh ketegangan, ada kehangatan di balik setiap percakapan. Fang, dengan mulut pedasnya yang selalu menyelipkan kepedulian, menjadi pusat perhatian. Sementara Hali dan Taufan kembali menyatukan diri mereka dalam perlindungan satu sama lain, seperti yang selalu mereka lakukan.

Tamu lain juga bangun satu persatu dan membantu menyiapkan piring, kemudian mereka sarapan bersama dengan melupakan seseorang bermarga Qin.






.

.

.

To be countinued

See u in the next chap.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 12 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm The Antagonis!?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang