[TERBIT + PART LENGKAP]
Bagaimana jika seorang anggota geng motor berpredikat buaya, yang kerap kali menggodai perempuan, tiba-tiba jatuh cinta?
Dia Galen Pangestu. Anak basket bernomor punggung 05, pemilik senyuman paling manis seantero sekolah. Ba...
‼️DONT SIDERS PLEASE, KOMEN DAN VOTE KALIAN ADALAH PENYEMANGATKU BUAT UP‼️
***
Follow instagram
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
***
"Dari banyaknya manusia yang ada di bumi, kenapa gue bisa sejatuh cinta itu sama lo, ya?"
-Galen Pangestu-
****
Aurel yang sedang berjalan beriringan dengan Ayahnya, seketika jadi menghentikan langkah, saat bola matanya, tak sengaja menemukan seseorang yang sudah berdiri di depan rumahnya. Laki-laki itu yang sadar akan kedatangannya, sontak segera berjalan menghampirinya.
“Selamat pagi Aurel, Om,” sapa laki-laki itu, yang tak lain dan tak bukan adalah Galen. Dengan memperlihatkan deretan gigi putihnya, dia menatap Aurel dan Cakra bergantian.
Cakra lantas menoleh ke samping, menatap Aurel seraya mengerutkan keningnya. “Kamu ada janji sama dia?” tanyanya, heran. Aurel sama sekali tidak bilang, kalau pagi ini, Galen akan datang.
“Hah?” Aurel langsung terpelohok kaget. Kedua matanya pun spontan membulat sempurna. Baru saja, dia hendak mengeluarkan suara, namun malah keburu diserobot oleh Galen.
“Iya Om. Izin mengantarkan anaknya ke sekolah ya? Semalam Aurel chat saya, katanya mau bareng, hehe,” ujar Galen mengikuti isi hatinya yang jelas saja tidak benar. Dia memang datang tanpa diundang.
Aurel sama sekali tidak ada janji dengan Galen. Bahkan, dia tidak membuka ponselnya setelah merasa malu, karena telah ditertawakan oleh Galen. Kenapa sekarang, laki-laki itu malah mengaku-ngaku?!
“Lo apaan sih?!” bentak Aurel jadi tersulut emosi. Wajahnya kian memerah serta ekspresinya yang tampak kebingungan.
Galen pun menoleh pada Aurel. Dia terus tersenyum, seolah berusaha meyakinkan Ayahnya Aurel. “Tuh kan, pura-pura lupa. Om, anaknya gengsian banget, Om. Mentang-mentang ada Om, dia malah gak mau ngaku,” ucapnya yang kemudian melirik Cakra.
Cakra masih terdiam. Dia menatap mereka berdua dengan bingung. Sebenarnya, siapa yang berbohong?
“Lo lagi halu apa gimana sih, Galen? Kapan gue nge-chat lo?” tanya Aurel benar-benar kesal.
“Semalem. Lo bilang, mau dijemput sama gue.” Galen menaik-turunkan kedua alisnya, menggodai.
Aurel berdecak. Dia lalu menolehkan kepalanya ke arah Cakra. “A—“
“Kalo memang udah ada janji, tepati Rel,” sela Cakra memotong ucapan Aurel yang belum sempat menjelaskan.
Kedua mata Aurel pun langsung terbelalak, merasa tak menyangka, kalau Ayahnya malah mempercayai omongan Galen. Lidahnya mendadak kaku untuk berusaha membantahnya.