Romantic Troublemaker 07

15.7K 1K 16
                                    

Immanuel baru saja mandi dan sedang menikmati secangkir cappucino hangat ketika ibunya pulang dan langsung menghampiri dia di kamarnya.



"Bagaimana, Bu?"



Nyonya Lily hanya bisa mendesah sambil menunjukkan raut wajah yang penuh dengan kekecewaan, menandakan bahwa usaha wanita yang berusia hampir paruh baya itu sia-sia.



"Ibu tidak mampu membujuknya."



"Lalu bagaimana dengan semua hukumanku? Ibu akan mengembalikan mobilku lagi kan?"



"Kau ini....! Tidak bisakah kau gunakan akal sehat dan perasaanmu? Apa kau sadar kau sudah menyakiti Yuu dengan cara yang tidak manusiawi? Dan sekarang kau begitu saja ingin ibu mencabut hukumanmu?! Tidak akan! Ibu tidak akan pernah mencabut semua hukumanmu sebelum kau berhasil membawa Yuu pulang kembali ke sini!" seru Nyonya Lily dengan sangat lantang lalu langsung menutup pintu kamar Immanuel dengan kasar membuat suasana sunyi seketika.



"Sial!" umpat Immanuel sambil menendang tempat tidurnya. Ini semua salahnya. Andai saja ia tidak mengusir Yuu, semuanya pasti tidak akan serumit ini. Dan kalau sampai ia tidak mendapatkan kembali mobilnya, Nattasha pasti akan memutuskan hubungan dengannya.



Ia harus bisa membujuk Yuu untuk kembali pulang ke rumah dengan cara apapun!



***



Sejak turun dari halte di ujung jalan tadi, Joseph melihat raut wajah Yuu yang tampak murung. Mungkin tepatnya sejak Yuu keluar dari ruang kepala sekolah. Namun ketika Joseph bertanya apa yang terjadi, Yuu hanya bisa tersenyum lemah den menggeleng.



"Bisakah kau tersenyum sedikit?" tanya Joseph sambil berjalan beriringan dengan Yuu.



Yuu tidak mengindahkan kata-kata Joseph sedikitpun dan terkesan mengacuhkannya. Sepertinya anak itu sedang sibuk berdebat dengan hatinya sendiri.



Hingga akhirnya Joseph mendahului Yuu dan akhirnya berhenti tepat di depannya, membuat Yuu tersentak karena keningnya membentur dada Joseph.



"Ouch! Jo, kenapa kau tiba-tiba berhenti di depanku?" omel Yuu.



"Please, jangan terus-terusan memasang tampang mengerikan seperti itu, Yuu."



"Memangnya kenapa? Apa ada sesuatu di wajahku?" tanya Yuu berpura-pura bertingkah bodoh. Joseph tidak menjawab, malah menatap Yuu dengan tajam.



"Baiklah, Joseph! Baiklah! Aku menyerah. Aku tadi bertemu dengan Nyonya Lily di ruang kepala sekolah."



"Lalu apa yang dia lakukan hingga membuatmu begini?"



Yuu mendesah. "Dia hanya membujukku untuk kembali tinggal di rumahnya."



"Kau terima?"



"Kau gila? Setelah semua yang dilakukan Immanuel padaku? Tentu saja tidak! Aku tidak akan pernah mau kembali lagi ke rumah itu!"



"Lalu kenapa kau masih murung? Apa ada sesuatu hal yang lain yang mengganjal di hatimu?"



"Tidak ada."



"Tidak ada?"



"Ya. Tidak ada," balas Yuu lalu kembali berjalan menuju rumah Joseph.



"Yuu, tunggu dulu, aku masih belum selesai, Yuu.....," Joseph berlari kecil mengejar Yuu sambil kembali mengoceh seenaknya lalu melingkarkan lengan kanannya di pundak Yuu.



Tanpa mereka sadari sejak turun dari halte tadi, sebuah mobil sedan berwarna putih bersih tengah membuntuti mereka dari jauh.



***



Immanuel hanya mengenakan celana jeans selutut dan kaos putih polos yang dibalut dengan jaket berbahan jeans ketika ia meminta Pak Adrian, sopir pribadi keluarga benjamin untuk mengantarnya ke suatu tempat.



"Kita langsung ke SMA St. Gabriel," titah Immanuel tanpa banyak kata.



Pak Adrian pun langsung menancap gas dan mengemudi menuju sekolah yang didirikan oleh kedua orang tuanya itu.



Saat di perjalanan, mendadak ponselnya berbunyi.



"Halo?" sapa Immanuel tanpa melihat nama yang tertera di layar.



"Halo, sayang! Apa kau bisa menjemputku sekarang di rumahku? Ini, aku baru saja mendapat kabar kalau Phillips baru saja siuman tadi pagi. Aku ingin menjenguknya," balas suara sorang gadis dari seberang telepon dengan girang.



Alisnya terangkat seketika. Immanuel menjauhkan ponselnya dari telinga dan melihat layar ponselnya. Nattasha. Bagaimana mungkin dia bisa tahu kalau Phillips baru saja siuman? Bahkan Immanuel sendiri yang merupakan sepupu Phillips saja masih belum mendapatkan kabar apapun mengenai laki-laki itu sejak seminggu tiga hari terakhir.



"Maaf, sayang, mobilku sekarang sedang ada di bengkel. Bagaimana kalau kamu ke sana duluan naik taksi? Nanti aku menyusul."



"Kamu pacarku atau bukan sih? Baiklah kalau begitu, aku akan pergi ke rumah sakit sendiri saja!" omel Nattasha marah-marah lalu langsung mematikan ponselnya.



Immanuel hanya menggigit bibir sambil kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku celana jeans. Entah sampai kapan ia dan Nattasha akan bertahan. Dulu ia sangat mengidolakan gadis itu, gadis paling populer sekampus. Setelah ia mendapatkannya, Immanuel mulai mengetahui sifat-sifat buruk Nattasha. Bahkan Nattasha pernah diamankan pihak kepolisian karena berkendara sambil mabuk.



Walaupun begitu, Immanuel tidak ingin hubungannya dengan Nattasha berakhir. Sulit sekali untuk bisa memacari gadis itu.



Beberapa saat kemudian, mobil itu melambat ketika hampir tiba di depan gerbang sekolah. Tepat di depan mobil, terlihat bus sekolah yang tengah berhenti untuk mengangkut beberapa siswa SMA St. Gabriel. Tanpa sengaja, kedua mata Immanuel menangkap sosok Yuu dan teman laki-lakinya, yang menyerangnya tadi pagi, naik ke bus sekolah.



Bus itu kemudian melaju meninggalkan sekolah.



"Pak, ikuti bus itu," suruh Immanuel. Pak Adrian hanya mengangguk sambil menginjak gas. Immanuel harus tahu persisnya tempat tinggal Yuu sekarang.



Bus itu beberapa kali berhenti di halte-halte. Belum terlihat tanda-tanda kalau Yuu turun. Hingga ketika bus itu berhenti di halte ujung jalan Woodgate, tampak tubuh kecil Yuu turun dari bus diikuti teman laki-lakinya.



"Pak, ikuti kedua anak itu pelan-pelan."



Pak Adrian mulai mengemudikan mobil dengan perlahan sesuai instruksi Immanuel. Immanuel memperhatikan gerak-gerik mereka berdua dari jauh.



Ketika tiba-tiba teman Yuu berhenti di depan Yuu dan membuat kening anak itu membentur dada teman Yuu, Immanuel langsung memekik, "Stop! Stop, Pak!"



Sontak, Pak Adrian menginjak rem secara mendadak. Untungnya mobil itu berjalan perlahan-lahan. Sopir pribadi keluarga Benjamin itu hanya bisa menggeleng.



Tak lama berselang, Yuu dan temannya kembali berjalan, dengan lengan kanan temannya yang melingkar di leher Yuu, memasuki pekarangan sebuah rumah yang tampak biasa.



"Yeah!" ucap Immanuel dalam bentuk bisikan. Akhirnya dia berhasil menemukan tempat tinggal Yuu. Rasanya benar-benar bahagia, melebihi segalanya. Dan langkah kedua yang harus ia lakukan adalah menyusun rencana untuk membujuk Yuu kembali pulang.



(Bersambung...)

Romantic Troublemaker (boyxboy)Where stories live. Discover now