[7] Vergus Menggendong Lyla Seperti Putri

2.4K 210 20
                                    

[Flick Sherman]

Setelah kejadian ledakan mobil itu, Lyla semakin marah padaku. Dia melakukan apapun agar aku bertambah kesal. Hal itu juga membuat aku tidak dapat berbicara dengannya. Dia tak membiarkan aku mendekatinya secara baik-baik. Selalu berakhir dengan salah satu di antara kami meringis atau meracau.

Hingga suatu hari, kami sekelas mengadakan tur ke sebuah taman air. Benar. Ini adalah taman air yang sama dengan taman air yang pernah Lyla hancurkan. Tapi kali ini kami hanya menyewa bagian atraksi lumba-lumbanya saja.

Saat pawang sedang memandu atraksi yang diminta oleh guru sains kami agar ia bisa menjelaskan tentang lumba-lumba, aku mendapat kesempatan untuk berbicara dengan Lyla. Gadis itu sedang mengernyit memperhatikan si lumba-lumba hidung botol yang bergerak begitu lincah di bawah instruksi. Dia bahkan memegang buku panduannya erat-erat--tentu saja itu sebuah hal langka. Jadi, kumanfaatkan itu untuk duduk di belakangnya.

Yang menjadi masalah adalah saat aku memanggil namanya. Lyla memang menoleh, tapi dia balas memandangku sinis. Aku mendengar ia mendengus kesal sebelum mengambil ransel yang sedari tadi ada di pangkuanku. Dengan sigap, Lyla melempar tas itu ke dalam kolam lumba-lumba. Alhasil semua barang-barang penting di dalamnya basah. Aku terkejut, sedangkan Lyla malah tersenyum penuh kemenangan. Karena itu Lyla dipanggil secara sepihak untuk menghadap kepala sekolah.

Dan seperti yang kalian tahu, beberapa hari kemudian Lyla mematahkan leherku. Sebenarnya bukan patah sih. Hanya cedera ringan, tapi semua menjadi hiperbola karena aku yang terluka.

Ceritanya seperti ini. Waktu makan siang pada hari itu, Steve melemparkan bola basketnya padaku. Sayangnya aku tidak dapat menangkap bola itu dan yah ... bola itu jatuh di atas nampan makan siang Lyla dan aku yang disalahkan.

Akhirnya aku tidak bisa menceritakan pada Lyla perihal riwayatnya yang akan tamat hingga hari ini. Ketika Vergus Anthonius muncul di ruang kepala sekolah dengan seringainya yang mengerikan, mengambil tempat dudukku di pojokan, lalu datang mengganggu waktu privasiku bersama Lyla sebelum acara utama dari pesta dimulai, aku benar-benar tidak bisa berkutik. Aku takut, tegang, penuh peluh dingin, tubuh terus gemetaran, dan lain sebagainya. Otakku kacau.

Aku sangat menyesal karena tidak menggunakan kesempatanku tadi dengan baik. Betapa bodohnya aku! Kenapa aku menanyakan gaun yang sempat kuberikan padanya tadi pagi melalui Matthew? Itu tidak masalah jika ia tidak menggunakannya. Maksudku, gaunnya memang murah dan berkualitas seadanya. Apalagi ketika melihat luka yang sepertinya sengaja ditunjukkan oleh Vergus kepadaku. Sepasang titik luka robekan pada leher Lyla. Itu terlihat asing, tapi terasa familiar.

Apa itu jawaban atas pertanyaanku selama ini?

Vergus menyeringai. Dua pasang gigi taringnya memanjang, sedangkan mata lembayungnya menyala-nyala bagaikan api terpanas yang pernah ada di bumi. Dia terlihat sangat bahagia melihat aku yang berekspresi bingung. Pandanganku bergantian antara gigi taring Vergus dan leher Lyla. Itu terlihat sangat pas.

Segera kupegang bahu Lyla, membuat gadis itu menatapku paksa. Tapi walaupun itu bukan aku, semua tahu kalau Lyla tengah menampakkan ekspresi takut yang mendalam. Tubuhnya gemetar, kulitnya menjadi pucat. Dia menengadahkan kepalanya, memandangiku lekat-lekat. Bibirnya terbuka sedikit seperti hendak mengatakan sesuatu, tapi ia urungkan dengan mengatup mulutnya kuat-kuat dan kembali menunduk.

Kudengar ia terisak. Tangannya menutupi wajahnya.

"Lyla? Kau kenapa? Jelaskan padaku apa maksudnya ini?" tanyaku beruntun.

Gadis pirang itu tidak menjawab.

"Lyla? Kumohon ...." Mataku mulai berair. Ini tidak wajar. Aku mungkin bertanya padanya, namun di saat yang sama aku berharap dia tak menjawabnya. Aku terlalu takut untuk mengetahui kebenaran. "Ly ... la?" Suaraku serak. Entah mengapa aku merasa hal yang sangat buruk akan terjadi. Aku khawatir.

King's MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang