Story 5 "Sosok dalam Bayangan"

24.2K 1.3K 13
                                    

"Raraaaa... Cepet dong." teriak Rumi tanpa menghiraukan suara cemprengnya yang menggelegar diseluruh penghujung lorong. Pantas saja Rumi berteriak kesal, sudah hampir setengah jam dia di lorong sebelah kelasnya hanya untuk menunggu Rara yang masih di kelas.

Semua teman kelasnya sudah keluar kelas dan pulang. Kalau saja Rumi tidak terlanjur bilang nebeng Rara, sudah daritadi dia meninggalkannya meski dengan jalan kaki untuk pulang.

Tiba-tiba perasaannya tidak enak sendiri, kenapa sahabatnya itu masih didalam kelas sedangkan semuanya sudah keluar bahkan mungkin Ani dan Ami sudah berada dirumahnya sendiri-sendiri.

"Rara, Ra..."
Kini Rumi melangkahkan kakinya menuju kelas, ngeri juga, Masih sore gini, kelas udah gelap.

Kepalanya mencoba mengintip dari sela-sela pintu yang ia buka perlahan --gelap--banget. Dan sepertinya tidak ada bentuk-bentuk manusia didalamnya, lalu Rara kemana? Bukannya tadi dia ijin kedalam kelas lagi untuk mengambil sesuatu? Aah itu bocah lama-lama seperti hantu gendut yang menggelikan.

"Raa?..." panggilnya lagi, namun dengan nada yang lebih pelan dari sebelumnya.

"Raa?..." panggilnya lagi namun tetap tidak ada sahutan.

Ini sudah dua kali manggil-manggil, tapi tetap tidak ada sahutan. Kalau tiga kali, dan ada sahutan, tapi ternyata yang nyahut bukan Rara tapi malah makhluk... Astral?

Aah Rumi sudah sudaah, apa sih mikir gituan? Makhluk-makhluk gitu gak bakal ganggu kalau iman kita kuat. Rumi mencoba menenangkan dirinya sendiri.
Sedangkan sekolahan semakin sepi dari lalu lalang manusia yang beranjak pulang.

Rumi menutup pintunya kembali, sepertinya Rara tidak ada didalam kelas. Apa Rara lupa kalau Rumi nebeng? Apa Rara ninggalin Rumi? Mampus, kalok iya, dia lupa, Rara kan suka lupa.

Dia menghadap ke lorong-lorong yang diujungnya ada ruang OSIS, disana masih ada beberapa siswa yang sudah pasti anggota dari OSIS, mungkin mereka sedang sibuk mempersiapkan untuk acara Reuni Akbar. Yang sudah tentu acaranya para alumni, acara ini baru pertama kali dilaksanakan disekolah, ini karena inisiatif para alumni yang ingin bersilaturahim dan menampilkan sesuatu yang berkesan ke adik-adik kelasnya.

Tiba-tiba ada bayangan muncul dari lorong-lorong, suasana yang gelap karena mendung, membuat bayangan itu menjadi kabur.

Itu manusia kan? Gak mungkin sore-sore gini ada hantu? Iissh hantu lagi! Kuatin iman Rumii...

Bayangan itu semakin dekat kearah Rumi, sedangkan Rumi masih terpaku ditempatnya, tapi matanya tidak berkedip sekalipun dari wajah seseorang itu yang masih kabur karna tidak ada pencahayaan yang meneranginya.

Setelah jaraknya hampir 5 meter dari sosok itu, baru Rumi bisa menangkap wajah itu dan tepat dimatanya.
Kini memori diotaknya mulai memutar beberapa peristiwa dimana ada sosok itu dalam hidupnya, dulu.

Matanya sendu, teduh seperti mendung sore ini. Namun, ada bongkahan es dalam dirinya, yang mulai menghapus teduh dimatanya.

Wajah itu mulai menegang ketika matanya menangkap mata Rumi pula. Rumi segera menundukkan kepalanya, dia tidak mau matanya saling pandang dengan laki-laki itu.

Rumi mematung ditempatnya, setelah sosok itu menghapus jarak namun terus berjalan dan tak menghiraukan gadis yang ia lewati.

Dia sama sekali tak menghiraukan adakah orang disampingnya, yang berharap mendapat suaranya, walau itu sekedar sapaan "hai". bahkan matanya yang tadi sekilas menatap, kini sudah ia hapus tak berbekas. bak sebuah patung kecil dipinggir jalan, tak penting dan tak di perdulikan.

"Syihab."
Ucap Rumi yang baru menyadari siapa sosok itu.

Muhammad Ilham Nur Syihab.

Semua orang memanggilnya Ilham, bahkan dia sendiri pun suka dipanggil dengan nama yang mempunyai arti sebuah 'isyarat yang baik' itu, tapi entah kenapa, Rumi dari awal lebih suka memanggilnya Syihab, yang mempunyai arti 'bintang'. Mungkin karena benda langit itu adalah benda favoritnya setiap malam, sehingga dia lebih suka memanggilnya dengan panggilan Syihab.

Doa Dalam Diam (COMPLETE)Место, где живут истории. Откройте их для себя