Mimpi Buruk

55 4 0
                                    

Petir menggelegar. Aku membuka mata tiba-tiba. Keringat bercucuran. Nafas memburu. Aku melihat jam dinding dan mendapati waktu masih menunjukkan pukul satu dini hari. Langit di luar gelap karena malam dan hujan. Aku ingat hujan ini sudah mengguyur sejak maghrib tadi. Ternyata belum berhenti sampai sekarang.

Tapi aku tidak memusingkan hujan ini. Aku hanya kepikiran dengan mimpi buruk yang baru saja kualami. Aku bermimpi sedang terikat di atas tempat tidur. Tangan dan kakiku dirantai. Aku tidak bisa kemana-mana. Air masuk melalui jendela dan menggenangi kamar tempatku terikat ini. Aku merasa ada yang meminta tolong, membutuhkan bantuanku. Aku tidak melihatnya, tapi aku merasa kalau itu suara keluargaku. Mereka... entah mengapa aku merasa mereka tenggelam. Membutuhkan bantuanku tapi aku tidak bisa bergerak. Lalu seseorang masuk. Dengan tubuh hitam besarnya, dia melompat dan menginjakku.

"Duar!" Petir menggelegar lagi. Untungnya itu semua hanya mimpi. Tidak ada alasan kami sekeluarga tenggelam, apalagi sampai ada makhluk hitam yang datang dan menginjak kami.

Mimpi buruk ini membuatku haus. Aku segera turun dari tempat tidur dan... kakiku tenggelam beberapa sentimeter.

"Ayah, Ibu, banjir!" teriakku.

[Kumpulan Flash Fiction] Sepotong Adegan: HujanWhere stories live. Discover now