Lima

829 39 0
                                    

Gadis dengan terpaut tiara kecil di rambut hitam panjangnya, kini tengah melangkah kecil mengelilingi sekitar paviliunnya. Menggunakan dress putih selutut dengan sepatu heels senada itu ia nampak sangat cantik.

Ia tiba-tiba saja terfikir untuk mengelilingi istana. Ingin mengenali letak istananya itu.

"Aku mau keliling istana." gumamnya. Kemudian pelayan utamanya yang mendengar itu mengangguk. Dan mulai mengawal gadis yang mulai berjalan perlahan itu.

Gadis itu tersenyum sepanjang jalannya, membuat semua pelayan yang dilewatinya berdecak kagum. Sepertinya putra mahkota sangat senang memiliki gadis itu. Pikir mereka.

Kali ini gadis itu tiba di pintu masuk paviliun selatan. Melihat sekitar.

"Ini paviliun putra mahkota, putri." kata pelayannya itu memberi tahu tentang tempat-tempat apa yang mereka jumpai.

Gadis itu tersenyum kemudian ia melangkahkan kakinya memasuki area paviliun selatan itu.

"Tuan putri datang.."

Semua pelayan yang ada kini menunduk memberi salam setelah mendapati gadis itu melewati mereka.

Rio yang tengah asik bercanda dengan beberapa pelayannya itu kini menoleh setelah mendengar bahwa putri datang. Masih di tempat, Rio menatap gadis yang mulai mendekatinya bersama pelayannya itu.

"Apa yang membawamu kesini?" kata Rio dengan berbicara formal. Beginilah ia jika di Istana. Maka dari itu ia sedikit sebal berada di Istana. Tapi pembicaran formal itu hanya dilakukan untuk keluarga bermartabat saja. Tidak untuk pelayan.

"Aku.. Sedang berkeliling dan saat tahu ini paviliunmu aku memutuskan untuk menemuimu." kata gadis itu canggung.

Rio mengangguk kemudian mempersilahkan pelayan-pelayannya dan pelayan gadis itu untuk mundur menjauh sedikit.

Pemuda itu kini duduk di beranda paviliunnya. Menepuk tempat disebelahnya mempersilahkan gadis itu untuk duduk disampingnya.

"Maaf belum sempat mengunjungimu." kata Rio. Bagaimanapun ia harus bersikap ramah pada gadis ini. Sebagaimana sikapnya, ia tetap tahu bagaimana memperlakukan seorang putri mahkota.

Gadis itu tersenyum. "Tidak masalah, tuan."

Pemuda itu menghela nafas kemudian tersenyum. "Mau aku antar berkeliling di paviliunku?" tawarnya.

Gadis itu hanya mengangguk saja, akhirnya Rio pun menuntun gadis itu mengenali tempatnya bercokol itu.

***

Hari ini benar-benar panas. Membuat Shilla semakin letih untuk menyikat pakaian-pakaian itu. Dalam hati ia terus merutuk tentang kejadian tadi yang benar-benar membuatnya kesal.

"Ini pakaian dari paviliun selatan." kata seorang pelayan menyerahkan tumpukan pakaian itu di hadapan para pelayan yang sedang menyikat itu.

Dalam hati gadis itu geram. Menatap setelan-setelan mahal pemuda itu. Paviliun selatan. Sudah pasti memang ini milik orang itu. Pikirnya.

Shilla rasanya benar-benar ingin merobek-robek pakaian itu. Namun ia hanya bisa meraihnya dan menyikatinya.

Namun sikatnya itu terganjal dengan sebuah benda yang berada di saku celana itu. Shilla pun merogoh saku itu kemudian meraih benda yang mengganjal itu.

Sebuah flashdisk berwarna emas. Kemudian gadis itu menaruh flashdisk tersebut ke sakunya. Berniat mengembalikannya nanti. Berani tidak berani ia harus melakukannya.

"Shill, kata Tuan muda liat flashdisk emasnya gak? Dikantong celananya." kata seorang pelayan yang baru saja berlari mendekatinya.

Shilla pun merogoh sakunya menunjukkan flashdisk yang baru ditemuinya. "Ini. Barusan aku temuin di situ." katanya kemudian menunjuk ke arah celana hitam basah dihadapannya.

Holding Sky in The PalaceWhere stories live. Discover now