Sembilan Belas

648 35 7
                                    

Shilla sudah terlihat cantik dengan dress toscha-nya. Dress dengan bahu sabrina dengan panjang yang tepat diatas lutut.

Ia melangkah keluar paviliun untuk mengunjungi perpustakaan. Mau tidak mau ia memang harus belajar tatakrama atau apapun yang berkaitan dengan keluarga kerajaan.

Sedangkan dilain tempat, di paviliun utama, Rio masih memejamkan matanya. Tertidur pulas.

Saat memasuki perpustakaan semua orang membicarakan tentang hal semalam. Apakah sang Raja dan Ratu itu akan memiliki seorang putra mahkota secepatnya.

Shilla hanya terdiam mendengar semua pembicaraan itu. Dalam hati ia juga bertanya-tanya apa Rio akan melakukan itu dengan mudahnya pada seseorang yang bahkan tidak dicintainya itu?

Setelah cukup lama memfokuskan dirinya pada buku-buku dihadapannya itu. Kini Shilla memutuskan untuk kembali ke paviliun dan menyuruh pelayannya untuk membawa buku-buku itu untuk dibaca di paviliunnya saja.

Di tengah perjalanan menuju paviliun barat, kini Shilla berpas-pasan dengan Ify yang tersenyum miring ke arahnya.

Shilla hanya menundukan kepala kemudian tersenyum menatap wajah gadis yang menatapnya dengan tajam itu.

"Saya mau bicara sama kamu sebentar." Kata Ify kemudian menyuruh para.pelayannya dan pelayan Shilla untuk menjauh sedikit.

"Ratu mau bicara tentang apa?"

Ify tersenyum miring "Kamu sudah mendengar tentang... semalam?"

Shilla mengangguk "Ya." Jawabnya singkat.

"Apa Rio pernah mengunjungi paviliunmu untuk bermalam?"

Shilla meneguk ludah. Apa ini? Merasa menang karna Rio sudah bermalam di paviliunnya?. Shilla pun menggeleng.

"Kalau begitu baguslah.. karna Rio milikku."

"Apa semalam yang mulia benar-benar....-" kata Shilla gantung yang kemudian disahut oleh Ify sebelum gadis itu menyelesaikan ucapannya.

"Ya... kau meragukan itukan? Rio melakukannya. Apa kau kecewa?"

Shilla menggeleng sambil tersenyum "Tidak. Karna itu memang tuntutan semua orang agar kalian memberi mereka seorang putra mahkota kan? Itu sebuah kewajiban. Jadi aku sama sekali tidak kecewa. Karna sedari awal pun aku mengerti, bahwa pria yang kucintai bukan pria biasa. "

Ify mencibir, niatannya untuk membuat gadis itu iri padanya gagal. Kini Ify pun berlalu meninggalkan Shilla. Tak lama Shilla pun juga melanjutkan langkahnya menuju paviliunnya itu diikuti dengan para pelayannya itu.

***

Rio membuka matanya kemudian bangkit dari tempat tidur itu dan beranjak mandi.

Setelah selesai dan sudah berpakaian. Rio pun melihat jam di pergelangan tangannya, pukul 4. Apa? Sore hari? Astaga. Gumamnya

Rio melangkah keluar untuk menemui Daud. "Lo gak bangunin gue? Gue tidur lama banget."

Daud tertawa "Yang mulia terlihat sangat pulas. Apa malam itu benar-benar melelahkan?"

Rio pun dengan cepat mendaratkan sentilan kencang di dahi pemuda itu "Mesum." katanya sambil melototkan matanya.

Sedetik kemudian Rio menarik lengan pemuda itu untuk sedikit menjauh dari keramaian. "Gue gak ngelakuin apapun. Sama sekali. Makanya gue gak tidur. Cuma diem-dieman duduk di sofa."

"Apa?" Sahut Daud shock dengan suara yang cukup lantang membuat sebuah sentilan kini mendarat di keningnya.

"Diem! Jangan bilang siapa-siapa." Kata Rio dengan ekspresi wajah yang mengancam.

Holding Sky in The PalaceWhere stories live. Discover now