Part 7 (Mertua)

5.7K 148 16
                                    

Maaf bgt yg nungguin cerita ini, klo boleh cerita sedikit. Sebenarnya aku udah libur dr akhir tahun tapi ternyata masih banyak list yang harus dicentang. Tau-tau diawal tahun dpt seabrek kegiatan.
selesai kegiatan satu dilanjut kegiatan selanjutnya. Akhirnya bener-bener libur diminggu kedua januari. Selesai kegiatan eh akunya yg drop. Seminggu cuma bisa terkapar dikamar karena kena radang yang nyebab-pin gak bisa ngomong gak bisa makan.
Setiap buka wattpad sebenernya mau lanjutin ini sama mau publish cerita baru lagi sygnya mood nulisnya entah hilang kemana
Baru ini deh kelar, gak pede bilang ini bagus udh ditunggu2 pula, emg dr awal ceritanya gaje abis masih amatiran bgt. Kritik dan sarannya harus dikasih ke cerita ini biar aku belajar jika ada yang tidak sesuai. Hihi

Sekali lagi maaf yaaa *panjangbenerdahceritanya

and
.
.
.
.
.

Happy Reading!!

Saat tak ada yang memperhatikan sekitarnya tiba tiba sebuah troli dengan isi penuh belanjaan yang tak tahu dari mana arah datangnya menghantam pinggang kiri ify membuat si empunya terdorong beberapa langkah kebelakang dan seketika ify mengerang kesakitan memegang perutnya, Via yang ada disebalahnya tampak panik hingga seluruh tubuhnya bergetar apalagi setelah melihat darah yang mengalir disela sela kaki Ify.

Kenapa harus selalu dengan gue sih Fy lo menderita gini. Yaallah selamatkan lah keponakan hamba dan ibunya.

***

Lo bisa bahagia sekarang fy, itu semua diatas penderitaan gue!! Lo harusnya sadar ify!!!

Seseorang tersenyum licik dari balik pilar.

***

Sejak pagi perasaan Rio mulai tak menentu. Seperti ada yang mengganjal dihatinya. Apa mungkin karena ia tidak berpamitan dengan Ify pagi tadi. Ia tak tega harus membangunkan Ify. Dari malam tidurnya tak tenang dan terlihat begitu gelisah dan baru menjelang subuh tadi istrinya itu dapat tidur dengan tenang.

Meeting kali ini pun dijalani dengan tidak fokus beberapa kali asisten pribadinya harus menjelaskan ulang apa yang tengah mereka atau investor bicarakan. Rio benar-benar tidak merasa ada dikantornya. Ia terus saja kepikiran ify.

"maaf pak sebelumnya, sepertinya meeting kali ini harus kita bahas di lain waktu. Saya merasa kurang enak badan"

Rio meninggalkan ruang meeting begitu saja. Membiarkan assisten probadinya mengurus semua yang ia tinggalkan. Bukankah itu memang tugasnya, jadi biarkan saja.

Bokongnya belum lama berada di kursi kebesarannya ketika satu pesan whatsapp masuk ke handphonenya.

Via : Kak, istri lo sama gue. Kita ke mall deket rumah gue

Rio : kenapa ify belum izin ke gue vi?

Via : gak tau. Males katanya. Bawaan bayi kali

Rio : yaudah. Jaga ify sama anak gue yaa vi

Rio mengakhiri chatting nya dengan Via dan beberapa kali berusaha menghubungi Ify. beberapa kali sambungan masuk dan jelas Ify memang tak mau mengangkat telpon darinya

rio mencoba kembali fokus pada tumpukan berkas yang harus ia periksa. Mencoba mengalihkan sejenak pikirannya. Hingga deringan telpon dari smartphonenya cukup mengagetkannya.

"Via"

"yaa hallo vi??"

Seketika raut wajahnya berubah mendengar penuturan via dari seberang telepon. ada godam besar yang berulang kali seolah memukuknya. Tanpa banyak bicara. Rio bergegas menuju tempat yang disebut Via.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Wedding (Rify Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang