TBJ - 1. Tantradinata's Son

173K 7.1K 75
                                    

Satu: Meet the Son

Lexa's POV

Hari ini berjalan dengan baik, aku mengerjakan tugasku yaitu mengecek satu per satu laporan yang dikumpulkan oleh bawahan sebelum ditandatangani atau diurus oleh Pak Leo. Siang ini berjalan damai sampai akhirnya sesosok wanita cantik itu datang dengan hebohnya...

"Alexandra! Yaampun tante merindukanmu!", oh well, ini Tante Wina, istri satu-satunya Pak Leo, atasanku. Jangan heran akan keakraban kami, karena aku sendiri juga bingung.

"Halooo, tante! Apa kabar? Lama nggak kelihatan disini, tan? Sedang sibuk?", ucapku menjawab sapaannya lalu berdiri memeluknya. Aku memang biasa memperlakukannya seperti ibuku sendiri.

'Calon menantu yang baik, huh?', sindir suara hatiku. Kadang otak sama hati nggak sinkron emang bikin setres sendiri.

"Kabar tante baik sayang, kamu juga makin seksi aja hahaha. Ardi pasti betah kalo sekretarisnya kayak kamu gini! Kamu udah tau kan apa yang harus kamu lakuin, hm?", ucap Tante Wina meledekku seraya menaik turunkan alisnya. Halaah, wanita ini!

Eh tapi ngomong-ngomong... Ardi? Sialan! Aku lupa bahwa aku harus menjemput lelaki itu.

"Uh--Ardi, ya? Aku lupa tan kemarin kayaknya Pak Leo bilang kalo aku harus jemput dia hari ini? Shit aku lupa. Matilah aku.", ucapku keceplosan yang malah diketawain Tante Wina.

"Sudah sadar akan kesalahanmu, Nona?", ucap seseorang keluar dari ruangan Pak Leo, mengenakan jas dan setelan kerja lengkap seraya menatapku datar.

Eh? Tunggu-tunggu, kapan dia masuknya!

"Malah bengong lagi! Kamu nyadar nggak sih kalau tadi di bandara aku nungguin 'sekretarisku' yang katanya mau menjemput.", ucapnya sinis. Belum sempat aku mengatakan apapun, entah bagaimana ceritanya Pak Leo malah sudah membuka suaranya.

"Sudahlah, Ardi. Dia lupa, lagian Papa lupa bilang jam berapa dan terminal mana. Jelas akan lebih konyol dia kesana dan keliling Soekarno Hatta untuk mencarimu?", ucap Pak Leo disertai kekehan darinya dan Tante Wina.

"Ih, Papa kok bisa mempekerjakan karyawan tidak kompeten ini, sih, gima--", cerocos lelaki itu yang ternyata dia adalah Ardi, anak dari bosku. Tak tahan atas mulut pedasnya akupun membalas tak kalah nyolot.

"Maaf ya, Tuan Ezardi Ardian Tantradinata karena sudah memotong ucapan anda. Tapi yang perlu anda ketahui, saya, Alexandra Gabrielle Halim, sudah bekerja 4 tahun dengan track record bersih sebersih-bersihnya, bahkan lebih bersih dari kemejamu! Dan kalau kamu tanya kenapa Pak Leo 'memilihku' tanyakan pada Papa-mu itu, tapi jangan bawa-bawa ti--", belum selesai aku bilang dia malah berjalan mendekatiku dan berdiri dengan angkuhnya.

Huh. Dia pikir mentang-mentang dia jauh lebih tinggi dan bahkan heels-ku nampaknya tidak membantu, aku tetap terlihat mungil.

"Kau terlalu banyak omong gadis kecil! Ada baiknya kau membantuku pasangkan dasi saja, dan jangan bilang kalau kau tidak bisa!", ucapnya lalu menyerahkanku dasi hitam polos itu. Entah mengapa aku malah menerimanya dengan bodoh dan malah membantunya memasangkan dasi itu.

Sialan, padahal aku sudah cukup berjinjit tapi manusia macam apa ini kenapa dia tinggi sekali?! Membuatku harus mendongak dan tidak sengaja menatap wajahnya.

"Mengagumiku, hm?", ucapnya datar.

Kampret memang ini orang! Ku tarik saja dasinya kencang-kencang.

"Aduhhh-duh-duhh, Alexa! Kamu ingin membunuhku, ya!", ucapnya lagi dan hanya ku pelototi saja dan dia malah menggerutu sendiri. Eat that, asshole!

"Wow, seorang Ezardi Tantradinata dipermainkan seorang wanita? Kapan lagi kita melihat adegan ini? Great job, Alexandra!", ucap Pak Leo seraya bertepuk tangan dengan dramatis seolah habis menonton opera sabun dari teater William Shakespeare.

Ini sebenarnya aku yang gila atau keluarga ini yang gila?

"Papa!",

"Pak Leo!",

Ucapku dan lelaki sialan bernama Ardi itu secara bersamaan. Sementara Pak Leo--yang biasa kupanggil Om Leo jika ada diluar kantor, serta Tante Wina, malah tersenyum penuh arti dan mereka masuk ke ruangan Pak Leo, meninggalkanku dengan alien keparat ini.

Kegilaan macam apalagi ini?
Aku yakin mulai hari ini dan seterusnya hidupku tidak akan aman di kantor melihat Ardi menduduki meja kosong sebelahku.

"Kenapa? Aku memang ditugaskan disini sampai hari peresmian CEO baru, kau tahu?", ucapnya singkat.

"Oh, dan kita belum berkenalan secara resmi, aku Alexandra Gabrielle Halim. Dan ya aku sudah tau, kau Ardi, kan?", ucapku lalu mengulurkan tangan dengan senyum ala kadarnya.

Dia berdehem pelan dan menjabat tanganku,
"Ezar. Panggil aku Ezar, jangan Ardi. Panggilan masa kecil sialan itu bisa-bisanya Papa masih memanggilku itu.", ucapnya kesal.

"Well, Ezar maupun Ardi, tak ada bedanya. Lagian orangtua punya panggilan khusus masing-masing untuk anaknya. Ya kan, Ezar?"

---

[REUPLOAD]; The Billionaire's JourneyWhere stories live. Discover now