PART 3 | CLUE 2

261 25 0
                                    

            Seminggu berlalu setelah pertemuan itu, sejauh ini... kami belum mendapatkan peningkatan mengenai kutukan itu. Dengan inisiatif ketua Klub Kami, Antari Rifsah atau biasa dipanggil Tari, kami mulai mewawancarai guru yang memang telah lama mengajar di SMA Dharma.

Aku mewawancarai Pak Kasim, Guru Sejarah sekaligus pengurus Perpustakaan yang telah mengajar di sekolah ini selama 15 tahun.

"Pak, apa bapak punya waktu sebentar?" tanyaku pada pak Kasim

"Ada apa,Nak?"

"Aku punya beberapa pertanyaan tentang kutukan di kelasku"

"Oh, tentang itu. Silahkan saja, bapak akan menjawabnya sesuai fakta"

"Bagaimana awal terjadinya atau munculnya kutukan itu,Pak?"

"Kutukan itu terjadi sekitar 10 tahun yang lalu, seorang siswa yang berada di kelas itu, bernama Kevin. Dia seorang siswa yang cerdas, gagah, dan selalu mendapat peringkat pertama, ia bahkan sering menjadi bahan omongan guru yang mengajarnya. Tapi, dibalik kesempurnaannya itu,ternyata seorang pembunuh. Ia memiliki geng dan membawanya masuk ke sekolah. Entah isi geng itu, mungkin sekumpulan psikopat.

Yang saya tahu, mereka ada 5 orang. Dan semuanya sekelas. Mereka membunuh setiap 2 bulan sekali, hingga pada akhirnya, mereka tertangkap basah sedang membunuh temannya. Dari 30 siswa, hanya 15 yang hidup termasuk mereka berlima. Mereka akhirnya di penjara,dan menjemput ajalnya di sana. Tapi, pembunuhan itu tak berhenti begitu saja, meskipun Kevin serta gengnya sudah di penjara, pembunuhan tetap berlanjut hingga akhirnya semuanya mati. Karena keadaan semakin memburuk, sekolah akhirnya ditutup selama 3 bulan. Pihak sekolah menduga, itu adalah pembunuhan yang dilakukan oleh orang-orang yang telah dibunuh oleh geng tersebut. Dan mengenai kutukan itu, semuanya karena kebencian orang-orang yang telah terbunuh."

Aku mencatat apa saja yang dikatakan oleh pak Kasim.

"Apa ada cara mengatasi kutukan itu,Pak?" Tanyaku lagi pada Pak Kasim

"Membunuhnya, tak ada cara lain. Meski seseorang yang harusnya tak ada pindah atau melarikan diri, kutukan tetap ada. Karena semua cara pernah dicoba oleh pihak sekolah. "

"Mengenai gambaran orang yang tak ada, apakah ada ciri tertentu,Pak?"

"Lupa ingatan di saat tertentu, waktunya tak bisa diprediksi."

"Hanya itu,Pak?"

"Ya, yang saya ketahui hanya itu"

"Terima kasih,Pak. Maaf telah mengganggu waktu,Bapak"

Aku meninggalkan perpustakaan, menuju ruang klub. Saat membuka pintu, kulihat semuanya telah berkumpul. Tanpa berbasa-basi, aku menduduki bangku yang kosong.

"Gimana, udah dapet banyak informasi?" Tanya Tari

"Iya" jawab galih

"Lumayan" Jawab Ruby

"Oke, langsung aja, Galih, bacakan hasil wawancaramu" perintah Tari

"Ehem.. wawancaraku dengan Bu Dahlia, kisah ini berawal dari seorang siswa lelaki yang bernama Kevin. Siswa ini sangat cerdas, gagah serta sering menjadi omongan banyak orang. Hal itu tak bertahan lama. Karena ternyata Kevin adalah seorang pembunuh dan seorang gangster psikopat. Ia dan gengnya membunuh banyak temannya. Pada akhirnya mereka mendekam di penjara dan meninggal. Tapi, terdapat kejanggalan, meskipun Kevin dan gengnya telah meninggal, pembunuhan masih tetap berlanjut. Hingga akhirnya, sekolah ditutup selama 3 bulan.

Mengenai solusinya, hanya ada satu, yaitu membunuhnya. Ciri-ciri seorang yang seharusnya tak ada, pernah hidup di kehidupan sebelumnya dan mati, meskipun hanya orang tertentu yang mengingatnya. Namun, ia terlahir kembali dan saat tertentu akan kehilangan ingatannya, meski waktunya tak bisa diprediksi. Tapi, dapat dipastikan, amnesianya hanya berlangsung selama sehari" Jelas Galih.

Aku mencocokkan penjelasan Galih dengan data yang kutulis. Ada satu yang tak di sebutkan Pak Kasim.

"Apa semuanya sama atau ada yang berbeda?" Tanya Tari pada Kami

"Sama" jawab Rama

"Aku juga sama" Jawab Rama

"Bagaimana denganmu, Ra?" Tanya Tari padaku

"Ada sedikit yang berbeda, pada wawancaraku dengan Pak Kasim, ia tak menyebutkan bahwa seorang itu pernah hidup sebelumnya, namun terlahir kembali. Kurang lebih seperti itu." Jawabku

"Ram, apa kamu ingat Kak Dea pernah meninggal sebelum kejadian itu?" Tanya Tari pada Rama

"Tidak, aku tidak ingat. Tapi, sebelum kejadian itu, ibu memang selalu membicarakan tentang kakak, seolah-olah Kak Dea tak ada. Tapi, sekarang ibuku sudah tak ada." Jawabnya

Kenapa setiap kami mengorek informasi, kami selalu mendapat jalan buntu. Ah.. padahal aku sangat penasaran.

Semua kembali terdiam.

Kring...Kring..Kring..

"Jam istirahat sudah berakhir, kita semua bisa kembali ke kelas." Tari memberi instruksinya. Kami berlima masuk ke kelas.

Pelajaran berakhir tanpa celaka apapun. Tapi, saat kami beranjak pulang. Aku mendengar teriakan seorang perempuan di toilet. Dengan segera, aku berlari ke toilet itu. Kulihat darah bercucuran dari kepala Ratih, teman sekelasku. Dapat kusimpulkan, luka yang seperti ini ia dapat karena terpeleset.

Aku menelpon anggota Klub. Segera kujelaskan pada mereka tentang apa yang terjadi. Hingga beberapa saat mereka semua berkumpul, bertepatan datangnya ambulance.

Semoga saja Ratih masih bisa tertolong. Semoga ia tak apa-apa.

"apa ini sudah dimulai?" tanyaku pada semuanya

"Ya, sepertinya begitu,Ra. Dan Ratih orang pertama yang kena." Jawab Ruby.


Vommentsnya ya :))


CURSE ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang