6| Pertemuan

1.9K 178 1
                                    

Sore telah menyambut, tanpa sepengetahuan Kylie dan semua orang yang ada di rumah, Kayla pergi menuju taman yang letaknya tidak terlalu jauh dari kediamannya.

Kayla merapatkan jaket yang dia kenakan karena udara sudah bertambah dingin. Dia berjalan sendirian, menelusuri pohon rindang di tepian jalan setapak hingga akhirnya sampai di tempat tujuan. Dia mengedarkan pandangan ke setiap sudut taman itu. Namun dia tidak menemukan sosok yang dicarinya. Mungkin lupa, batin Kayla.

"Sudah lama menunggu?" Suara yang cukup berat itu tiba-tiba saja muncul dari arah belakang Kayla, dengan sigap Kayla menghadap ke arah orang tersebut. "Hai! Aku hampir mengira bahwa kau tidak akan menemuiku, tapi lihatlah kau benar-benar datang sekarang."

"Lalu?" tanya Kayla tidak tertarik, berbeda dengan Revon yang begitu antusias bertemu Kayla.

Revon menarik nafas panjang, menggosok kedua lengannya. "Aku ingin meminta maaf Kay, maaf membuatmu kecewa."

"Jika kau memintaku ke sini hanya untuk hal seperti itu, lebih baik aku pulang." Kayla menjauh dari Revon.

Revon gugup, dia mengacak rambutnya. Dia bingung bagaimana cara memulai kembali. "Hei tunggu! Aku pernah berjanji satu hal padamu bukan?" Revon tertawa pelan, "Aku yakin pastilah kau ingin aku mengajarimu naik sepeda."

Langkah Kayla terhenti, dia memeluk tubuhnya sendiri. Diam-diam senyumnya merekah. Sebelum Kayla berbalik, dia menarik nafas panjang.

"Sekarang?" tanya Kayla memastikan. Revon mengangguk mantap.

Siapa sangka Revon memang sudah menyiapkan sepeda khusus untuk Kayla, dia sengaja melakukan itu. Jika meminta maaf sulit, setidaknya bisa dilakukan perlahan bukan?

Sore itu sangat menyenangkan. Bahkan membuat Revon dan Kayla tertawa puas seolah masalah yang lalu tidak pernah ada dalam kehidupan perempuan yang sekarang dikepang dua itu.

Kayla takut. Kalo boleh jujur Kayla takut, takut mengendarai sepeda. Tapi lihatlah sekarang Kayla bahkan sudah mahir mengendarainya walau masih takut untuk berbelok.

"Itu tidak terlalu buruk Kay," ucap Revon saat Kayla kurang keseimbangan di tengah jalan. "Cobalah berputar, kau tidak bisa berjalan lurus terus."

"Revon, aku bisa Revon." Kayla berseru bahagia saat dirinya memutar kemudi sepeda tanpa menjatuhkan kaki ke tanah. Revon bertepuk tangan.

"Usaha bagus Kay," ucapnya, "Sekarang lebih baik kita pulang, hari sudah hampir malam."

Kayla menghentikan sepeda tepat di depan Revon, dia memiringkan kepalanya. "Kau masih takut akan gelap Revon?"

"Bukan soal itu Kay, tapi kau perempuan dan tidak baik seorang perempuan berkeliaran di malam hari." Revon menjawab gugup.

Kayla bersikeras untuk tetap berada di taman. "Revon, ini malam minggu dan akan ada acara kembang api di sini, pastilah taman akan ramai. Mau temani aku Revon? Aku mohon." Kayla memohon pada Revon.

Pada akhirnya Revon pun mengangguk ragu. Kayla yakin pastilah sekarang keringat dingin mengalir di tubuh laki-laki itu. Tapi dia tidak peduli, yang penting malam ini dia bisa melihat kembang api bersama Revon, sahabat lamanya itu.

Di taman itu memang selalu diadakan pesta kembang api setiap sabtu malam dan hampir seluruh warga menghadiri pesta tersebut.

Revon duduk di kursi taman sambil mengepalkan kedua tangannya erat. Matahari hampir sempurna tenggelam. Dia ingin berlari, masuk ke dalam rumah kemudian menyalakan lampu seterang-terangnya. Namun dia juga tidak ingin meninggalkan Kayla sendirian.

Ada rasa khawatir juga pada diri Kayla, dia takut Revon kenapa-napa. "Ayolah Revon, buka matamu, ini tidak seburuk dengan apa yang kau bayangkan. Lihat cahaya-cahaya itu sudah dinyalakan." Kayla menyuruh Revon untuk membuka mata, karena sudah hampir setengah jam Revon menutup matanya. Kayla tahu, sahabatnya itu takut akan gelap.

Pesta kembang api akan dimulai sebentar lagi. Satu persatu warga memasuki taman, bercengkerama satu sama lain, sebagian memilih untuk diam sambil menikmati udara segar di malam hari.

"Revon! Lihat rembulan itu! Dia bercahaya Revon, dia akan menerangimu di malam hari, saat ini. " Kayla berseru, hingga membuat sebagian orang menoleh kepadanya. Namun yang Revon lakukan hanyalah diam. "Revon kau seharusnya tenang saja, tidak perlu khawatir... Karena nyatanya ketika matahari pergi, dia tidak akan pergi begitu saja, dia akan membuat bulan bersinar sehingga aku masih bisa melihatmu walau matahari tidak menyinari."

Revon malu jika boleh jujur, dia malu dengan Kayla. Bagaimana bisa tadi dia mengajari Kayla yang takut setengah mati menaiki sepeda hingga akhirnya Kayla berani, sedangkan dirinya sendiri tidak bisa melawan rasa takutnya.

Dengan keberaniannya pada akhirnya dia membuka mata dan bertepatan saat itu sebuah petasan pertanda acara akan dimulai berbunyi nyaring, cahayanya menyebar dengan indah. Sorak ramai terdengar, Kayla ikut bersorak. Revon tersenyum, dia senang sekaligus gugup. Revon memperhatikan rambut yang jatuh dari bahu perempuan di sampingnya yang sekarang masih berloncat-loncat girang.

Lihatlah! Hari ini Kayla berani menaiki sepeda dan hari ini pula Revon berani akan kegelapan.

"Terimakasih sudah membuatku panik adikku tercinta." Danny tiba-tiba saja menampakkan dirinya di depan Kayla, membuat perempuan itu terlonjak.

"Hai Dann, maaf telah mengajak adikmu keluar rumah." Tanpa Kayla sangka Revon membuka mulut walau Kayla rasa, rasa takut di dalam diri Revon belum menghilang sepenuhnya.

"Untung saja dia ada denganmu Revon, aku sangat khawatir tadi." Danny menepuk bahu Revon pelan. "Baiklah, aku akan menemui bibi dan paman, bilang bahwa kalian baik-baik saja."

Kayla mengangguk. "Kak! Aku ikut dengan kakak!" Kayla mengejar Danny yang sudah jauh beberapa langkah di depannya.

"Sampai bertemu lagi..."

Pertemuan itu sangat menyenangkan

□□□

27 Oktober 2015, 21:55

Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang