Lapisan 7 - Hai, Indonesia

1.3K 78 22
                                    

28 Oktober 2015

Hai, Indonesia. Bagaimana kabarmu hari ini? Semoga kamu tetap kuat ya dengan masih adanya teror kabut asap yang membuatmu ditekan oleh berbagai negara. Kesalahan tidak terletak padamu, mungkin juga bukan pada mereka, karena bukan saatnya mencari siapa yang salah, tapi siapa yang mau peduli.

Hai, Indonesia, bagaimana olahraga sepak bolamu? Semoga masih tetap semangat ya setelah dilaksanakannya Piala Presiden kemarin. Masih ada secercah harapan untuk membuat olahragamu menjadi semakin berkembang. Kasihan pendudukmu yang punya bakat sepak bola, sekarang berubah menjadi tukang parkir bahkan pengangguran. Kesalahan tidak terletak padamu, mungkin juga bukan pada mereka, karena bukan saatnya mencari siapa yang salah, tapi siapa yang mau peduli.

Hai, Indonesia. Bagaimana keadaan pelayanan kesehatanmu? Masihkah asuransi kesehatan berjalan walaupun tak ada suntikan uang? Semoga para penyedia pelayanan kesehatan untuk pendudukmu diberi kekuatan dan kesabaran untuk menghadapinya sekalipun gajinya kalah dengan gaji pengemis. Atas nama pengabdian, tenaga medis tidak diperbolehkan protes akan kesejahteraan hidupnya sendiri. Atas nama pengabdian, tenaga medis harus menerima dirinya dikriminalisasi. Atas nama pengabdian, tenaga medis rela berjauhan dari keluarganya untuk membantu menyehatkan pendudukmu. Kesalahan tidak terletak padamu, mungkin juga bukan pada mereka, karena bukan saatnya mencari siapa yang salah, tapi siapa yang mau peduli.

Hai, Indonesia. Bagaimana kabar pemimpin-pemimpinmu? Apakah mereka memperlakukanmu dengan baik atau malah menjualmu? Pendudukmu sangat pintar, pintar memanipulasi dirimu. Pendudukmu juga sangat baik, karena membantu mencukur hutanmu sampai habis. Tapi, jangan takut. Masih ada pejuangmu, yang diam namun mendukung. Yang bertindak tapi rasional. Para pejuang itu, akan tetap ada untukmu, sampai kapanpun, karena mereka mencintaimu. Kesalahan tidak terletak padamu, mungkin juga bukan pada mereka, karena bukan saatnya mencari siapa yang salah, tapi siapa yang mau peduli.

Hai, Indonesia. Bagaimana kabar pendidikanmu? Masih bisakah pendudukmu sekolah sampai SMA? Sudah diperbaiki kah sekolah-sekolah tak beratap di jantung ibukota? Generasi mudamu menunggu pendidikan yang menjadi hak-nya namun banyak yang tidak tersampaikan. Uang, lagi-lagi menjadi alasannya. Sekolahmu sudah miring tiga puluh derajat dan akan roboh, sedangkan rumah mereka miring tujuh derajat saja sudah berteriak minta pembenahan. Sekali-sekali, mungkin bisa kalian ajak mereka untuk merasakan kehidupan kalian. Kesalahan tidak terletak padamu, mungkin juga bukan pada mereka, karena bukan saatnya mencari siapa yang salah, tapi siapa yang mau peduli.

Hai, Indonesia. Bagaimana kabar pemudamu? Masih adakah pemuda yang berpikir kritis dan rasional bukan hanya sekadar berbicara tanpa makna? Pemuda adalah tombak perjuangan, tapi apa jadinya apabila tombak itu sendiri rapuh. Pemuda adalah kunci kemerdekaan, tapi apa jadinya bila kunci itu dihancurkan. Titip salam ya untuk para pemudamu, semoga mereka tetap cinta padamu walaupun gempuran budaya luar semakin mempengaruhi mereka. Semoga para pemudamu tetap mempertahankanmu, memperjuangkanmu, melindungimu dari setan-setan terkutuk. Kesalahan tidak terletak padamu, mungkin juga bukan pada mereka, karena bukan saatnya mencari siapa yang salah, tapi siapa yang mau peduli.

Hai, Indonesia. Sudah waktunya aku pergi. Terimakasih telah membaca surat dariku. Aku minta maaf ya kalau kata-kataku menyinggungmu. Tapi, yakinlah, aku begini karena aku peduli padamu. Aku adalah pejuangmu. Aku adalah pemudamu.

Salam hangat,
Generasi penerusmu,
Selamat Hari Pemuda Nasional.

Poems for YouWhere stories live. Discover now