13

1.2K 42 2
                                    

ALIF POV

Alhamdulillah ya allah hari ini mendapat kabar baik yaitu difa hamil, terimakasih ya allah engkau telah mempercayai hamba untuk menitipkan anak.
Namun kenapa difa dari tadi hanya diam saja, apa karna kepalanya pusing.

" bunda kenapa diam aja dari tadi, bunda ga senang kalo hamil?" Tanya ku pada difa.

" senang yah"

" kok gitu aja bun, ayah ada salah ya bun?"

" gak kok yah"

" jadi bunda kenapa gitu?"

" ga kenapa-napa kok yah"

" yakin bun?"

" iya yah"

" yaudah deh bun, kalo ada apa-apa bilang sama ayah ya "

Difa hanya menganggukkan kepala saja tanpa menjawab.
Tiba-tiba aku teringat waktu di parkiran rumah sakit tadi, aku melihat ria tapi sudahlah aku tak ingin mengingatnya.
Apa aku harus cerita sama difa tentang ria tapi sebaiknya ga usah deh itukan masa lalu dan juga kondisi difa lagi hamil.

Selama sebulan ini sifat difa berubah seratus persen entah kenapa, kalo bawakan hamil si bisa jadi tapi ini kayaknya beda bukan bawakan hamil.
Apa harus aku tanya kenapa, bisa-bisa ini pertanyaan yang ke puluhan kali aku tanyakan pada difa dan dengan jawaban yang sama.
Mungkin belum saatnya dia berbicara apa masalahnya.

Kulihat difa hari ini pulang kerja membawak sate kacang, mungkin dia sedang ngidam.

" bunn, kenapa ga pernah bilang sama ayah kalo bunda ngidam apa aja? Kenpa bunda pergi beli sendiri?"

" ga apa-apa kok yah"

Nah udah ku tebak pasti jawabannya itu lagi dan lagi.

" itu bukan jawaban yang ayah mau bun"

" jadi mau jawaban apa?"

" penyebab kenapa bunda seperti ini?"

" tanya sama diri ayah sendiri kenapa dan ada apa"

" bun, ayah ini hanyalah manusia biasa. Jika ayah ada salah tegur dan tunjukkan letak kesalahan ayah itu dimana. Ayah bukan seorang imam yang baik tapi ayah berusaha untuk menjadi imam yang terbaik buat keluarga kecil kita ini. Tolong bun kalo ayah ada salah atau sesuatu yang membuat bunda marah katakan pada ayah, ayah siap mendengarkan semua isi hati bunda bagaimanapun itu"

Ku lihat difa yang menunduk mendengar bicara ku yang seperti itu dan setetes air matanya lolos jatuh ke jilbabnya.
Aku segera menghapus air matanya.
"Maaf kalo ayah membuat bunda menangis, tapi tolong jaga air mata bunda agar tidak pernah keluar lagi dan berjanjilah ini air mata yang terakhir bunda keluarkan. Karna setetes air mata yang bunda keluarkan itu akan menjadi tanggung jawab ayah di hadapan allah"

Aku langsung memeluk difa, di dalam pelukan ku difa menangis sambil berkata

" maafin bunda yah"

" Iya bun, udah bunda jangan nangis lagi yaa"

" iya yah bunda ga akan nangis lagi kok"

" sekarang bunda cerita sama ayah. Kenapa sifat bunda berubah sama ayah"

" bunda tau waktu di parkiran rumah sakit ayah liatin wanita yang berjilbab,berjalan ke mobilnya yang parkir di samping mobil kita"

" oh itu bun, baiklah sekarang ayah jelasin sama bunda"

" ga usah yah, bunda udah tau semuanya tapi yang bunda kesal kenapa ayah tidak cerita tentang itu sama bunda dari awal menikah"

" tunggu dulu bunda tau dari mana? "

Mengagumi dalam diamWhere stories live. Discover now