PART 17

17.7K 1.2K 51
                                    

"Sakit! Pelan kek!"

Lynn mencengkram bahu Maurer dan sesekali menonjoknya ketika cowok itu dengan telatennya mengusapkan alkohol pada lukanya.

"Ini udah pelan. Emang perih Lynn..." kata Maurer sabar.

Lynn meringis kesakitan. Pintu ruangan UKS dibuka. Tampak seorang gadis bertubuh mungil berkuncir kuda masuk dengan membawa perban.

"Sorry lama. Perbannya abis,"

Gadis itu menggantikan posisi Maurer. Dibalurkannya luka Lynn dengan obat merah sebelum dibebat menggunakan perban. Maurer memperhatikan tiap detail yang dilakukan oleh gadis berkuncir kuda itu seolah takut jika gadis itu melakukan kesalahan dan menyakiti Lynn.

"Selesai," kata gadis itu.

"Makasih ya..." ucap Lynn tulus.

Gadis itu mengangguk. Dirapikannya alat-alat yang tadi digunakan untuk mengobati Lynn kemudian, gadis itu keluar begitu saja. Tinggal Maurer berdua dengan Lynn di UKS.

"Jadi, lo dan Yura saudara tiri?" tanya Maurer memecah keheningan.

Lynn memandang Maurer penuh selidik tanpa menjawab.

"Tadi Rhea dan Kyra ngelabrak Yura buat nyariin lo. Mereka debat. Perang mulut. Lo tahu lah apa yang terjadi setelah itu..."

Lynn menghembuskan nafasnya kasar kemudian mengangguk, "Ya, dia saudara tiri gue..."

"Kenapa dia benci banget sama lo? Maksud gue... bagaimanapun kalian kan saudara."

"Kok lo jadi banyak tanya sih? Bukan urusan lo!" ketus Lynn.

Maurer mengangkat kedua tangannya di udara.

"Fine! Gue cuman nanya. Memang apa salahnya kalau gue ingin tahu banyak tentang cewek yang gue sayang?"

Hening.

Lynn mendengus. Maurer bukan lelaki pertama yang merayunya. Tentu gadis itu sama sekali tak percaya! Namun jantungnya berdegup dua kali lebih kencang. Ada rasa aneh yang menyusup. Lynn memalingkan pandangannya ke arah lain.

"Gue mau balik ke kelas!"

"Gue anterin,"

"Nggak usah!" tolak Lynn mentah-mentah.

"Kita searah sayang... gue dan lo sekelas!"

Wajah Lynn memerah. Tampak benar dia salah tingkah. Gadis itu turun dari ranjang dengan bantuan Maurer. Dia langsung berjalan cepat dengan kaki pincang sebelah. Maurer memperhatikan setiap ekspresi dan gerak-gerik Lynn. Cowok itu menggeleng dan tersenyum geli.

◆◇◆

Kyra berlarian menuju taman kota tempat janjiannya dengan Daryl. Eits, jangan salah sangka dulu! Ibunya yang menyuruhnya untuk menemui cowok itu. Sepertinya kedua orang tuanya memang getol banget menjodohkan dirinya.

Sial dua kali untuknya! Ban mobil kesayangannya tertancap paku sangat dalam. Kempes. Terpaksa gadis itu harus menggunakan angkutan umum. Angkot yang ditunggunya tak kunjung datang juga. Sial tiga kali! Setelah datangpun jalannya lambat seperti siput!

Jadilah gadis itu harus berlari-lari menuju tempat janjian. Sebenarnya Kyra tidak akan perduli walaupun Daryl lama menunggu. Namun jika dipikir-pikir, terlambat tiga jam itu keterlaluan.

Kyra berhenti melangkah saat sebuah tangan menggamit pergelangannya. Gadis itu menoleh kebelakang, Tampak wajah yang paling dibencinya namun juga dirindukannya. Gadis itu terpaku beberapa detik. Dikibaskannya tangan itu dengan kasar.

"Hai,apa kabar?" tanya suara bariton itu lembut.

Kyra menutup bibirnya rapat. Matanya memincing melihat sosok tegap dihadapannya. Tanpa menghiraukan sapaan cowok itu, Kyra membalikan tubuhnya kemudian melangkah pergi. Tapi sekali lagi cowok itu memberhentikan langkah Kyra.

I'm Not A Troublemaker #1Where stories live. Discover now