Chapter 10 : Never Say 'YES'

324 43 0
                                    

Happy reading..
.
.
.

Author's POV.

"Cepat! Kau selalu membuang waktu ku." Perintah Harry.

Lalu tanpa bantahan Swift dengan sigap duduk di bangku sebelah Harry.

Hening.

Tidak ada yang bersuara. Masing-masing manusia dalam satu ruangan ini hanyut dalam pikiran mereka masing-masing. Tidak ada yang memulai berbicara, tidak ada yang peduli. Seakan hanya berada sendiri di dalam mobil itu.

Swift hanya bertanya-tanya kemana tujuan Harry? Kemana Harry akan membawanya?. Pertanyaannya terjawab, Harry menepikan mobilnya di sebuah cafe yang sangat ia kenal. Harway cafe. Pekik Swift dalam hati.

Pikiran nya selalu buruk jika itu berkenaan dengan Harry. Menurut Swift itu bukan salahnya, karena Harry yang membuat kesan yang sama, Menyebalkan.
Tidak bermodal, Swift mengumpat (lagi) Saat memasuki cafe milik Harry.

Harry duduk di tempat yang sama seperti saat ia mengucapkan kesepakatan dengan Swift untuk yang pertama kalinya. Tempat duduk yang terletak di sudut cafe itu menjadi pilihan Harry karena kemungkinan keci seseorang menguping pembicaraan mereka.

Swift's POV.

Harry melambaikan tangan, lalu seorang pelayan menghampiri kami. Aku baru pertama kali melihat wanita itu, ia pelayan baru. Harry menyebutkan merk minuman alkohol berkadar rendah, dengan sigap pelayan mencatat pesanan Harry. Lalu Harry mengalihakan pandangan pada ku.

Jika tujuanya sesuai dengan dugaanku, yaitu membahas tentang kesepakatan bodoh itu, maka aku belum menemukan jawabanya. Aku akan menjawabnya di hari terakhir, saat Harry memberikan tenggang waktu terakhir padaku.

"Tidak, Terimakasih." Yang aku ingin kan hanya itu. Pertemuan ini cepat berakhir.

Mendengar perkataan ku, pelayan baru itu segera kembali, aku menatap punggungnya hingga hilang dari pandangan ku.

"Kau pasti tahu. Yang barusan itu adalah pelayan baru. Sangat mudah mencari penggantimu. Aku benar-benar tidak pernah segan memecat mu." Harry mengetahui arah pandangan ku lalu mengucap kan hal yang semakin membuatku tersudut dalam kondisi ini.

"Ya. Aku tahu." Singkat, padat, jelas.

Harry terlihat menggeram. Aku suka melihatnya kesal karena ucapan ku.

Tak lama minuman yang Harry pesan telah datang. Minuman itu dibawa oleh Clay. Melihat keberadaan ku, Clay membuat sorot matanya setajam mungkin ke arah ku. Well, aku juga senang melihatnya seperti itu, ia iri padaku. Aku hanya menatap matanya kembali dengan tatapan menjijikan. B*tch!!!

"Khemmm," Dehaman dari kotak suara milik Harry membuat Clay tersadar lalu dengan cepat ia membalikan tubuhnya kembali ke tempatnya.

"Okay. Kau ingin masalah cepat selesai, bukan? Jadi apa pilihan mu?," Harry memang bicara padaku, tapi pandangan nya melayang kearah lain.

Aku hanya memasang wajah dingin dan datar. Mencoba tidak peduli dengan raut wajah Harry yang tersenyum penuh kemenangan. Belive me He's demon!!

Harry tersenyum, bukan-maksudku-meringai, ya ia meringai. Seringaian khas milik orang-orang yang menjadi tokoh atau dalang dalam sebuah kejahatan. Aku merinding melihatnya.

"Baiklah, Diam mu aku artikan sebagai jawaban 'YA'," Shit!!

Aku membuka mulutku lebar-lebar. Apa maksudnya?!. Aku tidak pernah mengatakan 'ya'.

The Angel Without WingsWhere stories live. Discover now