2.1

222 18 0
                                    

"Kamu mau kemana lagi?"

"Hmm, beli es krim yuk?"

"Ayooo," balasku sambil terus mendampingi langkahnya.

Kami sedang berada di salah satu mall dibilangan Jakarta.Pagi tadi dia datang ke Apartemenku dengan membawa sebungkus hot chocolate dan sereal, lalu tanpa meminta izin terlebih dahulu ia menyeduhnya di apartemenku. Kita sarapan bersama kemudian dia mengajakku kesini, katanya sih cuma mau main Timezone.

Sebelah tanganku berada dalam genggaman tangan hangatnya dan sebelahnya lagi memeluk teddy bear ukuran besar yang tadi Cloud dapatkan dari hasil beberapa permainanTimezone tadi.

"Connie, kamu mau rasa apa nih? Disini ada menu favorite loh.Mau coba?" Tawar Cloud.

"Boleh deh."

Aku duduk di kursi ukuran dua orang yang menghadap langsung ke arah luar jendela.Cloud mengangguk lalu pergi menuju tempat pemesanan. Aku memandang lekat-lekat apa yang ada di luar sana dengan tangan yang tak berhenti mengelus kepala teddy bear yang ada dipelukanku ini. Di luar sana terdapat banyak sekali mobil-mobil yang berjejer dan tertata rapih di parkiran.

Aku memperhatikan satu-satu Mobil yang berjejer disana dan ada salah satu mobil yang sangat familiar di mataku, Ah ya... tentu saja familiar karna Ayla hitam yang aku lihat itu sama persis dengan mobil Ayla milik Dio. Namun kuharap pengendaranya bukanlah Dio, walau aku sudah memaafkan dan melupakannya tapi tetap saja aku agak canggung jika bertemu dengannya.

"Nie?"

Panggilan itu sontak membuatku menoleh dan berdiri. Itu... Dio!

"Eh? Kenapa ya?"Cloud datang dengan dua mangkuk es krim di tangannya.Dahi Cloud mengerut, seperti mencoba mengingat siapa orang yang ada di hadapanku ini.

"Aku ingin bicara dengannya,"kata Dio tanpa menatap Cloud.

"Oh, oke, silahkan," balas Cloud seraya meletakan dua mangkok es krimitu di meja depan kursi.

"Connie, aku ada di parkiran sampai jam 7 kalau kamu butuh tumpangan," tutur Cloud tersenyum padaku lalu berlalu pergi meninggalkan aku bersama manusia yang paling aku hindari.

Untuk apa sih orang ini datang ke sini?

"Connie Alatha Vera..."

"Cepat bicara," balasku dingin.

"Aku... ingin minta maaf," ujarnya lemah.

"Cih," Aku tersenyum pahit sambil mendecih pada orang di depanku ini, tanpa memperdulikan perhatian publik."Sudah berapa kali kamu mengatakan itu?Sudahlah aku tidak maulagi mempermasalahkan hal itu."

"Connie, beri aku kesempatan."

"Berapa kesempatan yang kuberikandari dulu? Tapi kamu malah menyia-nyiakannya."

"Connie, please." Dia memohon dengan sangat, dan permohonannya kini... berbeda dengan permohonan sebelum-sebelumnya.

Aku teringat saat Dio menggandeng tanganku dengan hangat, aku mengingat ia selalu menghitung jumlah ice cube yang ia masukan di dalam es tehku dan aku mengingat pelukan hangat yang selalu ia berikan ketika kita bertengkar.

Aku menatap lurus ke bola matanya dan aku tahu untuk kali ini dia benar-benar sungguh meminta maaf padaku.

Anandio Januar Putra.

"Aku memaafkanmu Dio bahkan sebelum kamu meminta maaf... Penyesalan memang selalu datang belakangan.Dan aku ingatkan padamu sekali lagi, kalau aku sangat sayang padamu dari dulu sampai sekarang walau kamu sering menorehkan rasa sakit padaku. Namun untuk kali ini tidak untuk cintaku Dio, sudah tidak ada rasa cinta untukmu semenjak kamu menghianati aku dan memilih wanita lain,"

Aku mengambil jeda sejenak sebelum melanjutkan perkataanku, "Maaf,diluar sana masih banyak wanita yang menunggumu Dio. Terima kasih sudah datang dalam hidupku, terima kasih sudah pernah menerimaku apa adanya, terima kasih atas segala yang kamu berikan padaku. Aku hanya ingin mengingatkan jika kamu menemukan wanita yang cocok dan menerima kamu apa adanya, kejarlah dia dan perjuangkanlah dia. Jangan lakukan kesalahan untuk kedua kalinya. Permisi," tuturku lalu pergi meninggalkan Dio yang mematung mendengar ucapanku.

Aku lega sekarang.

Terima kasih Dio karna sudah menyadarkanku apa cinta itu sebenarnya.

Terima kasih Dio karna sudah menyadarkanku apa perasaanku sebenarnya terhadap Cloud.

Iya, Cloud.

Aku mempercepat langkahku untuk menghampiri Cloud yang kini-semoga benar-ada di parkiran menungguku.Ini semua... sudah kuputuskan. Cloud, si awan nan lembut yang sudah kupilih untuk menjadi tempat terakhir cintaku berlabuh.

Cloudy Ziggler.

Aku berlari tanpa memikirkan tatapan aneh dari orang-orang sekitar, aku tak peduli kalau aku dianggap gadis gila karna berlari-lari didalam mall yang ramai ini, yang aku pedulikan adalah aku segera sampai dihadapan Cloud dan mengungkapkan apa yang aku rasakan.

Aku melihat dari kejauhan Cloud sedang bersandar disamping mobil miliknya, ia memejamkan mata entah apa yang ia pikirkan. Aku berlari menghampiri Cloud lalu memeluknya dengan erat, aku merasakan tubuh Cloud yang menegang karna pelukanku yang tiba-tiba ini.

"Ada apa? Kamu di apain lagi sama dia? Kamu kok nangis?"Pertanyaan beruntun dari Cloud tak aku tanggapi satu pun, aku masih tetap memeluknya tanpa mau melepaskan pelukan ini walau Cloud beberapa kali ingin melepaskannya.

"Connie, please beritahu aku,"pinta Cloud dengan suara rendah.

Aku pun melepaskan pelukan Cloud dengan enggan lalu menghapus air mata yang entah sejak kapan sudah turun dari pelupuk mataku.

"Aku ingin jujur," ujarku dengan tatapan lurus menatap bola mata Cloud.

"Apa?"

"Aku mencintaimu Cloud!" ungkapku dengan lantang.

"AKU SANGAT MENCINTAIMU!" ulangku dengan segenap hati tanpa memedulikan orang-orang yang ada di parkiran ini.

Cloud masih diam menatapku.Apa dia tak suka akan ungkapanku? Apa dia tidak menyukaiku? Apa dia akan jijik padaku setelah mendengar pernyataan cintaku?

"Cloud, ada apa? Apa kamu tak suka akan ungkapanku?"Tanyaku dengan pelan. Aku berusaha menahan tangis yang akan pecah sebentar lagi.

"I love you too, Connie," bisik Cloud dengan mata berkaca-kaca.

Hufttt aku bisa menghebuskan nafas yang tanpa sadar sudah aku tahan.Cintaku tak bertepuk sebelah tangan.Cloud menariku masuk kembali ke dalam pelukannya lalu mencium puncak kepalaku dengan sayang.

"I love you my Cloud."

"I love you too my Connie."

The end

I'm Sorry To Forget YouWhere stories live. Discover now