Have you right there if I close my eyes still

35 1 2
                                    


Aku tidak pernah ingin memejamkan mataku dan tertidur. Rasanya terlalu menyedihkan saat kumenutup mataku pada malam hari dan terbangun keesokan harinya, dan dia tak ada lagi disisiku. Hari-hari yang kujalani tak pernah lagi sama sejak ketidakhadirannya. Semuanya terasa begitu hambar, bagai masakan tanpa adanya bumbu yang melengkapinya.


Setiap langkah yang kubuat terasa begitu berat, dan saat aku berbalik, tersenyum. Senyumku berubah menjadi tatapan sedih. Karena kekosongan yang ditinggalkan dirinya pada hidupku, begitu menyedihkan. Dia tak akan lagi ada untuk kubagi kebahagiaanku, kesedihanku, dan ceritaku. Rasanya ingin menangis, namun apakah tangisanku mampu membawanya kembali padaku? 


Entah sudah berapa tangis yang kukeluarkan, berapa jeritan yang kuteriakan, dan berapa luka yang kutorehkan hanya untuk membuatnya menyadari bahwa meninggalkanku adalah kesalahan terbesarnya.


Tetapi, itu bukan salahnya. Tidak pernah menjadi salahnya. Saat takdir menorehkan garis kematian padanya. Apa yang bisa kulakukan? Apa yang bisa dia lakukan? Menyalahkan-NYA? Sudah, aku sudah melakukannya. Terus-menerus, hingga rasanya yang tersisa hanyalah sebuah lubang tak kasat mata yang tak bisa lagi diperbaiki. Berulang kali kuberusaha membentuk garis takdirku sendiri, tetapi yang kudapati adalah aku kembali ke titik terakhir aku meninggalkannya.


Jika hidup terasa begini beratnya... kenapa hidup itu tak meninggalkanku saja?...



***



Tidak pernah menjadi keinginanku untuk meninggalkannya sendiri, menangis layaknya seorang anak yang tak lagi memiliki siapa-siapa di dunia ini. Penyesalan pun percuma, semuanya telah terjadi, tanpa aku bisa berbuat apapun lagi. Tangan yang tak lagi bisa merengkuhnya hanya bergerak-gerak bagai memotong udara tempatnya bernafas. Sedangkan aku? Aku hanya dapat diam dan melihat. Rasanya sakit... karena aku tidak bisa berbuat apapun untuknya lagi.


Jika pun kami masih bisa bersama, aku tak ingin dia cepat-cepat berada disini bersamaku. Aku masih ingin melihatnya bergerak, tertawa, tersenyum, bercanda, dan bersenda-gurau. Aku ingin melihatnya bahagia, aku ingin... melihatnya hidup.


"Jangan tinggalkan aku... kumohon jangan tinggalkan aku... jangan pernah..." Tangisan itu, permohonan itu begitu menyiksa relung hatiku. Ingin rasanya aku membuatnya mendengar apa yang kukatakan padanya. Tidak, aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Percayalah, aku disini, aku akan terus disini. Berhentilah menangis, kumohon berhentilah... jangan menangis... jangan menangis, Kaoru. Jangan pernah.




***




Angin perlahan mendingin di saat musim pun berubah menjadi dingin. Sekelibat ingatan membayangi memoriku, saat dia berdiri di belakangku dan memelukku erat. Rasanya begitu hangat dan menenangkan. Senyum terlukis di wajahku, senyum bahagia yang hanya dia yang mampu membentuknya karena dia-- hanya dia-- alasanku bahagia. Kini, kuhadapi musim ini sendirian. Tanpanya, tanpa kehangatannya.


"Apa yang kau inginkan pada hari natal nanti?" Tanyanya padaku saat itu. "Hmm... apa ya?" Pikirku dengan seraut wajah penuh keceriaan, kuberbalik, mencium bibirnya sejenak. "Aku ingin kau selalu bersamaku selamanya, merayakan setiap moment bersamaku, tanpa absen. Berani meninggalkanku. Akan kukejar dirimu!... bahkan jika harus ke ujung dunia sekalipun." Dan senyumku melebar manakala pelukan itu semakin erat dan kecupan itu semakin dalam. Rasanya bahagia.



***



Aku selalu dikenal sebagai sosok yang selalu menepati janji, mungkin ajaran dari ayahku sendiri yang selalu mengajarkan pentingnya sebuah janji itu. Hingga kini, aku pun tetap menepati janjiku-- bahkan disaat dia tak lagi tahu bahwa janji itu kutepati. Biarlah, cukup begini-- andai benar ini cukup. Beberapa kali kumenyesali keadaanku sekarang, berapa kali jeritku kuteriakkan, berapa kali kuberusaha membuatnya mendengarkanku.


"Berhenti. Hentikan itu. Jangan lakukan lagi. Kumohon.... JANGAN SIKSA DIRIMU LAGI!!!" Namun pada kenyataannya. Dia tak lagi dapat mendengarku, melihatku, menyadari keberadaanku. Sehingga apapun yang kulakukan tak akan pernah ia ketahui. Hingga sesal kurasakan karena akulah penyebab dia melakukan semua hal itu.


Andai kau tahu... betapa sakit dan sedihnya aku melihatmu begini.



***



Terkadang, pada saat-saat tertentu aku seperti merasakan kehadiran seseorang di dekatku, bahkan terkadang aku bisa mendengar suaranya. Namun setiap aku mencari, tak pernah ada seseorang. Menggelengkan kepalaku, aku hanya tersenyum pilu, betapa bodohnya aku jika menganggap dirinya ada disini, bersamaku.


Dia telah pergi, tidak akan lagi ada.


"Apa kau merindukanku, Makkun?" Tanyaku pada boneka kesayanganku, boneka yang diberikan Mamoru kepadaku di usiaku yang ketujuh, yang menjadikan boneka ini memiliki posisi penting di hatiku. Dan betapa kerasnya aku berusaha untuk terus menjaga boneka ini seakan aku bisa menjaga kenanganku bersama Mamoru.


"Sudah waktunya kita tidur, ayo." Ajakku pada Makkun yang jelas tidak akan menjawab. Kupeluk ia dengan erat, tersenyum, kuberharap aku akan bermimpi bertemu dengan Makkun yang sebenarnya. Karena hanya di situlah aku akan terus bertemu dan berinteraksi dengannya.



***


Aku selalu merasa bersyukur jika dia sudah kembali ke rumah. Karena hanya disinilah dia tidak akan pernah menyakiti dirinya. Hanya disinilah, aku bisa mempercayakan dirinya, karena dirumah ini, ada begitu banyak orang yang menyayangi dan memerhatikannya. Menggantikan posisiku. "Aku sangat merindukanmu." Jawabku, saat dia bertanya pada boneka beruang kecilnya, boneka yang kubuatkan sendiri untuknya sebagai hadiah ulang tahunnya yang ketujuh. "Aku akan selalu merindukanmu, bagaimana tidak, hmm?"

Kulihat dirinya, kuciumi dia walau tidak benar-benar menciumnya. Tapi hanya ini yang bisa kulakukan untuk melepas kerinduanku, mengurangi siksaanku. Hanya ini...

Kulihat dia perlahan berjalan ke arah tempat tidurnya, memeluk boneka beruang itu seakan menjaganya dari siapapun yang berusaha mengambilnya dan aku pun berjalan mendekat. Memosisikan tubuhku untuk berbaring disampingnya, satu tanganku, kuangkat untuk merengkuh bahunya, menjaganya dari apapun yang mengusiknya. "Selamat tidur, Kaoru. Mimpi indah."

Dan saat kau membuka matamu nanti, percayalah, aku akan tetap disini bersamamu.



[END]  





Have you right there if I close my eyes stillWhere stories live. Discover now