Bab 5

80.6K 5.1K 83
                                    

Rere tertawa begitu melihat caption yang ditulis Bilqis  berbarengan dengan foto Bilqis yang diambilnya tadi. "Caption-nya gini banget," komentar Rere.

Bilqis tertawa pelan, "Orang cantik mah bebas," jawab Bilqis, "Kita selfi yuk, Re."

Bilqis duduk disamping Rere dan mulai mengambil selfi berdua dengan Rere, "Lucu ih, upload di instagram ya."

"Jangan, kamu save aja buat kenang-kenangan. Jangan kamu share ke sosial media kamu."

Bilqis menatap Rere bingung. "Kenapa?" tanya Bilqis.

Wajarkan kalau Bilqis bertanya, jaman sekarang gitu siapa yang enggak pake sosial media? Sosial media tuh udah bisa di identikan sama anak jaman sekarang banget, kalau dulu jamannya Bilqis SD curhatnya di diary, lain sama anak SD jaman sekarang yang sedikit-sedikit curhat di sosial media.

Rere tersenyum, mungkin sekarang saatnya dia memberi tahu Bilqis tentang batasan-batasan apa saja yang boleh dilakukan oleh wanita dan mana yang tidak. "Kata Mas-ku, ada beberapa perbedaan antara laki-laki dan perempuan--"

"Ih kalo itu aku tau. Perempuan itu cantik, kalau laki-laki itu ganteng. Udah bisa disebut perbedaan, kan?"

Rere gemas sendiri mendengar jawaban Bilqis. "Bukan itu ih!" Rere mencubit pelan lengan Bilqis.

"Lalu?"

"Dalam Islam, kita mengenal istilah Ghaddul Bashar, artinya menundukan atau menjaga pandangan," jelas Rere.

Bilqis mengerutkan keningnya. "Aku masih belum ngerti, hubungannya sama meng-upload foto di sosial media, apa?"

"Nah, saat kita menunduk, pandagan kita jatuh ke arah tanah, tidak di angkat keatas. Maksudnya untuk menghindari pandangan dari menikmati wanita yang bukan makhromnya, dan sebaliknya. Jadi kehindar dari pandangan yang menjadi sumber godaan bagi seorang laki-laki maupun perempuan."

"Aku masih belum nemu titik terangnya, lanjutin," perintah Bilqis.

"Buatku, menjaga pandangan itu susah loh, kaya misalnya ada laki-laki yang ganteng lewat depan kita, pasti kita bakal mandangin dia terus sampai dia belok, kan?" tanya Rere meminta kepastian Bilqis.

Bilqis hanya mengangguk, dan mengedikkan dagu. Meminta Rere melanjutkan.

"Sama kaya laki-laki, dia bakal ngeliatin wanita itu juga sampai si wanita tadi hilang ditelan belokan," Rere tertawa pelan, "Abis ngeliat iya kalau udah gitu aja, kalau si laki-laki yang berfikir yang enggak-enggak, gimana? Dosa dari dia ngeliat yang bukan makhromnya, dapet. Dari dia berfikiran yang enggak-enggak juga dapet, nah dosanya jadi double, disitu tugas kita, membantu para laki-laki biar enggak dapet dosa dari mandang foto kita, salah satunya dengan cara tidak meng-upload foto ke media sosial, paham?" tutup Rere.

"Lalu gunanya sosial media itu untuk apa, dong?" tanya Bilqis.

"Lha ... kalau kamu tanya aku, aku tanya siapa? Yang aktif di sosial media juga kamu, bukan aku."

Bilqis tertawa pelan, "Oiya, ya. Aku lupa," kata Bilqis. "Lalu, gimana tuh, Re, sama orang-orang yang suka upload foto ke sosial media, enggak semua anak di sosial media itu kayak aku--masih bebas, enggak paham aturan agama, enggak hijab-an-- banyak lho anak-anak sosial media yang kaya kamu--kerudung panjang dan taat sama perintah Tuhan-- yang suka upload foto di sosial media."

Rere mengangkat bahunya, "Sosial media itu udah kaya, apa ya sebutannya, kebutuhan, kali ya. Kita enggak bisa salahin orang-orangnya sih, masing-masing orangkan berbeda-beda. Tapi buatku, saat dihadapkan dengan dua pilihan, aku akan selalu memilih, mana yang di ridhoi sama Allah," jelas Rere.

"Salah satunya dengan tidak meng-upload foto ke media sosial demi membantu para laki-laki menjaga pandangan?" Rere mengangguk sebagai jawaban, "ahh ... I see."

"Dulu, aku juga pernah tanya ke Mas-ku, 'Mas, calon istri yang baik itu seperti apa?' kamu tau Mas-ku jawab gimana?"

Bilqis menggeleng, "Kan belom dikasih tau."

Rere tertawa pelan, "Katanya, muslimah yang baik adalah, saat fotonya tidak ditemukan di kolom pencarian google.

Bilqis bengong, sebelum akhirnya tertawa bersama Rere, "Serius Mas kamu bilang kaya gitu?" Rere hanya mengangguk sambil terus tertawa.

"Mas kamu memang antik banget, Re. Udah berapa tahun dia enggak pulang kerumah?"

Bilqis tau sedikit tentang keluarga Rere, Rere merupakan anak ke-2 dari 3 bersaudara. Anak perempuan satu-satunya. Anak pertama Bunda Najmi dan Abi Tegar--Mas Barra panggilannya, berkerja disalah satu Yayasan Nusantara, cabang pendidikan, sering berpergian dan jarang sekali pulang. Bisa 4 atau 5 tahun enggak pulang, kerjaannya keliling Indonesia, bahkan kadang sampai ke luar negri demi memperjuangkan pendidikan disuatu daerah. Tapi sekalinya dapet libur bisa sampai setahunan.

Lalu anak ke-3 Bunda Najmi dan Abi Tegar, adiknya Rere, namanya Shaka, sekarang ada di salah satu pesantren yang ada di Jawa Tengah. Sudah kelas 3 SMA.

"Udah 5 tahun, Qis. Ini tahun terakhirnya lho, Bunda nyuruh si Mas buat kerja yang normal aja, jangan kaya tentara yang jarang pulang, katanya."

Bilqis tertawa lagi.

Bersambung...

A/N: tau kok ini sedikit, hehe. See ya ASAP!

Jalan Cikunir no.59
Bekasi - Jawa Barat.

Ayas.

Jomblo Sampai Halal [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang