Chapter 10

3.6K 254 15
                                    

"Lo udah mendingan?" tanya Nando.

Sekarang gue sama Nando lagi duduk di taman.

"Lumayan."

Tapi tetep aja masih keinget.

Gue cuma menghela nafas.

Nando liat jam tangannya.

"Udah jam 10. Ayo pulang."

"Udah jam 10?" tanya gue kaget.

"Iya. Sekarang ayo pulang. Di mana rumah lo?" Nando berdiri.

"Do? Bantuin gue mau ga?"

"Bantuin apa? Asal jangan yang 'iyaiya' deh."

"Temenin gue nyari apartemen dong."

Nando membelalakan matanya. Gue cuma heran aja sama reaksi dia yang terkesan lebay.

"Lo gila? Lo udah ada rumah kan? Buat apa nyari apartemen? Tinggal sendirian itu bahaya tau." cerocos Nando.

Bahaya darimana?

"Gue belom siap pulang." kata gue pelan.

Hening.

"Ah. Baiklah. Ini udah malem gue ga yakin kita bisa dapet apartemen dalam semalem ini. Lo nginep di tempat gue aja dulu."

Gue tersentak dan langsung natap dia.

"Lo gila? Gimana sama orangtua lo?"

"Lo pikir gue segila apa? Gue ada apartemen kosong. Jadi lo tinggal di sana aja dulu."

"Lo ada rumah kan? Jadi kenapa lo ada apartemen juga?"

"Lo kepo banget. Mau atau ga nih?"

"Yaudah kalo lo maksa."

Nando natap gue malas.

"Terserah lo aja deh cing."

"Cing? Apaan cing? Lo pikir gue cacing?" protes gue.

Nando cuma diam dan jalan gitu aja ninggalin gue. Dan gue jalan di belakangnya.

Bruk

Gue nabrak punggung Nando yang tiba-tiba berhenti.

"Eh kucrut. Kalo mau berhenti bilang-bilang dong. Lo kira ga sakit ini ha?"

Gue ngelus jidat gue yang seksi ini. Nando membalikkan badannya dan natap gue.

"Lo mau kasih tau gue tentang masalah lo ngga?"

"Kalo gue ga mau?"

"Silahkan nginep di kolong jembatan sana."

Nando balik dan pergi. Gue otomatis nahan tangan dia.

"Okeoke. Gue ceritain. Tapi anter gue ke apartemen lo dulu. Gue ceritain di sana."

"Oke."

Nando nyalain motornya dan lo naik. Setelah beberapa menit perjalanan. Dan sampailah di apartemen yang dimaksud. Gue cuma bisa berdecak kagum sama apartemennya.

Gimana engga? Ini apartemen yang paling terkenal. Semua orang pengen punya apartemen disini.

"Gausah norak. Ayo masuk." Nando nabok bahu gue.

"Apartemen lo di sini? Lo nyewa atau beli?" kata gue masih kagum.

"Beli."

"Wah, lo sekaya apa sih Do?" kata gue sambil berdecak

The SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang