Part 10

11.8K 475 2
                                    

"Eh pengantin baru kok udah kerja? Baru nikah juga" tanya Fany bingun melihatku yang pagi-pagi sudah berada di perusahaan Papaku.

"Gue galau, Fan" kataku dengan lesu seraya duduk di kursiku.

"Kenapa lagi? Cerita sama Gue"

"Kemarin kan gue ehem ehem sama Dareen tapi paginya gue gak lihat ada darah dikasur. Padahal seinget gue, gue gak pernah melakukannya sama orang lain"

"Ah gitu aja lu galau. Kan memang ada perempuan yang gak ngeluarin darah pas pertama kali making love. Udahlah emang si Dareen persoalin?"

"Ya nggak sih tapi rasanya aneh aja"

Apalagi saat Dareen menyentuhku semalam rasanya aku sudah terbiasa dengan sentuhannya dan rasanya ini bukan yang pertama kali untuk kami. Apa Dareen memberiku obat tidur lalu dia melakukan itu saat aku gak tau? Tapi masa Dareen sepicik itu. Aku harus cari tau. Mungkin buku Diary itu bisa menjawabnya. Aku pun bergegas pulang ke rumah Mama.

"Eh bocah baru dateng udah pergi lagi. Woi kerja woi ckck"

***

13 may 2010

Hari ini aku pergi ke mall sendirian tanpa dia lagi. Sudah 3 hari ini dia tidak ada kabar seakan ditelan bumi. Ia menjauhiku. Apa dia sudah bosan denganku? Tapi kenapa? Dan aku menemukan jawabannya siang tadi. Aku sedang berjalan ke Gramedia karena bosan dan aku melihat dia bersama perempuan lain sedang berbincang-bincang entah membicarakan apa padahal ia bilang hari ini ada kelas tapi ternyata dia pergi dengan seorang perempuan dan sakitnya lagi ternyata mereka sedang di toko perhiasan. Dia memakaikan cincin ke tangan perempuan tersebut dan disambut senyuman bahagia sang perempuan. Yang aku tau hari itu aku sakit sekali.

15 May 2010

Ia mendatangiku ke rumah dan menanyakan kenapa aku gak bisa dihubungi selama dua hari ini. Aku hanya mendiamkannya. Dia terlihat putus asa. Tapi aku tak mau luluh begitu saja dengannya. Biar dia tau rasa! Aku menyuekinnya seharian ini selama dia di rumahku. Sampai malamnya ia pulang karena aku mengusirnya dan mengatakan aku ingin tidur. Jujur saja aku senang ia datang tapi tidak segampang itu aku memaafkannya.

17 May 2010

Ternyata aku salah paham! Perempuan yang tempo hari ku lihat bersamanya ternyata hanya temannya. Ia datang ke toko perhiasan untuk membelikan aku cincin dan karena ia takut tidak muat atau tidak cocok denganku akhirnya ia mengajak temannya. Dan hari ini Ia melamarku ditemani lilin lilin berbentuk love di taman apartemennya. Sungguh ini sangat sweet dan romantis sekali. Aku bahagia dan tanpa ragu aku mengatakan "Yes, I Do"

"Loh kok gaada lagi?" Aku membalik halaman selanjutnya dan tampak kertas ini ada yang di robek.

"Ah kenapa dirobek? Siapa yang robek? Siapa lelaki itu? Aaaaagh" tanyaku pada diriku sendiri frustasi.

Aku harus bagaimana kalau bertanya sama mama pasti mama gak mau jawab. Mungkin aku bisa tanya Fany. Aku pun bergegas ke kantor kembali untuk menemui Fany. Namun tiba tiba handphone ku berbunyi dan terpampang nama Dareen disana.

Drrrttt...

"Halo"

"Kamu dimana Orin?"

"Aku lagi di rumah mama. Kenapa dar?"

"Aku jemput kamu sekarang ya. Kita makan siang"

Klik.

Sial. Seenaknya saja dia menutup telpon tanpa jawaban aku setuju atau tidak. Huh. Kalau bukan suami sudang ku tendang dia.

30 menit kemudian pun Dareen tiba. Ia terlihat tampan dengan kemeja hitam yang aku pilihkan tadi pagi yang lengannya sudah di gulung dan kancing atasnya dibuka satu. Ah he's very hot.

"Sudah puas menatapku seperti itu? Sepertinya kita akan makan di rumah saja."

"Kenapa?" Tanyaku bingung.

"Habis keliatannya kamu lebih lezat" ucapnya sambil mengerlingkan matanya padaku.

"Emangnya aku makanan! Enak saja!"

"Sudah ayo makan tadi aku udah beli makanan diluar"

"Kenapa beli diluar? Kan aku bisa masak sendiri"

"Jangan. Nanti gak keburu mau ehem ehemnya"

"Dasar mesum! Siapa juga yang mau ehem ehem sama kamu!"

"Bener ya gak mau? Awas aja nanti malam minta jatah"

"Yang ada kamu kali yang minta jatah ke aku bwee" kemudian aku berlari ke dalam sambil cekikan. Namun tiba-tiba aku merasa ini semua seperti dejavu. Aku merasa pernah merasakan kejadian seperti ini. Tiba-tiba kepalaku terasa sakit.

"Yang, lama banget sih" ucap seorang wanita yang sedang berdiri di depan rumah dengan mengerucutkan bibirnya.

"Iya maaf sayang tadi aku beli makan dulu di luar" ucap sang lelaki dengan wajah menyesal.

"Kenapa beli? Kan aku bisa masakin buat kamu?"

"Jangan. Nanti lama. Nanti gak keburu buat ehem ehem dulu. Aku gak bisa lama-lama soalnya hehe"

"Dasar mesum kamu! Siapa juga yang mau ehem ehem sama kamu?"

"Bener ya gak mau? Awas aja nanti malem minta jatah!"

"Yang ada kamu kali yang minta jatah ke aku bweeee" ucap wanita itu kemudian berlari ke dalam.

"Heh awas ya kamu, nanti malam aku buat KO" ucap sang lelaki sambil tersenyum melihat wanitanya dan mengejar wanitanya.

Dan setelahnya aku pingsan.

"Orin sayang bangun" itulah suara terakhir yang ku dengar sebelum kegelapan menyelimutiku.

***

"Bagaimana keadaannya dok?"

"Dia baik-baik saja mungkin dia mengingat sesuatu yang membuat kepalanya sakit dan pingsan"

"Apa berbahaya dok?"

"Saya harap tidak. Saya sudah berikan obat untuk penghilang rasa sakit kepalanya. Kalau kepalanya masih sakit mungkin kamu bisa membawanya ke rumah sakit untuk di cek lebih lanjut"

"Baik dok terima kasih"

Dareen pun masuk ke kamar dan duduk di pinggir ranjang tempat Orin berbaring. Ia sungguh pusing akan semuanya. Ia lelah. Dareen mengenggam tangan Orin dan mengecup punggung tangannya. Sesungguhnya ia takut Orin kenapa-napa. Ia takut kejadian 2 tahun yang lalu terulang kembali. Bahkan untuk mengingatnya saja ia tak sanggup.

"Dareen" ucap Mama Orin sambil memegang bahu Dareen.

"Kamu yang sabar ya sayang. Semua akan indah pada waktunya" kata Mama.

"Tapi ma, kalau nanti Orin ingat masa lalunya pasti dia akan marah sama Dareen"

"Jangan bilang seperti itu. Kamu suaminya sekarang. Jadi, lama kelamaan Orin pasti bisa mencintai kamu seperti dulu. Kamu hanya perlu bersabar"

My Beautiful DriverWhere stories live. Discover now