Part 32

7.4K 354 6
                                    

Arin mengerjapkan matanya ketika sinar matahari menyelusup malu-malu dari tirai di kamarnya. Ia merasakan hembusan nafas menimpa leher samping kanannya. Ia pun menoleh dan menemukan Dareen masih berada di atasnya. Arin tidak masalah Dareen menimpanya pun. Asal mereka bisa seperti ini terus. Arin merindukan sikap lembut Dareen.

Arin mengulurkan tangannya ke wajah malaikat Dareen. Namun belum tangannya menuju wajah Dareen, Dareen sudah menahan tangannya tersebut dan berguling ke kiri membuat Arin menjerit kecil karena penyatuan mereka dari semalam yang baru terlepas. Seketika Arin merasakan ngilu di miliknya.

Dareen menatapnya dengan pandangan tak terbaca sambil masih memegang tangan Arin yang dingin karena AC dan cuaca dingin diluar yang semalam diguyur hujan.

Dareen berjalan turun dari ranjang melepaskan tautan tangan mereka dan menuju ke arah kamar mandi. Arin yang melihat hal itu seketika hatinya sakit. Jadi, pertarungan panas mereka tidak berarti apa-apa kah bagi Dareen. Tanpa sadar air mata keluar dari mata Arin. Namun cepat-cepat ia hapus karena mendengar kembali langkah Dareen.

Dareen pun berjalan ke arah kasur dan mengangkat tubuh Arin ke dalam gendongannya. Arin merasa kaget ketika tubuhnya terasa melayang. Ia melingkarkan tubuhnya ke leher Dareen. Dareen membawanya ke kamar mandi dan membaringkannya di bathup. Seketika itu juga ia merasakan hangat menjalar ke badannya. Dareen telah menyiapkan air hangat untuknya. Seketika itu juga hatinya menghangat.

Arin melirik ke arah shower yang dinyalakan. Dareen tengah mandi disana membelakanginya. Arin dapat melihat pungung seksi Dareen yang entah mengapa membuatnya menginginkan Dareen. Ia merutuki hormon kehamilannya yang membuat gairahnya seakan tak pernah padam. Ia merasa sekarang ia menjadi tergila-gila akan bercinta dengan Dareen. Namun yang menyebalkan adalah sikap Dareen yang seakan acuh tak acuh padanya.

Dareen menegang ketika merasakan ada tangan yang melingkar di perutnya. Arin memeluknya dari belakang membuat pola-pola abstrak pada perut six pack Dareen. Dareen mengerti keinginan Arin. Akhirnya, pagi itu diisi oleh percintaan panas mereka kembali.

***

Arin POV

Siang ini aku sedang berada di kantorku. Tadi pagi aku bilang pada Dareen bahwa aku ingin bekerja karena tidak betah di rumah terus. Dan tanggapannya adalah ia mengiyakannya dengan mudah dan tanpa pikir-pikir sebelumnya. Padahal sebelumnya, ia selalu mengatakan tidak kalau aku meminta bekerja.

"Ar, lo lebih suka yang pink, biru atau ungu?" tanya Feby sambil menunjukkan ipadnya ke arahku. Feby sedang berada di ruanganku karena sudah memasuki jam istirahat. Aku yanng sedang makan menoleh kearah Feby sejenak, lebih tepatnya ke arah ipadnya.

DIsana menunjukkan kartu undangan pernikahan dengan beberapa model yang berbeda. Aku memandanginya sejenak.

"I prefer Blue." Warna biru soft entah mengapa menurutku sangat indah dan bagus. Terlebih kesan elegan yang menonjol di dalamnya. Feby pun melanjutkan mengotak-atik ipadnya. Aku pun juga kembali menikmati nasi padangku. Entah ini disebut mengidam atau apa, karena dari pagi tadi aku sangat menginginkan nasi padang. Jadi, aku menyuruh Feby memesankannya untukku dan dia.

"Kalau gaunnya, Ar?" tanya Feby lagi yang membuatku mengerutkan dahi bingung.

"Lo mau kawin?"

"Nikah, Arin sayang. Kalo kawin gak perlu undangan dan gaun heboh begini oke. Gue tinggal pake gaun kekurangan bahan. Dan ya gue udah dilamar sama seseorang minggu lalu."

"Siapa?" tanyaku kepo. Mengapa ia tidak cerita padaku? Aku mendengus kesal padanya.

"Adadeh. Nanti gue kenalin oke." katanya yang lalu membuatku merenggut kecewa.

My Beautiful DriverNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ