Prolog

13.9K 877 33
                                    

"I-iya, tenang saja, iya aku tau. Tentu jangan khawatir, oke, kuhubungi kau nanti malam.." Soojung menutup sambungan telepon itu kemudian berjalan ke arah wastafel kamar mandi.

Ia membasuh pelan wajahnya, namun terdiam setelahnya sambil menatap pantulannya sendiri di cermin. Nampaknya Soojung sedang memikirkan sesuatu.

Ia telat haid dua minggu ini.

.

.

.

Tangannya bergetar ketika benda berbentuk lonjong panjang bewarna putih di tangannya memperlihatkan dua garis merah.

Wanita itu mengerang frustasi.

"Berengsek"

.

.

.

Semalaman penuh Soojung meringkuk di tempat tidurnya, tak henti ia menangis tersedu-sedu. Sudah entah berapa tissue ia habiskan.

Ia dilanda frustasi berlebih. Tidak tau harus bagaimana dan berbuat apa sekarang.

Beberapa panggilan masuk di handphonenya bahkan ia abaikan sejak tadi. Tidak peduli itu dari kakaknya atau managernya. Soojung hanya ingin menangis sekarang.

Masa depannya di pastikan akan berakhir. Soojung seorang model terkenal, lambat laun mau sebaik apapun Soojung menyembunyikannya media pasti akan tahu. Wajahnya akan muncul di halaman pertama koran koran atau sosial media.

Ia mengerang lagi, tangisannya semakin menjadi.

Harus ada yang bertanggung jawab.

Orang itu.

Kim Jongin.

.

.

.

"Jongin aku ingin kita bertemu, ada hal penting yang ingin aku katakan padamu" tanpa menunggu balasan suara dari seberang sana, Soojung menutup teleponnya secara sepihak.

Mau tak mau ia harus mengatakan apa yang sebenarnya terjadi sekarang.

Entah nantinya bagaimana Soojung tidak mau ambil pusing sekarang. Ia kembali meringkuk ke dalam selimut.

.

.

.

"Aku hamil. Anakmu" ada jeda sebentar di antara keduanya.

Soojung mengulurkan tangannya, "2 minggu" tambahnya lagi. Beberapa lembar kertas dan hasil foto USG.

"Shit" Soojung dapat mendengar umpatan itu.

"Soojung," Jongin memanggil.

Wanita itu mengangkat kepalanya dengan wajah dinginnya.

"Gugurkan saja" Dua kata itu benar benar menghujam hati Soojung, ia tersentak kaget.

"K-kau.." geram Soojung, air matanya satu per satu turun.

"Kau bajingan Kim Jongin! Bajingan paling bajingan!" teriaknya, bahunya naik turun bergetar.

Yang diteriaki tidak bergeming, "Kejadian waktu itu bukan sepenuhnya salahku kan Soojung? Kau juga menikmatinya..." ucapnya tanpa ekspresi.

Emosi Soojung sudah mencapai puncaknya, ia tidak habis pikir dengan akal pikiran Jongin. Teganya laki laki itu dengan mudahnya mengatakan untuk menggugurkan anak mereka.

"Kita sama sama mabuk waktu itu, sudah dari awal kita sepakat untuk tidak mengungkit ngungkit hal ini" imbuh Jongin.

"Kejadiannya akan seperti itu jika aku tidak hamil Berengsek!" Soojung beringsut berdiri, meraih tasnya kemudian berjalan pergi.

Baru saja sampai di depan pintu, Soojung menoleh ke belakang.

"Aku tidak percaya bahkan kau lebih mementingkan media dan karirmu itu Jongin, bajingan tetap saja bajingan kan?" Soojung mengambil napas lagi.

"Aku akan tetap mempertahankannya, kau tidak mau bertanggung jawab pun tak masalah, sejak awal kan memang ini bukan sepenuhnya salahmu, aku juga. Begitukan menurutmu?" dengan senyum samar, Soojung menghilang di balik pintu.

Jongin membeku di tempatnya.

.

.

.

Syalalala~

Lanjut or?

USWhere stories live. Discover now