Wajah Senja

11.4K 734 20
                                    

"Saya disini, akan menjelaskan kenapa kalian dikumpulkan disini... Dengan pertimbangan kami, dan guru pembimbing, juga berbagai seleksi antar kelas yang kami adakan, kalian yang berhak terpilih menjadi anggota paskibra sekolah yang baru."
Jelas laki-laki yang berdiri didepan seluruh anak baik itu perempuan atau laki-laki, dengan suara baritonnya laki-laki itu terlihat percaya diri dan tegas.

"Paskibra? Sejak kapan aku ikut seleksi antar kelas."
Bisik Aisya keteman sekelasnya yang ternyata juga terpilih, namanya Vanya, tapi gadis itu terlihat tidak msnghiraukannya. Dan Aisya baru ingat, kalau Vanya tidak menyukainya, dan penyebabnya selalu membuat Aisya ingin tertawa, yaitu makeup-nya yang pernah dirusak oleh Aisya karena tidak sengaja mencipratkan air kewajah gadis itu.

Aisya melengos kesal.

"Jika kalian berubah fikiran, kalian bisa mengundurkan diri, sebelum saya mendata nama kalian."
Syarif masih meneruskan penjelasannya.

Ini kesempatan baik, sebaiknya aku mengacungkan tangan dsn segera pergi dari tempat ini. Fikir Aisya.

Saat ingin mengacungkan tangannya, Aisya tercekat dan mengurungkan niat untuk mengacungkan tangan, itu karena sebuah suara yang berbisik ada disampingnya.

"Aku yang menunjukmu langsung. Dan semua orang sudah menyetujuinya."

Dan pemilik suara itu adalah Arkhan.

"Ta..tapi aku tidak bisa Kak, sudah ada Vanya yang mewakili kelas kan?"
Ucap Aisya beralasan.

"Setiap kelas boleh diwakili dua orang."
Jawab Arkhan masih berbisik, takut Syarif mendengar dan membuatnya marah karena berbicara disaat dia menerangkan.

"Tapi semua kelas hanya diwakili satu murid Kak."

"Disaat saya berbicara, jangan ada yang ikut berbicara!"
Suara itu nyaring dan hampir membuat gendang telinga Aisya pecah, laki-laki yang tadinya ada didepan tiba-tiba sudah ada disampingnya bahkan mendengar pembicaraannya.

"Maaf Kak."
Aisya menunduk.

"Ini bukan hanya untuk kamu, tapi juga untuk semua. Paskibra bukan saja mementingkan kerapian berbaris, tapi juga kedisplinan."
Ucap Syarif yang masih ada disamping Aisya, tapi kini dia sedang menghimbau semuanya, anggota baru paskibra sekolah.

"Jangan diulangi lagi."
Bisik Syarif kemudian berlalu melangkah kembali kedepan.

Setelah mengetahui Syarif benar-benar pergi, Aisya melirik kearah sampingnya yang tadi ada Arkhan. Tapi saat dia mencoba melirik, yang dia cari sudah tidak ada, bahkan bayangannya pun tidak berbekas, begitupun bayangannya yang selalu datang dan pergi dikehidupan gadis itu.

"Ah sudahlah."
Aisya memfokuskan pandnagannya kedepan, mencoba mendengar penjelasan tentang eksaknya yang baru, yang akan mempertemukannya dengan dua laki-laki, yang pertama selalu membuatnya berbunga-bunga, dan yang kedua selalu membuatnya mati merinding.

Tapi ke'fokus'an gadis itu tidak bertahan lama. Matanya terlalu jenuh untuk melihat dan mendnegar laki-laki bersuara bariton itu sedang didepan dan menjelaskan segala peraturan baru yang menyebalkan dan ingin sekali dilanggarnya.
Diambilnya ponsel disaku roknya.
Membuka aplikasi bernama Wattpad, dimana berbagai penulis menuangkan segala imajinasinya disana, begitupun Arkhan. Dia lah laki-laki yang memperkenalkan kepada Aisya apa itu Wattpad, yang sudah berhasil membuatnya menghasilkan satu karya novel.

"Sebuah karya Tuhan yang indah adalah ketika aku melihat senja. Dimana wajahmu selalu terukir didalamnya."

Satu quote yang ditulis baru saja oleh Arkhan di wall-nya.

Aisya menoleh kebelakang, memperhatikan langit yang mulai menenggelamkan matahari, warna ke kuning emasan pun datang menghiasi bumi.

"Aku berharap wajahku yang terukir diujung senja, yang sedang kamu bayangkan."
Aisya segera beristighar dalam hatinya.

"Ini tidak benar, ampuni aku Ya Allah."
Ucap Aisya gerusah-gerusuh.

Membuka Wattpad bukan pilihan yang baik. Ini malah membuatnya semakin gusar dan ingin cepat-cepat pulang.
Dia memutuskan untuk menyimpan ponselnya ditas dan fokus kembali dengan penjelasan yang membosankan dari laki-laki yang sedang ada didepan.
Tapi ponselnya tiba-tiba berbunyi.

1 pesan dari Bunda

Bunda : Aisya, kamu dimana? Ini sudah jamnya pulang.

Aisya menepuk jidatnya, dia lupa untuk mengabari Bundanya.

Aisya : Maaf Bun, Aisya ada acara disekolahan. Nanti pulang, Aisya akan cerita kok.

Kemudian gadis itu segera memasukkan ponselnya kedalam tas. Takut dipergoki oleh Syarif dan kembali mendapat peringatan.

***

"Aisya, kamu gak mau ikut kita?"
Tanya Arkhan yang disampingnya sudah ada Ayla.
Acara sosialisasi tadi sudah selesai, dan sekarang waktunya pulang.

Hari semakin larut, senja sudah mengalah dengan bulan dan bintang yang dengan tegasnya bersinar.

"Tidak Kak, terimakasih. Biar nanti aku pulang sama Vanya."
Ucap Aisya sembari tersenyum, tersenyum miris. Vanya? Haha. Bahkan gadis itu sudah pulang lebih awal dari pembubaran sosialisasi itu.

"Yakin?"
Entahlah, laki-laki itu seperti mengetahui mimik wajah Aisya. Yang sebenarnya ingin sekali nebeng mereka berdua, tapi rasanya terlalu sulit untuk itu.

Aisya mengangguk dnegan pasti, mencoba meyakinkan lawan bicaranya.

"Dia akan aku antar."
Suara bariton kembali menginterupsi gendang telinga Aisya. Dia tahu betul siapa pemilik suara itu, sejak beberapa jam yang lalu.

"Ti..tidak perlu Kak, aku bisa pulang dnegan Vanya."
Jawab Aisya, selalu.. Kenapa setiap ada Syarif, rasanya seperti kutu yang mati karena obat pembasmi.

"Kamu lupa Vanya sudah pulang sejak tadi?"
Ucap Syarif yang membuat Aisya 'cegek' alias mati kutu.

"Jadi Vanya sudah pulang sejak tadi?"
Tanya Arkhan.

"Mmm..."
Saat Aisya merangkai kata, Ayla memotongnya.

"Maaf, tapi Kak Arkhan, aku tidak bisa lama-lama, kita harus pergi. Aku ada pemotretan hari ini."
Ucap Ayla.

"Baiklah, aku akan mengantarmu sekalian."
Jawab Arkhan.
"Biar Aisya diantar Syarif saja. Tidak apa-apa kan Ai?"
Tambah Arkhan berbicara kearah Aisya.

"Ti..tidak apa-apa."
Jawab Aisya ragu. Ini sebenarnya apa-apa loh Kak, ucap Aisya dalam hati.

"Baiklah, kita duluan."
Ucap Arkhan sembari berlalu, yang diikuti Ayla disampingnya. Mereka berjalan berdampingan menuju mobil Arkhan yang tadinya dibawa pulang oleh Ayla.

"Jadi mau aku antarkan tidak?"
Tanya Syarif memecah lamunan Aisya.

Gadis itu menimang.

Disini ada dua pilihan. Pulang bareng Syarif naik motor gedenya, dan tanpa disengaja mereka akan bersentuhan. Atau pulang sendirian jalan kaki karena uangnya habis dibuat makan dikantin dan beli cemilan dikoperasi.
Baiklah, harus pilih yang mana.

"Aku bawa mobil. Kalau mau, ayo. Kalau tidak, ya sudah."
Ucap Syarif sembari berjalan menjauh, lelah karena menunggu jawaban Aisya.

"Mm, aku mau Kak."
Jawab Aisya.

***

Regards ❤

Umi Masrifah

AISYA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang