Prolog

68 4 6
                                    


Aku Renata. Panggil aja Rena. Sebenernya nggak usah dipanggil Rena juga nggak apa-apa. Aku sebenernya pengen banget ganti nama jadi Georgia Rose, Diana, Angel atau Olivia. Biar kesannya kayak di buatin lagu gitu sama 1D. But, karena terlalu khayal kayanya, ditambah namaku sudah dipilihin ortu tercinta, jadi dengan sangat berat hati, panggil aja aku Rena.

Oh, aku Directioners. Udah sejak Louis lahir di dunia. *Awkward moment*

Nggak. Aku jadi Directioners udah sejak One Direction ngeluarin album Take Me Home yang yah, aku akuin the best year for the fandom. Di jaman TMH itu, enak. Beras murah, makanan melimpah, rakyat pun sejahtera. Loh apa ini?

Jaman TMH emang jaman paling makmurnya Directioners tapi bukan beras melimpah juga kali. Emang Niall jualan beras ha? *Marah marah sendiri*

Makmurnya itu karena well, gossipnya masih dikit banget. Mana foto MnG nya asik banget pula. Sampe pada di cium ciumin the boys. Kan kampret.

Ah, by the way, aku sekarang lagi di jalan. Naik sepeda. Sambil dengerin lagunya pacar pacarku. Yang sekarang lagi main itu lagu Fools Gold. Ah, lagu ini favorit banget deh. Ya iyalah yang pertama nyanyikan abangku Niall Ho-

Ciiiitttt. Aku mengerem sepedaku secepat mungkin. Gila aja itu motor. Main serempet serempet aja. Bahaya tau. Ntar kalau aku mati gimana? Kalau aku mati terus nanti One Direction konser di Indo lagi terus aku nggak bisa nonton lagi gimana?

"Oi! Lo gila ya? Naik motor itu yang bener dong! Bahaya banget tau nggak!" teriakku saking kesalnya. Gila aja itu cowok yang naik motor senyum senyum doang pula. Syarafnya udah putus kali ya?

"Lo juga," kata cowok itu sambil masih senyum extra lebar. "Kalau lagi naik sepeda jangan sambil bengong dong. Gue tau kok Lo dari tadi mikirin gue kan?" kata cowok itu dengan pdnya.

Lah? Mikirin dia? Kenal aja juga nggak.

"Gue nggak kenal lo, btw."

Cowok itu ternganga sebentar. Kemudian kembali tersenyum lebar sambil menyodorkan tangannya. "Oh, lo nggak kenal gue?" tanya cowok itu dengan gaya sombongnya. Gue cuma menggeleng-gelengkan kepala. "Lo seriusan nggak kenal gue? Lo hidup di jaman apa sih?"

Lah ini orang sok terkenal banget deh, mana kaget banget pula ekspresinya waktu tau gue nggak kenal dia. Emangnya dia siapa?

"Kenalin. Nama gue Theo. Calon pacar lo," katanya sambil nyengir nyebelin. Kemudian berlalu pergi dengan motornya meninggalkan aku sendirian yang masih ternganga melihat kelakuannya yang ajaib di pinggir jalan pula.

Wait, tadi namanya siapa? Theo? Satu satunya orang yang gue tau namanya Theo itu Theo Horan. Keponakannya Niall. Lah? Theo bukannya masih kecil ya? Atau dia udah bertransformasi jadi gede?

Tapi kayanya itu bukan Theo yang itu deh. Soalnya kan rambut Theo harusnya pirang. Bukan item gitu. Plus, mata Theo yang itu harusnya biru, bukan coklat terang kayak yang tadi. Plus lagi, Theo kan masih kecil.

----

"Baby you're perfect. Baby you're perfect. So lets start right now," aku menyanyi lagu Perfect sambil mengikuti gerakan Harry yang menunjuk ke kamera di MV Perfect.

Yah, suaraku memang nggak bagus bagus amat. Tapi kalau soal nyanyi aku pede banget. Mana pakai gaya lagi. Plus, sekarang aku lagi berdiri di depan kelas saat istirahat. Jadilah semua orang di kelas melihat ke arahku. Setelah itu mereka semua tertawa melihat tingkahku.

"Rena. Lo itu asik banget ya kalau nyanyi," kata Vera, teman sekelasku. "Saking asiknya sampai nggak sadar lagi ada dimana."

"Iya Ren," celetuk Darren. "Gue inget banget lo waktu pelajaran mat, pelajarannya pak Heru pula, nyanyi You and I yang high note nya Zayn pakai teriak. Sumpah gue aja yang lagi ngantuk jadi nggak ngantuk lagi."

Diary Of A DirectionersWhere stories live. Discover now