Every Directioners Problems

27 1 3
                                    

"PILLOWTALK! MY ENEMY MY ALLY," itu suara gue. Jangan kaget, jangan shock. Cukup tutup kuping atau kabur aja.

Masalah Zayn Malik awalnya memang hal yang super sensitif buat semua orang. Tapi setelah lagu barunya, Pillowtalk, sekarang mungkin udah nggak bakalan nangis ataupun sedih. Malah, ikutan teriak-teriak. Mirip kayak waktu Zayn masih di 1D.

Dan kenapa judul chapter ini seperti itu?

Karena setelah menjadi Zquad, fans Zayn, dan setelah merenungkannya berhari-hari, ini adalah masalah gue.

Gue pengen beli jaketnya Zayn which is super expensive.

"Mulai lagi deh si Rena. Udah lupa kali dia gimana ekspresinya waktu Zayn keluar dari One Direction. Heboh air mata. Taunya waktu Zayn punya lagu baru aja, langsung balik ceria," kata Darren sambil memakan gorengannya. "Dasar cewek labil."

"Yah, emang gitu kan si Rena sejak dulu kita SMP?" tanya Vera yang juga memakan gorengan miliknya.

"Hm. Emang udah gitu," kata Farel sambil mengambil gorengan milik Darren.

Mendadak, teringat harga jaket Zayn membuat gue galau akut. Gue langsung berhenti nyanyi, dan balik ke bangku gue yang ada di ujung, dimana temen-temen gue lagi pada nongkrong sambil makan gorengan.

Aish. Kampret kan, beli gorengan nggak ngajak-ngajak.

"Kenapa?" tanya Farrel datar.

"Kenapa apanya?" tanya gue. Wait, yang ini sumpah gue bingung dia nanya apaan.

"Kok jadi murung?" tanya Farrel. lagi.

Gue mendadak langsung mengambil hp gue dan menyodorkannya ke Farrel, yang malah membuat Farrel makin bingung. Lola emang. Nggak peka.

"Itu apaan sih?" tanya Darren sambil merebut ponsel gue

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Itu apaan sih?" tanya Darren sambil merebut ponsel gue. Darren ini memang tipe orang yang suka seenaknya sendiri. Untungnya gue, Vera, sama Farrel sabar menghadapi sikapnya dia. Kalau nggak? Udah di lempar ke laut kali ya?

"Satu dollar itu kan Rp13.000, nah kalau dikali 60 berapa?" tanya Vera bingung.

"Rp780.000," kata gue singkat.

"WHAT?" teriak Farrel heboh. "Lo mau beli jaket seharga segitu? itu belum ongkir loh," kata Farrel masih heboh. Jujur, gue nggak pernah lihat Farrel seheboh ini.

"Tau nggak? Dengan duit segitu itu gue bisa beli game banyak," kata Farrel. Dia memang maniak game. Handphonenya penuh sama game dan sering dipinjem buat main sama kita-kita.

"Iya kan gue cuma pengen. Belum tentu beli juga," gue langsung kembali sedih. Gak sedih-sedih amat sih sebenernya. Cuma mau bikin suasana agak dramatis aja.

"EH?!" Darren langsung teriak kenceng banget sampe gue kaget sendiri. "Gara-gara lo nih, Rel! Lo taukan Rena itu anaknya labil?"

"Minta maaf, sekarang!" Perintah Darren ke Farrel. Farrel hanya berdecak dan kemudian membuka hpnya.

Hal ini lantas membuat Darren yang sudah mendidih, lantas tambah mendidih. Kayaknya udah mulai menguap juga. "Farrel Mulawarman." Kata Darren sambil menekan nama Farrel jelas jelas.

Darren emang nggak pernah serius. Jarang banget bisa liat dia bener bener serius kayak sekarang ini. Tapi Darren bisa serius banget kalau udah menyangkut sahabatnya. Dan momen ini jarang banget terjadi.

Farrel mendecak jutek. "Sorry, Ren."

Darren menghela nafas panjang. Ia mencoba untuk bersabar. "Ren yang mana? Gue apa Rena?"

Oh iya, nama pendek kita kan sama.

"Dua duanya," kata Farrel sambil berlalu menjauhi tempat duduk kita.

--
Gue lagi duduk. Nungguin Darren yang lagi main basket.

Kenapa gue nungguin Darren? Ada apa dengan sepeda gue?

Kalo lo kepo, sepeda gue rusak, ketabrak mobil Darren yang kayak buldozer itu. Jadilah gue mulai sekarang balik sama Darren soalnya dia merasa bertanggung jawab atas sepeda gue.

Yah, nggak masalah sih kalau cuma duduk dan nungguin Darren main basket. Tapi, gara gara anak di samping gue yang taunya juga lagi nungguin Darren selesai main basket, yang emang rese banget.

Di samping gue, duduklah Theo yang bukan keponakannya Niall. Dan dia rese.

"Tau nggak, apa bedanya lo sama obat?" Tanya Theo sambil mulai modus duduk mepet mepet ke arah gue.

"Gue gak suka obat," jawab gue santai sambil duduk bergeser menjauhi Theo.

"Lo nggak suka obat?!" Kata Theo sambil teriak. Dan seketika, semua orang di lapangan menghadap ke arah kita.

Gue yang frustasi, langsung berdiri dan berjalan menuju uks. Dan sesuai ekspektasi, theo juga ikut-ikut ke uks.

"Rena, lo sakit?" Tanya Vera yang memang sedang berjaga di uks. Well, gue sudah ngerencanain ini matang-matang. Gue tau kok kalau hari ini yang jaga Vera.

"Kepala gue sakit," gue berjalan masuk ke uks dan langsung menghempaskan diri di atas kasur uks yang empuk.

"RENA!" Teriak Theo. Berisik banget sumpah. "Sorry Ren. Gue gak maksud bikin lo malu dilihatin orang-orang se lapangan," kata Theo di pintu uks.

"Kepala gue tambah sakit nih Ver," kata gue ke Vera yang merupakan kode untuk mengusir Theo.

Vera yang paham, langsung mengusir Theo keluar dari uks.

Vera datang ke kasur yang gue tempatin sekarang. "Lo seriusan sakit, atau cuma mau ngehindar dari dia?" Tanya Vera.

"Ngehindar dari dia," kata gue sambil kemudian mengirim sms kepada Darren supaya saat dia sudah selesai main basket bisa langsung ke uks dan pulang.

"Ren. Nggak baik loh kayak gini terus," kata Vera pelan. Gue bingung. Gak baik apanya?

"Hah?" Tanya gue bingung.

"Lo nggak perlu nungguin One Direction buat jadi pacar lo. Kalau gitu terus lo bakalan jomblo seumur hidup," kata Vera yang sangat jleb.

"Gue juga gak mau gini terus Ver," kata gue sambil menatap Vera. "Tapi ini susah. Mau gimanapun juga pasti gue reflek ngebandingin orang-orang sama the boys melulu."

"Makanya, stop dan coba buka hati lo buat orang lain," Vera tersenyum santai. "Gue udah berhasil move on dari Justin kok."

Gue melotot. "Hah? Sumpah?" Tanya gue shock. "Move on ke siapa lo?"

"Coba tebak?" Tanya Vera santai. Yang membuat gue geleng-geleng nyerah.

"Gue move on ke Shawn," kata Vera santai.

Itu sama aja dodol!

--

Hai! Berhubung ini ultah Niall dan juga berhubung gue lagi nggak sibuk, akhirnya gue memutuskan nge post cerita ini.

Love,
Alissa

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 13, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Diary Of A DirectionersWhere stories live. Discover now