Bawa Aku Pergi

1.5K 109 2
                                    

Happy Reading

Rey sudah mendapat izin dari pak Zahrin, Rey merasa aneh karena hari ini pak Zahrin sedikit susah untuk memberi izin. Padahal biasanya baik-baik saja.

"Tolong jangan membuat Ailin tidak nyaman.." itu kata-kata dari pak Zahrin.

Itu memang sudah biasa Rey dengar tapi nada bicara pak Zahrin yg sedikit berbeda, agak sedikit berat.

Rey mengajak Ailin ke restoran yg diceritakannya pada Ailin tadi.

Saat pelayan memberi buku menu. Mata Ailin yg berbinar-binar melihat daftar menu yg ditawarkan. Berbagai macam olahan daging sapi pilihan. Menu favorit Ailin.

Rey hanya menatapnya senang. "Tidak salah aku mengajak Ailin kesini" Rey membatin.

"Makasih ya bang, abang udah ajak Ailin kesini. Menu nya waaahh..jadi ga sabar mau cobain semua. Hehe" Ailin tersenyum menampilkan deretan gigi-gigi putih rapinya.

"Iya, sama-sama Ai, aku juga seneng kalau gitu. Berarti ga salah pilih restoran" Rey tersenyum.

Saat pesanan mereka tiba, Rey baru saja ingin mengambil sendok untuk menyuapi Ailin, namun Ailin menahannya.

"Eiittss..bang Rey tenang. Sekarang Ailin udah bisa makan sendiri kok. Udah belajar. Jadi bang Rey nikmati makanan bang Rey saja ya. Ini pasti enaaakkk banget" ucap Ailin penuh semangat dan mulai menyendokan makanannya satu persatu ke dalam mulut mungilnya.

Rey tersenyum, dalam hatinya dia senang, gadis dihadapannya sudah belajar mandiri jadi terlihat lebih dewasa. Hal itu juga membuat Rey jadi tambah jatuh..jatuh hati.

"Kenapa kamu belajar mandiri?" Tanya Rey disela-sela waktu nya makan.

"Mm..." Ailin menghentikan kegiatan makannya sejenak, tatapannya lurus ke arah piring dihadapannya, seolah-olah piring itu sebentar lagi akan bolong akibat tatapannya.

"Hanya ingin menjadi mandiri supaya aku tidak merepotkan orang lain lebih banyak" Ailin tersenyum kecut

"Merepotkan? Siapa? Aku? Aku malah senang, kamu manis dengan sikap manjamu" Rey tidak terima dengan jawaban Ailin.

Ailin terdiam lagi, ia teringat akan sesuatu.

"Bang Rey.." panggil Ailin.

"Iya Ai.." Rey menghentikan kegiatan makannya, selain sudah selesai, ia juga melihat ada tatapan serius dari Ailin.

"Boleh Ai bertanya sesuatu pada bang Rey?"

"Tentu saja boleh adik kecil.."

"Aku bukan adik kecil ya, aku sudah mandiri"

"Hehe ok ok..sekarang lanjutkan apa yg ingin kamu tanyakan" Rey terkekeh lalu kemudian kembali menatap Ailin serius.

"Ingat tidak saat pertama kali kita ngobrol? Bang Rey bilang kalau kita sepertinya pernah bertemu"

"Ooh, iya iya..itu karena kamu sangat mirip dengan seseorang yg aku kenal"

"Bisa abang ceritakan, bagaimana kalian bisa saling kenal?"

"Kenapa memangnya Ai? Kamu kenal?"

"Mm aku hanya penasaran saja"

"Oh, baiklah..sebenarnya aku tidak terlalu mengenalnya. Aku hanya bertemu dengannya satu kali saat hari kelulusanku, alamarhum adikku mengajaknya ke rumah. Tapi aku sangat yakin dan ingat, wajahnya memang sangat mirip denganmu. Hanya saja dia tidak mengenakan hijab sepertimu"

"Apakah bang Rey jatuh cinta padanya?"

"Ha..? Hehe aku tidak yakin akan hal itu Ai. Hanya saja aku tertarik melihatnya, wajahnya sulit untuk dilupakan"

aku dan masa laluWhere stories live. Discover now