08》 MENGHAPUS JEJAK LARA

2.6K 391 24
                                    

Hari itu,
Kamis, 10 Januari 2019

Kenangan yang masih terekam jelas di kepala. Kenangan yang bisa di bilang bahagia bagi dua anak manusia yang terlibat sebagai pemeran utama. Tetapi merupakan kenangan penuh luka bagiku yang bukan siapa-siapa.

Ku rasa kalian sudah dapat menebak perihal kenangan tentang apa. Ya, itu adalah kenangan tentang hari jadi Arkara dan Rara sebagai sepasang kekasih yang berbahagia.

Untuk lebih jelasnya, kan ku bagikan semua melalui paragraf-paragraf cerita.

Siang itu, seusai ujian akhir semester satu, ku datangi gedung fakultas sahabatku. Katanya ada perlu. Entah apa itu, aku hanya setuju ketika Arkara meneleponku untuk memberitahu.

Jujur saja aku tidak punya pikiran apa-apa. Jadi aku hanya datang sesuai keinginannya.

Setiba di gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis, aku segera naik ke lantai dua, menuju kelas Arkara dan Rara.

Kelas baru saja bubar ketika aku sampai di depan ruangan. Satu per satu dari mereka muncul dari balik pintu, termasuk Arkara dan Rara.

Seperti biasa, Arkara yang ramah langsung menyapaku setelah menyadari kehadiranku disana.

"Sudah nunggu lama, Yas?"

Aku menggeleng cepat, "Baru saja, Ka."

"Ya sudah, kita langsung saja!" Seru
Rara, yang mana aku tak cukup memahaminya.

"Mau kemana?" Tanyaku.

Arkara tersenyum misterius, lalu berseru juga, "Sudahlah, ikut saja!"

Karena tidak merasa curiga sama sekali, maka aku hanya mengikuti arah langkah keduanya.

Pada akhirnya kami tiba di parkiran. Aku segera mengambil motorku, begitupula Arkara. Dan Rara, ia ikut Arkara, dan 'selalu' lebih memilih untuk di bonceng olehnya. Sementara aku tidak bisa memprotes apa-apa, karena merasa bukanlah siapa-siapa.

"Ikuti kita ya, Yas?" Arkara memberhentikan motornya di sampingku. Setelah aku mengangguk, ia pun segera melajukan lagi motornya.

Aku hanya mengekori keduanya dari arah belakang. Meksipun tidak mengerti arah tujuan dari perjalanan ini, tetapi tetap saja ku ikuti. Pikirku, nanti juga tahu sendiri.

Benar saja, setelah sekitar sepuluh menitan, kita tiba di Jalan Malioboro. Arkara pun segera memberhentikan motornya di depan outlet KFC yang ada di sekitaran sana.

Sekarang aku mulai mengerti, mungkin salah satu dari mereka mau traktir makan. Ulang tahun? Ya, hanya itulah yang terlintas di kepalaku.

Arkara? Tidak mungkin. Aku tahu ulang tahunnya. Bukan di bulan pertama, tetapi di bulan ketiga.

Rara? Mungkin saja.

Aku hanya diam, tak berniat bertanya-tanya. Jika benar hari ini hari ulang tahunnya, nanti Rara juga bilang sendiri.

Sekarang pikiranku melayang. Aku mulai merencanakan untuk memberikan kado untuk Rara. Tetapi aku tidak tahu benda-benda apa yang biasanya disukai oleh perempuan.

Gulita di Langit Senja (√)Where stories live. Discover now