Empat

39K 2.4K 19
                                    

"Ra, lo nggak apa-apa kan? Gue denger cerita dari Gina kalo lo kena tampar Abyan kemarin?" Wulan memperhatikan wajah Zahra dengan seksama. "Ya ampun itu bekasnya masih ada biru-biru gitu." Wulan mendapati lebam di pipi Zahra yang masih terlihat sekilas.

"Aku nggak apa-apa kok. Dia nggak sengaja nampar aku, aku cuma berusaha lerai dia biar nggak berantem lagi." Zahra melepaskan tas ranselnya dan mengeluarkan beberapa buku dari dalam tasnya.

"Kalo gue boleh kasih saran, lebih baik lo jangan ikut campur deh sama urusannya Abyan. Karna pada akhirnya lo juga yang kena Ra." Yola duduk di atas meja.

"Gue setuju! Bener tuh kata Yola!" Gina langsung menyambar. "Gue udah coba larang dia padahal kemarin, tapi dia nggak dengerin gue." Gina mengangkat kedua bahunya lemah.

"Tapi kalau aku nggak coba lerai mereka, nggak ada yang akan lerai mereka kan? Kalian tega ngeliat mereka luka-luka?"

"Setidaknya gue lebih tega ngeliat mereka yang luka daripada lo." Gina bergumam.

"Hahaha Gina ih! Aku baik-baik aja kok." Zahra tertawa melihat Gina yang khawatir padanya.

BRUK!

Pintu kelas tiba-tiba dibuka dengan kasar hingga pintu itu menghantam dinding. Semua mata tertuju pada seseorang yang berdiri di ambang pintu.

"MANA ZAHRA??!!" Ia berteriak.

Semua pasang mata tertuju pada Zahra, ia pun terkejut. Gina, Wulan, dan Yola pun tak kalah terkejutnya dengan kedatangan Abyan ke kelas mereka.

"Sini! Ikut gue!" Abyan langsung menarik paksa pergelangan tangan Zahra.

"HEH! LO MAU BAWA KEMANA TEMEN GUE?! GAK AKAN GUE IZININ LO BAWA DIA PERGI! LEPASIN TANGAN LO!" Gina menghadang Abyan sambil berkacak pinggang. Volume suaranya memecah keheningan kelas.

Abyan menatap Gina di hadapannya dengan malas.

"Lo siapa? Ibunya? Udah lo minggir!" Abyan menyingkirkan Gina dengan mendorongnya kasar. Gina terjatuh di kursi duduknya. Wulan dan Yola langsung menolong Gina yang terjatuh.

"Ah? Gina?! Eh! Lepasin tangan aku! Itu temen aku! Kamu jahat banget sih?!" Zahra berusaha melepaskan tangannya yang di cengkram erat oleh Abyan. Abyan menyeretnya keluar kelas saat Zahra melihat Gina yang baru saja mencoba untuk menyelamatkan dirinya.

Beberapa siswa berbisik-bisik melihat Abyan dan Zahra keluar dari kelas dan pergi entah kemana. Abyan terus memaksa Zahra untuk mengikuti langkahnya. Cengkraman di pergelangan tangan Zahra pun tak kunjung ia lepaskan. Padahal gadis itu sudah merengek berkali-kali untuk dilepaskan.

"Kamu mau bawa aku kemana sih? Lepasin dulu dong. Nanti aku ikutin kamu tapi jangan pegang tangan aku." Zahra memohon sekali lagi. Ia selalu ingat pesan Ayahnya bahwa bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya hukumnya haram.

Abyan melepaskan cengkraman tangannya ketika mereka sudah tiba di ruang UKS. Zahra mengerutkan keningnya, mengapa ia dibawa kesini? Pikirnya. Zahra mengusap-usap pelan pergelangan tangannya yang terasa sakit akibat kerasnya cengkraman Abyan.

"Kenapa kita kesini?" Zahra angkat bicara.

Abyan seperti mencari-cari sesuatu di kotak obat. Sedangkan Zahra hanya duduk di kursi plastik yang kemarin sempat digunakan Abyan.

Zahra melihat ke ambang pintu yang terbuka lebar, ada beberapa orang yang mengintip dari ambang pintu namun mereka langsung bersembunyi ketika Zahra melihat kearahnya.

Zahra jadi penasaran, ia ingin tahu siapa yang mengintip dirinya. Ia berdiri dari kursi dan berjalan menuju pintu.

"Duduk!" Zahra tersentak ketika Abyan memerintahkannya untuk kembali duduk.

Zahra & AbyanWhere stories live. Discover now