Pangeran - pangeran kecil

30.8K 1.5K 26
                                    

3 bulan yang lalu...

"Jaga mereka dengan baik... Mereka pantas untuk tinggal bersamamu."

Sambil berbicara wanita itu sibuk membereskan barang-barangnya.

"Mereka hanya anak kecil. Akan sangat berpengaruh pada psikologis mereka nanti. Kau bersikap seolah-olah hal buruk tidak terjadi... Tidakkah kau memikirkan mereka?"
jelas pria yang sejak tadi berdiri di depannya.

Kemudian wanita itu menghampirinya, "Salahkah aku membuat keputusan ini? Aku memiliki kebahagiaanku sendiri sekarang. Sejak dulu siapa yang selama ini tidak memikirkan mereka? Huh?"

Tatapan tajamnya membuat pria bernama James Scott itu kesal. Betapa berani seorang wanita yang sekarang bukan menjadi istrinya lagi meremehkan dirinya.

Seraya wanita itu berjalan keluar rumah sambil membawa koper James berkata,

"Ingatlah Manda.. Jangan pernah kau temui mereka seumur hidupmu. Wanita egois sepertimu, bahkan tak pantas untuk melihat anaknya sendiri. Kau akan merasa tidak bahagia!"

Tanpa menggubris ancaman James, Manda melambaikan tangannya dan berjalan menuju limosin mewah yang dari tadi menunggunya.

Dengan amarah yang tak bisa di tahan lagi, James memukul jendela lemari kaca yang ada di dekatnya. Darah mengalir dari ujung kepalan jarinya.

'Sialan kau Manda!!' Batin James.

❄ ❆❇ ❈ ❄ ❆❇ ❈

Pagi harinya,

"Papa, tangan papa kenapa di perban? Papa habis latihan tinju ya semalam?" Tanya anak lelaki yang baru menginjak usia 10 tahun itu.

"Alex.. Memang sejak kapan papa hobi olahraga tinju?" Tanya saudara kembarnya yang sama-sama sedang menyantap sarapan pagi.

"Entahlah. Papa itu terkadang diam-diam melakukan hobinya.. Benar kan pa?"
Tanya Alex.

"Apa?!! Papa diam-diam memiliki banyak hobi? Wah hebat..." Kagum kembaran Alex yang bernama Alvin.

"Alvin.. Orang dewasa itu memang seharusnya memilki banyak kegiatan. Tidak seperti kita yang hanya bermain dan sekolah."

"Tapi Alex, walau kita masih kecil ibu guru bilang kita juga harus banyak mengikuti ekstrakulikuler di sekolah.. Kita saja yang malas, bayangkan jika kita ikut. Kegiatan kita akan sama banyak seperti papa.."

"Halah.. Kau ikut kelas karate saja sudah mau mengompol karena ketakutan.."

"Hei! Jaga mulutmu Alex! Akan ku keluarkan jurus ninjutsu ku padamu!"

Di tengah keributan mereka James mencoba menghentikan kedua anak kembarnya yang sangat kritis itu.

"Alex, Alvin. Hentikan. Cepat habiskan sarapan kalian dan kita akan berangkat ke sekolah."

"Loh? Memang bukan ibu yang mengantar kami?" "Iya, dari pagi aku tidak melihat ibu..?"

James terkejut dengan pertanyaan mereka, yah.. Mereka memang belum mengetahui soal perceraian kedua orang tua mereka. James pun merasa mereka belum pantas mengetahui akan hal ini. Terlebih lagi kedua anak kembarnya ini memiliki pikiran yang sangat kritis.

"Ibumu... Pergi ke luar negeri untuk berbisnis. Akan kembali dalam waktu yang cukup lama. Apa itu sudah jelas?"

"Pergi ke luar negeri? Tanpa mengajak Denny?" tanya Alvin heran.

James lupa bahwa putera bungsunya itu Denny, tidak bisa jauh dari ibunya.

"Karena sangat mendadak, ibu harus pergi tadi malam. Jadi pesan dari ibu kalian jagalah Denny dengan baik. Mengerti?" seraya memberikan nasihat kepada mereka, James membereskan peralatan makan di meja.

We Really Love You Papa!Where stories live. Discover now