Chapter 6

167K 7.9K 35
                                    

"See you later"

Aku sangat malu, benar-benar malu, tapi kebanyakan takut. Bagaimana kalau di pecat di mall itu? Apa yang akan kukatakan pada ibuku sayang? Aku pasti di bunuh. Jadi kemarahan mulai merembes ke kepala cantikku.

Pria ganteng tadi adalah Justin Christensen, dia adalah direktur utama penerus ditektur sebelumnya yang merupakan kakeknya, dan dia pergi ke toko bunga Selena untuk meminta laporan, karna mulai besok dia mulai bekerja di kantor pusat. Aku tidak berani bilang apa-apa, hanya meminta maaf SEKALI dan tidak bicara apa-apa sebanyak tadi.

"Aku sungguh minta maaf Mr.Christensen, ini tidak akan terjadi lagi." Ucap Selena dengan mata yang kembali sembab karna air matanya hampir jatuh.

Kami sedang duduk di coffè shop 2 bangunan dari Rumah Cantik Selena, dan aku duduk di antara mereka seolah aku tidak ada. Jadi aku hanya melipat tangan di dada dengan sebal. Mengernyitkan bibirku terus-menerus.

Mr.Christensen terlihat tidak apa-apa, mengucapkan 'tidak apa-apa' sebanyak yang tidak bisa aku ingat, kalau saja Selena mau tutup mulut dan tidak mendominasi pembicaraan dengan ocehan jeleknya tentang aku, mungkin Mr.Christensen bisa mengucapkan perasaannya.

"Selena, lupakan masalah tadi, apa aku sudah bilang bahwa itu tidak apa-apa?" Justin Christensen mengangkat alisnya.

"Eh, sudah, 2 kali mungkin." Ucap Selena.

DUA KALI? ADUHAI, APAKAH KALIAN PUNYA TELINGA YANG JELEK? Aku memaki-maki mereka dalam hati, mereka tolol, idiot, dan tuli. Aku sedikit senang karna ternyata aku masih waras.

"Tapi maafkan aku, kumohon." Selena mendengkur seperti kucing.

Justin Christensen terkekeh, "Selena Collins, kau meminta maaf lebih dari 12 kali, sementara pelaku sebenarnya hanya mengatakan satu kali." Dia mengedik kearahku.

Rupanya ada yang cukup sensitif untuk menyadari bahwa aku masih disini memegang jus coklat pahit. Aku menarik nafas dengan kasar. "Dengar," bisikku, "Aku minta maaf, bukankah sekali saja sudah cukup untuk mengatakan minta maaf? Kau sama sekali tidak terluka, iya 'kan?" Aku mengangkat alis pada Justin Christensen.

Selena menendangku di bawah kolong meja dengan keras sampai kakinya menendang meja caffè. Dia melotot. Seharusnya kalau dia mau aku bersikap sopan kenapa tidak menendangku saja alih-alih mejanya. Sampai coklat di hadapanku tumpah setengah ke celana jinsku.

"Sial, kau ini kenapa sih?" Mataku berkilat melihatnya.

Dia memukul kepalanya, "Sopan sedikit, bisa tidak?"

Aku memutar bola mata kemudian melihat Justin Christensen lagi. "Pak, aku sungguh minta maaf -nah sekarang aku sudah bilang tiga kali- jadi, kau tahu kan maksud yang tersirat dari sikap Selena? Dia tidak mau di pecat -iya sih, aku juga- tapi ya, kami memang tidak mau di pecat."

Selena menendang meja lagi sampai bergetar, sambil berbisik, "Kau gila?"

Aku menendang meja juga, "Jangan tendang-tendang meja, bodoh. Kau membuat coklat dingin tumpah ke jinsku!" Ucapku sama galak.

Dia menendang lagi meja, "Jaga sikapmu, Stewart!" Dia menyalak.

*BANG*

Meja di tendang sangat keras sampai menggetarkan lantai dibawah kami, payung cozy nya juga. Itu bukan dari Selena apalagi kakiku, maka kami melihat Mr.Christensen.

"Sori untuk menyela, aku hanya ingin laporanku saja Selena tapi ternyata ini kacau. Temui saja aku di kantorku besok, oke?"

Selena jadi gugup, "Eh, iya, oke Pak." Ucapnya.

"Kalau begitu selamat siang, Selena, dan Nona Pegulat." Mr.Christensen melihatku dengan pandangan menilai, kemudian matanya menari-nari dengan humor, mulutnya berkedut saat menyapaku dan mungkin menahan tawa.

"Selamat siang." Balas Selena, dia jelas punya percaya diri yang tinggi dan bisa membuat suasana jadi bahagia.

Kemudian Mr.Christensen berdiri, kami juga berdiri, memberi jabat tangan pada Selena, kemudian padaku dengan entah kenapa dia mempunyai getaran listrik di tangannya sampai membuatku terkejut dan menjauh dengan gugup.

"Sampai jumpa lagi." Dia melenggang pergi menuju parkiran coffè shop.

Who the hell want to meet him anymore?

__________________________________

StyleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang