XY ONE

91 4 0
                                    

Teresha POV


Wake up Teresha! Saatnya kembali dari pelarian. Sebenarnya aku malu menyebut ini pelarian meskipun kenyatannya begitu. Disini di salah satu kota terindah di dunia, Vancouver aku menghabiskan delapan tahun waktuku. Awalnya aku memang datang ke Vancouver untuk berkuliah di Sauder School of Business, University of British Colombia, namun setelah menyelesaikan kuliah S1 dan S2ku disini aku enggan pulang. Bukan karena aku nggak cinta tanah air, hanya satu alasanku, aku nggak mau bertemu dengannya. Bahkan keenggananku bertemu dengannya mengalahkan rasa rinduku untuk berkumpul dengan keluargaku dan teman-temanku di Indonesia. Untungnya papa punya bisnis di Kanada sehingga sesekali papa, mama, dan kakakku Geri akan mengunjungiku disini karena aku hanya pulang sekali dalam setahun, itupun hanya dua atau dua hari aku tinggal. Bukan karena alasan akademik aku tinggal hanya dua atau tiga hari di Indonesia, tapi aku sangat takut bertemu dengannya di sudut manapun di Jakarta atau sekedar melihat wajah sempurnanya muncul di majalah bisnis atau televisi tanah air.

Aku tidak peduli dan tidak akan menyangkal jika orang-orang berpikir bahwa aku berlebihan. Ya...aku memang berlebihan, tapi siapa suruh dia menyakitiku yang mencintainya secara berlebihan. Siapa suruh dia mengatakan cinta padaku jika ternyata sudah ada wanita lain di sisinya. Siapa suruh dia tidak mencariku ketika semuanya berakhir sedangkan sebelumnya dia berjanji akan bersamaku selamanya, yang sekarang aku tahu jika semua itu bullshit. Jika dia benar-benar mencintaiku dan janji-janjinya nggak sekedar manis di mulut saja tentu dia akan mencariku setelah dia pulih dari kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya pada malam hari sebelum keberangkatan kami ke Vancouver. Kami memang berjanji melanjutkan kuliah di Universitas yang sama, aku memilih Sauder School of Business di University of British Colombia sedangkan dia memilih Architecture. Akan tetapi kejadian malam itu merubah segalanya.

Tahun pertama kami berpisah aku selalu mencarinya tiap ada kesempatan pulang ke Indonesia tapi hasilnya selalu sama, rumah dia selalu sepi dan asisten rumah tangganya selalu mengatakan jika dia berada di luar negeri untuk berobat. Bahkan aku pernah datang ke Mount Elisabeth Hospital tempat dia di rawat pasca kecelakaan tapi dia sudah tidak dirawat di sana. Tahun kedua aku mendengar kabar jika dia kuliah di Architectural Assosiation, London, tanpa punya rasa malu aku langsung terbang ke London dari Vancouver hanya untuk melihat wajahnya dan mengetahui bagaimana kabarnya. Seharian aku mengikuti dia kemana saja seperti seorang penguntit. Dia masih sangat tampan, akan tetapi tubuhnya jauh lebih kurus dibandingkan tubuh atletisnya ketika SMA, muka dan kulitnya juga bertambah pucat, tapi senyuman selalu tersungging di bibirnya sepanjang hari. Bagaimana bisa dia menunjukkan wajah sebahagia itu sedangkan aku sudah setahun selalu meratapi hatiku yang hancur akibat ulahnya. Dan hatiku bertambah hancur ketika menyadari bahwa dijarinya masih melingkar cincin terkutuk yang membuat segala harapanku terhadapnya berantakan.

Oke...lupakan tentang semua itu. Bukankah dia dan segala cerita tentangnya hanya bagian dari masa laluku. Sekarang aku hanya perlu fokus dengan pernikahanku yang akan dilaksanakan enam bulan lagi. Itulah alasan kenapa aku akan pulang ke Indonesia mengakhiri pelarianku di Vancouver. Aku akan menikah dengan sahabatku sejak kecil, Arjuna Austin Sinclair yang biasa dipanggil Ajun. Alasanku menikahinya karena aku sudah sangat mengenalinya, dia juga sudah sangat mengenalku, dia sangat mencintaiku, dan aku nyaman berada di sisinya. Jika ditanya apakah aku mencintainya, akan aku jawab, bukannya dicintai itu lebih baik daripada mencintai?

Persiapanku untuk pulang ke Indonesia sudah hampir selesai. Semua barangku sudah aku pack, dan akan ada seseorang yang akan mengirimkan barang-barangku ke Indonesia. Hanya saja aku masih perlu memasukkan beberapa oleh-oleh untuk keluargaku dan teman-teman dekat ke dalam koper. Palingan hanya itu barang yang aku bawa ketika pulang ke Indonesia dengan pesawat. Sebenarnya tidak terlalu banyak oleh-oleh yang aku beli. Aku hanya membeli beberapa lukisan, kerajinan kayu, keramik, dan kerajinan perak untuk mama, Rhea dan Sheina yang aku beli di The Robert Bateman Centre Shop, sebuah toko yang terletak di 470 Belleville Street Victoria British Colombia Canada. Aku sangat betah berlama-lama di sana karena toko tersebut lebih mirip dengan ruang pameran karena banyak menampilkan berbagai kerajinan. Sedangkan untuk papa, mas Geri, dan Ajun yang sangat menggilai kopi aku membelikan kopi asli Kanada yang aku beli di Murchie's Tea and Coffee. Sebenarnya aku tidak terlalu suka jika mereka terlalu banyak minum kopi, tapi mumpung aku lagi berbaik hati apa salahnya berbagi kebahagiaan hahaha.

That XYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang