Part 1

276 20 0
                                    

Aku masih menatap punggung tegap yang semakin lama semakin menjauh dari pandanganku. Air mataku menetes sedikit demi sedikit setelah mengingat kembali keputusannya yang telah mengakhiri hubungan kami secara sepihak, aku masih berfikir keras apa salahku terhadapnya sampai dia mengakhiri hubungan yang sudah kita jalankan selama 3 Tahun tanpa alasan yang jelas.

" Aku mau kita putus." hanya itu yang keluar dari bibirnya, dan dia pergi tanpa menunggu balasan dariku.

Kilasan kisah cinta kita kembali terulang diingatkanku. Bahkan setelah dia mengakhiri hubungan aku dan dia aku masih menyebut kami. Miris memang karena dia yang menjanjikan kisah kami seperti kisah cinta sejati seperti yang novel-novel katakan bahkan seperti lagu-lagu cinta yang dia ciptakan. Mungkin 3 tahun tidak berarti untuknya.

Kakiku masih berpijak di tempat ini. Saksi bisu dia memutuskanku. Melangkahkan kaki lunglai, aku berbalik arah dengannya. Tidak tahu apa tujuanku. Tidak tahu siapa tujuanku. Aku kosong, hampa, tanpa tujuan. Dia, si penunjuk arah bagiku, telah meninggalkanku sendirian di tengah perjalanan.

' Apa salahku? '
Dua buah kata itu selalu terngiang dalam benakku. Semua seakan percuma. Sejauh aku melangkah, hanya ia yang ada dalam fikiranku. Bahkan seakan bumi tak mengizinkan kami berpisah. Langkah demi langkah selalu membawaku ke tempat tempat yang sering kami kunjungi bersama. Dia, wajahnya, senyumnya, tawanya, suaranya, adalah sebuah candu bagiku. Tanpanya, tanpa dia disisiku, aku hanyalah gadis tanpa arah dan tujuan.

Punggung tegapnya telah menghilang dari pandanganku, menyisakanku yang sendirian di sini, ditemani air mata yang terus bercucuran. Kenapa? Terus kuucapkan kata-kata tersebut dalam hatiku. Badanku merosot, terduduk di atas sana. Aku menangis, menutup wajahku dengan kedua tanganku. Hingga seseorang mengulurkan tangannya padaku, membuatku mendongak.

Orang itu mengulurkan sebuah sapu tangan. "Jangan menangis lagi," katanya.
Aku menerima sapu tangan itu. "Kenapa? Kau tahu, menangis adalah caraku untuk meringankan beban dan kesedihan ini."
Orang itu tersenyum, mengelus puncak kepalaku, "jangan hanya melihat ke orang itu saja, orang yang baru saja mematahkan hatimu. Lihatlah, masih banyak orang di sekelilingmu. Aku, contohnya."

Dia benar. Di mataku hanya ada dia, dia, dan dia, meskipun dia selalu menyakitiku. Aku,... Tak pernah sadar, bahwa di luar sana banyak yang masih menyayangiku. Senyumku mengembangkan, tangisku terhenti. "Nah gitu dong. Jelek kalo nangis," candanya. Aku tertawa. "Yuk, pulang," ajaknya, sambil mengulurkan tangannya.

-

Minggu dan bulan pun berganti. Aku masih belum memberikan hati pada siapa pun. Luka di hati ini masih belum sembuh, pun juga bayang bayangnya. Aku tau ada orang lain yang selalu setia menungguku, tapi, hati ini belum untuknya.

Aku memandangi layar handphoneku yang sengaja masih ku pasang foto aku dan dia. Foto yang kami ambil disaat merayakan hubungan kami yang ke2 tahun sekaligus perayaan terakhir kami. Huft, sampai saat ini dia masih belum menghubungiku dan aku masih mengharapkannya.

Dulu aku pikir lagu putus cinta lagu yang lebay. Tapi saat aku merasakannya mungkin ada benarnya. Rasanya separuh hatiku hilang melayang, rasanya tenggelam dalam luka dalam, saat aku tahu i'm not the only one. Hati remuk. Petikan gitar yang ku mainkan pun terasa hambar.

Sialnya, Dewi Fortuna masih belum berada di pihakku. Melintaslah dia tepat dihadapanku- dengan cewek lain yang entah keberapa setelahku. Ia lewat begitu saja, tak melihatku yang tengah menahan tangis dengan menggigit bibir bawahku. Tiba-tiba sepasang tangan besar menutupi pandanganku. "Lihat apa?" tanya pemilik tangan itu, yang langsung kukenal siapa.

"Dia.. Dia sudah tak mencintai ku lagi!" Tangisku langsung pecah ketika memeluknya. 'Aku benci Rafa! Aku benci padamu RAFAEL PUTRA!'

" Kata siapa dia sudah tidak mencintaimu lagi?" Tanya pemilik tangan yang suaranya sangat ku kenal. Dia adalah Rangga, yang selalu ada disaat aku membutuhkannya namun ntah mengapa aku belum bisa mengalihkan perasaan ke dirinya, harus ku akui jika aku masih sangat mengharapkan berada dipelukan Rafael. Untuk menghilangkan perasaan yang sudah ditanam selama dua tahun tidak semudah membalikan telapak tangan.

Love & ObsessionDonde viven las historias. Descúbrelo ahora