G

8.2K 537 5
                                    

Aku masuk ke kamarku dan menarik handuk yang tadi pagi ku letakkan di punggung kursi samping tempat tidurku. Rasanya wajahku ini sudah penuh dengan minyak berlebihan yang diproduksi kulitku ini.

Aku baru akan membuka pintu kamar Mandi ketika ponselku berbunyi menandakan ada pesan yang masuk. Aku menghela napas namun tetap juga menghampiri ponselku itu.

My Boy

call me baby if you need a friend
I just wanna give you love.

Ha? Apa ini? Rasanya aku familiar dengan dua kalimat itu. Tapi dimana ya aku membacanya? Aku menggeleng kepalaku lalu meletakkan kembali ponselku di meja tulisku.

Namun baru saja aku meletakkan benda itu di meja, ponselku kembali berbunyi.

My Boy
I'm only one call away

Aku menghela napas. Ini apa, sih? Tiba-tiba ponselku berdering hebat lagi.

My Boy is calling...

Aku lalu menempelkan jempolku pada layar lalu menggerakkannya ke kanan untuk menjawab panggilan Will.

"Halo?"aku menyapanya dengan bingung. " Ini pesan kamu maksudnya apa?" Ku dengar dia membersihkan tenggorokannya lalu,

"I'm only one call away....I'll be there to save the day. Superman got nothing on me... I'm only one call away. And when you're weak, I'll be strong...I'm gonna keep holding on. Don't you worry, it won't be long...." Will bernyanyi. Aku terdiam. Bukan karena suaranya yang jelek, tidak. Bahkan suaranya sangat Indah. Hanya saja, aku merasa hatiku terasa hangat. "Aku ada di sini buat kamu, Mel." bisiknya. Aku merasa air mengalir di kedua pipiku. Sudah berapa lama kah aku tidak mendengar kalimat itu?

Bagaimana mungkin, aku merasakan Will menjanjikan sesuatu padaku melalui lagu itu?

"Mel, you okay?" tanyanya.

"Hmm... y-ya." kataku pelan berusaha menyembunyikan getar di suaraku.

"Kamu kok nangis?" tanyanya bingung.

"Nggak apa-apa. Hanya saja... " aku tak mampu menyelesaikan kalimatku karena memang tak tahu apa yang harus ku katakan.

"Kamu harus janji sama aku, kamu akan berusaha membagi semua kekhawatiranmu padaku. No man is an island."

"Tapi, kenapa?"

"You are another part of me." jawabnya. "Isn't it clear?"

"..."

"Okay, kamu istirahat, ya. Selamat malam, Mel." Hubungan telepon lalu terputus.

Aku mendekat ponselku di dada. Charlie Puth. Ya, itu lagu Charlie Puth. Sebelumnya aku mendengar lagu itu sambil lalu saja, tapi sekarang rasanya aku benar-benar ingin mendengarkan lagu itu dengan lebih baik. Ku pilih musik dari ponselku, Dan begitu ku dapatkan lagu itu, aku menghubungkan ponselku dengan speaker yang biasa ku pakai untuk menonton film.

Suara Charlie Puth mengalir melalui speaker itu. Aku meletakkan handuk ku di tempat tidur dan aku duduk di ujung tempat tidurku. Meresapi lagu itu.

***

"Hai, Mel." Windy yang duduk di meja resepsionis menyapaku ketika aku masuk ke kursus.

"Hai, Wind. Siapa yang udah datang?" tanyaku.

"Semua, kok." jawabnya.

"Mel, beberapa hari yang lalu gue liet lu di Green Roof Cafe deh. Tapi sama Will." Helen tiba-tiba muncul dan menatapku penuh arti.

"Aahh... ituuu... hmmm...." aku kehabisan kata-kata untuk menjelaskan.

"Are you dating him?" Helen berjalan mendekatiku. Aku menggeleng kuat.

Not Always BlueWhere stories live. Discover now