Chapter 3

7K 306 78
                                    

lelaki itu memejamkan matanya, beberapa garis kerutan dikeningnya menunjukkan bahwa kini ia tengah berpikir keras. Otaknya bahkan terasa error karena terlalu banyak berpikir belakangan ini. Mampukah ia kembali ke studio dan menulis lagu? Disamping ia memiliki masalah dan seorang bayi yang masih terlalu kecil.

"nah sekarang Dustin sudah kenyang" suara senang itu berasal dari kamar Dustin dan kemudian tampaklah seorang gadis dengan rambut blone nya yang kini menggendong bayi mungil didekapannya. Suara itu membuat Justin membuka matanya dan melihat anaknya didalam ngendongan Hailey Baldwin sahabatnya. Justin tersenyum melihat mereka berdua yang tampak senang, andaikan itu adalah Vanessa, ia pasti merasa lengkap

"ia menangis bukan karena ia sakit Justin. Ia merasa lapar" jelas Hailey juga ikut duduk disebelahnya.

"terima kasih karena kau menolongku. aku begitu panik ketika ia menangis dan tak mau tenang. Akhirnya aku memutuskan untuk menghubungimu" Hailey hanya mengangguk dan tersenyum.

"kukira dia adalah keponakmu ternyata ia anakmu. Oh Justin, aku bukannya ingin menjadi yang paling sok tahu. Tapi cepat atau lambat mereka semua akan tahu"

"aku tahu. Tapi ini belum saatnya. Bahkan Vanessa masih belum menghubungiku sejak 3 hari yang lalu"

"hmm apa yang terjadi?" tanya Hailey. Sembari membenarkan posis duduknya

"aku bilang padanya bahkan untuk beberapa minggu kedepan aku akan sangat sibuk dan aku akan menyewa jasa babysister. Namun ia menolak, lalu jika ia tak mau mengurus Dustin siapa lagi? Aku tak bisa membawanya terus menerus bersamaku" gadis itu terdiam tampak berpikir. Ia awalnya terkejut dengan kehadiran seorang bayi dirumah Justin. Ia benar benar percaya bahwa yang bayi mungil yang sering dibawa bepergian itu adalah keponakkannya nyata bukan, bayi mungil itu adalah darah daging Justin sendiri. Butuh beberapa menit untuk mengembalikan Hailey dari keterkejutannya dan segera bertindak ketika Dustin menangis.

dan Justin sadar bahwa ia tidak akan pernah mengganti posis menjadi seorang ibu. Ibu? Siapa yang menjadi ibu disini? Bahkan Vanessa tidak ada disamping Dustin ketika bayi mungil itu membutuhkan pelukkan seorang ibu. Terkadang memikirkan masalah ini membuatnya terpancing emosi, bagaimana Vanessa begitu tenang meninggalkan bayinya?

"kupikir Vanessa sedang berpikir. Mendengar dari ceritamu ia pastilah wanita yang super sibuk. Bagaimana menurutmu? Seorang wanita muda menyanyang status CEO nya? Kemudian menangani perusahaan? Dan mungkin ia butuh waktu" jawab Hailey sembari mengelus elus punggung Dustin sayang.

"aku juga butuh waktu Hailey. Tapi tetap diam saja dan tidak melakukan apapun adalah hal yang bodoh sedangkan Dustin setiap harinya akan bertumbuh besar" gadis itu kembali terdiam. Benar, Justin dalam masa masa yang sulit untuk mengatur emosinya terlebih untuk beberapa minggu kedepan atau bisa sampai beberapa bulan kedepan ia akan sibuk. Hailey mengerti, semuanya terlalu serba tiba tiba membuatnya menjadi gegabah sendirian.

"mmm ... lalu siapa lagi yang mengetahui tentang ini?"

"Scooter dan kau. Scooter adalah orang pertama yang mengetahuinya dan mungkin istrinya juga mengetahui hal ini"

"dan bagaimana dengan ibumu? Kau tid ..." Hailey baru akan menyelesaikan omongannya namun, suara deringan ponsel miliknya membuatnya harus menjawab panggilan tersebut. Justin memberi beberapa menit untuk gadis itu menjawab penggilan itu, Hailey bangkit dari posisi duduknya dengan tetap Dustin didalam dekapannya sembari berbicara dengan seseorang diseberang sana. Setelah selesai ia kembali lagi kesofa dan menyelesaikan pembicarannya.

"maaf, tadi itu Peter. Aku lupa jika aku punya janji dengannya"

"baiklah. Kau boleh pergi" jawab Justin yang hendak mengembail Dustin namun, Hailey menjauhkan badannya seolah menolak.

MY BABYWhere stories live. Discover now