Sepulang sekolah aku berniat untuk mencarinya lagi. Tetapi sepertinya aku lebih baik mengerjakan tugas di perpus terlebih dahulu.
Langkahku terhenti melihat orang-orang berkumpul. Ada apa ini? Aku memutuskan untuk duduk di samping lelaki yang sedang memainkan ponselnya.
--
Cukup lama aku duduk di sini. Kerumunan orang-orang itu tak kunjung pergi, dan lelaki yang duduk di sampingku pun tak kunjung meletakkan ponselnya.
Kebosanan menyelimutiku. Entah apa yang harus kulakukan, aku hanya mengubah-ubah posisi dudukku dan sesekali melirik lelaki di sampingku.
Kadang aku merasa bingung pada lelaki di sampingku ini. Tak jarang dia tertawa sendiri atau berbicara entah dengan siapa, itu membuatku bingung karena ku kira dia berbicara denganku atau tertawa denganku. Ah aku memang terlalu percaya diri, karena jelas-jelas ia menertawakan sesuatu yang ada di dalam ponselnya.
Mataku kembali memandang lelaki di sampingku. Namun sialnya dia juga sedang menatapku, lalu dengan cepat aku memandang kearah depan.
"Ehem." Lagi-lagi lelaki itu mengeluarkan suara yang di peruntukkan untuk ponselnya. Jadi Aku tetap berdiam diri.
"Permisi." Dan kurasa suara yang satu ini masih untuk ponselnya.
"Apa kau tak mendengarku?" Kali ini aku memalingkan wajahku untuk menatap wajahnya.
"Aku?" Tanyaku memastikan.
"Ya. Apa ada orang lain di sini?"
"Oh..ya tidak ada, maaf."
"Bisakah kau bangkit?" Tanya lelaki itu.
"Apa? Untuk apa? Bukankah kau sudah mendapatkan tempat dudukmu sendiri?"
Lelaki itu mendesah. "Tasku kau duduki."
"Hah? Tasmu?" Aku segera bangkit dan
benar, tasnya sudah berubah bentuk menjadi pipih karena ku duduki.
"Eh. Maafkan aku, aku tak tahu jika ada tasmu."
"Tidak apa-apa." dia berlalu meninggalkanku.
Eh. Orang macam apa dia? Aku bahkan belum selesai berbicara dia sudah pergi. Yasudahlah, lebih baik aku pulang. Bokongku sudah terasa seperti bokong Kim Kardashian.
--
Najis gw bikinnya dikit-dikit bgt macam upil onta. *maafkan*
-Rel
