4.Anak-ku sayang

2K 170 14
                                    


Gugup, hal pertama yang Leah rasakan saat menatap pintu ganda di hadapannya, ia mencengkram erat tali slingbag yang ia pakai. Tangan mulusnya terlihat ragu saat akan mengetuk pintu, memejamkan matanya untuk memantapkan hati bahwa ia harus menghadapi ini. Ia tak boleh melangkah mundur! Tak bole mengulur waktu untuk kali ini.

Karena kalo bukan sekarang, kapan lagi ia bisa bertemu dengan darah dagingnya sendiri?.

Gemetar saat Leah mencoba mengetuk pintu di hadapannya. Lu bisa Le lo bisa! nasehat hatinya menguatkan.

"Grammyyyy.. " tubuh Leah menegang, berdesir hatinya saat mendengar lengkilan cempreng yang menerjang indra pendengarnya, tubuhnya kaku. Dan kilasan - kilasan dosanya langsung menghantui fikiran, terbayang saat ia dulu meninggalkan bayi merah yang menangisi kepergiannya, terbayang akan tak tau dirinya ia saat tak mau mendengar suara anaknya sendiri. Ia meragu sekarang, merasa sangat tak pantas untuk menemui anaknya.

Suara pintu terbuka membuat Leah terhempas dari lamunan, matanya buram oleh genangan air mata sampai - sampai tak bisa melihat jelas bocah di hadapannya yang menatap bingung kearahnya dengan tatapan polos tanpa dosa.

"Grammy ada orang disinii" Leo berteriak lagi, ia langsung melangkah mundur saat tubuh besar Leah terjatuh, bersimpu di hadapannya dengan terisak menangisi kebodohannya yang begitu sangat fatal selama ini, menangisi ke egoisannya yang membuatnya sangat menyesal sekarang.

Sampai - sampai ia tak bisa sekedar untuk bernafas dengan benar, ia sakit, ia sendih ia menyesal dengan apa yang ia perbuat sendiri.

Leo mengerjap, mengintip dari persembunyiannya di balik pintu saat Leah memukuli dadanya sendiri, ia takut tapi ia juga ingin mendekat. Ragu ia timbul dari persembunyiannya dan maju dua langkah hingga di hadapan Leah yang masih saja menangis, tangan kecilnya merogoh - rogoh saku celana dan senyumnya melebar saat menemukan yang ia cari, lalu mengulurkannya ke hadapan Leah. lolipop rasa melon yang ia sukai.

"Jangan menangis lagi yah!" ujar Leo pelan sambil menyodorkan lolipop miliknya guna meredakan tangisan. Yang membuat Leah makin histeris dan spontan menarik tubuh kecil Leo ke pelukannya. Membuat tubuh kecil itu menegang kaku.

***

"Sudah tidak apa - apa" gumam Isma pelan, tangan tuanya mengelus pelan punggung Leah dengan lembut, ia kaget waktu melihat puterinya bersimpu di depan pintu dan langsung saja ia tarik kedalam, ia senang karena ahirnya Leah mau pulang. Mudah-mudahan ini awal kebahagiaan cucunya yang malang.

Isma mengulum senyum saat melihat Leo yang beberapa kali melirik kearahnya, kepala kecilnya sepertinya sangat penasaran sekali dengan apa yang ia lihat di hadapannya.

"Sini!" Isma melambai pada Leo yang masih pura - pura acuh, dengan sok enggan Leo mendekat dan duduk di samping Grammynya.

Isma menggenggam jemari kecil Leo dan membawanya ke genggaman Leah yang langsung meremasnya dengan gemetar. Dan tak perlu waktu lama bagi Lea untuk segera menerjang tubuh kecil Leo hingga membuatnya terbaring di sofa. Leo sempat kaget karena lagi-lagi ia di peluk seperti ini.

"Ma-maaf...ma-af" Lea terisak kencang di pelukan Leo yang masih dengan diamnya.

"I-ini Mommy...ini Mommy sayang!" ujar Leah menggebu, ia malu sebenatnya dengan sikap pengecutnya hingga mengorbankan perasaan anaknya sendiri tapi ia mau menebusnya sekarang.

Kali ini Leah berjanji akan selalu memposisikan anaknya di nomor satu, karena sekarang ia sudah terjerat akan ikatan batin yang menyuruhnya untuk tetap dekat dengan Leo, anaknya, darah dagingnya.

***

Wajah Leo bersemu merah saat Leah menyodorkan sesuap nasi kearahnya, ia masih kaget dengan berita yang di beritahukan Grammynya bahwa wanita cantik di hadapannya adalah Mommya, Mommy yang selama ini ia tanyakan, ia rindukan, dan sekarang ada di hadapannya. Dan tengah menyuapinya makan.

Ia merasa gugup, walau bagaimanapun ini pertama kali ia bertemu dengan Mommya. Dan itu membuatnya agak malu

"Mau minum?" Tanya Leah, ia tersenyum tipis, lalu mengelus kepala Leo dengan sayang.

Malu-malu Leo mengangguk mengiakan, rasanya begitu aneh, ia canggung tapi dalam hati terasa ada buncahan kembang api yang indah.

"Sudah habis, Leo memang anak pintar" puji Leah yang sontak membuat wajah Leo kembali bersemu, Leo tersanjung di puji Mommynya. Rasanya menyenangkan.

"Bentar yah Mommy mau naro ini dulu" Leah menunjukan piring yang sudah kosong keahadapan Leo yang langsung mengangguk pelan.

Mata mungilnya mengikuti pergerakan Leah yang berjalan kearah pentri untuk menaruh piring bekas makannya.

Isma yang memandang dari kejauhan tersentuh dengan interaksi anak dan cucunya, ia bahagia dengan kesadaran anaknya bahwa Leo benar-benar membutuhkan sosok Ibu sebagai panutan dan membimbing yang baik.

***

Lea mengerjapkan matanya, dan langsung mengernyit saat tak merasakan tubuh mungil anaknya saat tangannya meraba.

Ia membuka matanya lebar dan di sampingnya kosong tak ada keberadaan Leo, hanya bekas kusut pada sprai yang ia lihat.

Leah bangkit dari tidurnya, melihat jarum jam yang menunjukan pukul setengah lima pagi, ia mengikat rambutnya asal lalu melangkah keluar kamar untuk mencari anaknya.

"Ma Leo mana?" Tanya Lea saat melihat keberadaan Mamanya di dapur, Lea membuka kulkas lalu mengambil satu botol air mineral untuk membasahi tenggorokannya yang kering.

"Ke masjid subuhan" jawab Isma yang masih sibuk dengan penggorengan.

"Sendirian? Kenapa gak di rumah aja kan bahaya mah!" sontak Leah menjadi panik sendiri, ia langsung menaruh gelas pada genggamannya di atas meja.

"Gak sendiri kamu tenang aja, dia sama Hafiz tetangga kita, rumahnya berjarak beberapa blok dari sini" Ujar Isma menenangkan.

Lea menghela nafas lega, ia terduduk di kursi bar, sungguh ia kawatir dengan anaknya dan kenyataan itu membuatnya bersedih saat mengingat selama ini ia tak ada.

"Udah lebih baik kamu mandi lalu solat" titah Mama nya yang membuat Lea tercenung.

Solat yah? Lea sendiri lupa kapan terahir ia mengerjakan solat, Leah menunduk memandang jemarinya lalu melangkah kearah kamarnya untuk menuruti perintah sang Mama walau ia sangsi masih ingatkah ia dengan bacaan solat?.

***

"Assalamualaykum, Leo pulang!" Teriakan Leo membuat Isma dan Lea menghentikan obrolannya, Leah yang pertama bangkit dari duduknya untuk segera menghampiri anaknya.

"Wa'alaykumsalam" balas Leah dengan senyum cerahnya, namun senyumnya langsung surut saat melihat wajah yang tak asing baginya. Oh bukanya dia?.

Dia lelaki yang menolongnya itu.

"Mommy!" Panggilan Leo menyadarkan lamunan Lea, ia buru-buru mengalihkan pandangannya kearah Leo lalu tersenyum kecil.

Mata Leah sontak membola lalu menyendu di persekian detik saat dengan tiba-tiba Leo mengecup punggung tangannya sebagai tanda baktinya.

Oh ia ingin menangis sekarang.

"Nak Hafiz masuk dulu, Ibu udah buat sarapan banyak" Isma datang dengan senyum lembutnya.

"Maaf Bu aku buru-buru sekarang, mungkin lain kali. Kalo begitu saya pamit. Assalamualaymum" ujar Hafiz lalu ia tersenyum saat mengelus kepala kecil Leo

"Om pulang dulu yah Leo" pamit Hafiz.

Leo mengangguk cepat lalu melambaikan tanganya kearah Hafiz.
"Nanti Leo ke rumah Om yaaah" teriak Leo saat posisi Hafiz makin menjauh.

Hafiz menghentikan langkahnya, lalu berbalik seraya tersenyum dan mengangguk pada Leo.

***

Segini dulu..

Sakiinah Bersama-muWhere stories live. Discover now