Bab 3

54.6K 2.2K 17
                                    

"Kau ingin berhenti bekerja?" Tanya seorang wanita paruh baya yang bernama bibi Anas kepada Gaby.

"Ya bi, aku harus menjaga ibu lebih lama dirumah, maka dari itu aku sudah meminta ijin pada bosku untuk masuk kerja pagi hingga sore hari, jadi aku tak bisa lagi membantu bibi" ucap Gaby memberi penjelasan.

Ibu Gaby tengah dalam masa pemulihan dirumah, Gaby hanya ingin lebih lama menjaga ibunya, jika ia bekerja dipagi hari lalu bekerja lagi disore hingga malam hari tentu waktunya akan banyak tersita. Untungnya bosnya di minimarket memberinya ijin untuk bisa terus mengambil shift pagi.

"Jika memang harus seperti itu tidak apa-apa, kau juga butuh istirahat lebih banyak. Sampaikan salamku pada ibumu, dan Gaby...tunggu sebentar" Bibi Anas masuk kedalam ruangan lain, Gaby menunggunya beberapa saat, tak lama kemudian bibi Anas keluar lagi lalu menghampiri Gaby, ia menyodorkan sebuah amplop lalu memberikannya pada Gaby. Gaby memandangnya tak mengerti.

"Ambilah, ini gaji terakhirmu dan bonus untukmu. Maafkan aku karena saat ibumu sakit aku tak bisa banyak membantu padahal ibumu sudah bekerja sangat lama disini" ucap Bibi Anas sambil mengusap punggung tangan Gaby, Gaby tersenyum tipis kearah orang yang sudah ia anggap sebagai ibunya juga itu. Bibi Anas selalu baik padanya, bahkan sebenarnya saat ibunya masuk kerumah sakit, bibi Anas memberinya uang yang cukup untuk membayar administrasi awal di Rumah sakit.

"Terima kasih bibi, aku tak tahu bagaimana cara membalas kebaikanmu" lirih Gaby pelan. Mengetahui gadis didepannya itu hendak menangis, bibi Anas mendekati Gaby lalu memeluk gadis itu hangat.

"Kau hanya perlu menjaga ibumu dengan baik, dan juga menjaga kesehatanmu. Sekarang pulanglah lalu istirahat"pinta bibi Anas sembari melepas pelukannya, Gaby mengusap matanya yang berair, lalu berpamitan pulang.
.
.
.
Gaby mendorong troly sembari melihat-lihat barang sekitarnya. Pulang dari rumah bibi Anas tadi Gaby memutuskan pergi kesebuah pusat perbelanjaan lalu masuk kedalam supermarket yang besar disana. Uang yang ia terima tadi akan ia belanjakan kebutuhan bulanannya dan ibunya, lagipula hari ini dia libur dari bekerja di minimarket jadi dia punya waktu lebih lama.

Beberapa barang yang ia butuhkan langsung ia ambil, bahkan troly yang ia bawa sudah lumayan penuh. Setelah memastikan semua yang dibutuhkan sudah ia dapatkan, Gaby membawa trolly itu kekasir.

"Nona...apa ini anda mengambil 2? Jika iya maka anda mendapatkan bonus 1 kardus karena sedang ada promo" tanya sang petugas kasir yang membuat Gaby melihat barang yang dimaksud oleh orang itu.
Gaby menggigit bibir bawahnya lalu menghembuskan nafas pelan.

"Ya, aku ambil 2 sekalian" ucap Gaby akhirnya. Barang yang dimaksud itu ada susu untuk ibu hamil. Gaby memang sudah beberapa kali membelinya, namun setiap sadar bahwa ia membeli itu maka hati Gaby merasa nyeri. Kehamilannya sudah memasuki bulan kedua sejak ia dinyatakan hamil oleh dokter yang memeriksanya, bahkan untuk memastikan bahwa ia hamil, Xavier membawanya untuk melakukan cek darah dan hasilnya positif.

Meski ini semua karena perjanjian, Gaby sadar bahwa janin yang ia kandung tetaplah tak punya salah, bayi itu punya hak untuk hidup sehat didalam rahimnya. Meski ia tak akan bisa memilikinya saat anaknya lahir, Gaby ingin menjaganya dengan baik saat ia masih bisa merasakan kehadirannya didalam dirinya. Gaby selalu menjaga pola makannya, meminum vitamin yang dokter berikan dan meminum susu hamil meski itu harus dilakukannya secara sembunyi-sembunyi dari ibunya.

Petugas kasir itu lalu memberikan semua barang yang Gaby beli setelah Gaby membayar semuanya. Gaby menjinjing barang yang ia beli dengan kedua tangannya. Gaby berjalan keluar dari pusat perbelanjaan itu, saat menunggu taksi matanya tertuju pada sosok pria yang tengah membukakan pintu mobil lalu mengulurkan tangannya, dan seorang perempuan yang sangat cantik keluar dari mobil itu.

Crazy DealWhere stories live. Discover now