Part 2

1.9K 29 6
                                    




Hujan deras membasahi sepanjang jalan. Aku memutuskan untuk berteduh di Gramedia dan memarkirkan motorku di sana. Sembari menunggu waktu sore tiba degan mencari buku bacaan yang mungkin akan menambah ilmu pengetahuanku mengenai akuntansi.

Dengan sedikit basah kuyup, aku memasuki Gramedia dan naik ke lantai atas. Suasana di sini tidak terlalu ramai. Hanya beberapa orang yang berlalu lalang dan berdiri di sekitar rak buku untuk melihat dan membaca buku-buku yang rapi tertata di sana. Aku sendiri sekarang sedang berdiri di depan rak buku novel fiksi setinggi dua meter setengah. Sambil sesekali melihat sampul dan blurb novel-novel yang kupegang.

Perhatianku tertarik dengan sebuah novel. Dari blurb-nya aku menyimpulkan bahwa isi novel ini menceritakan tentang seorang pengagum rahasia yang tidak berani mengungkapkan perasannya. Tepat seperti posisi yang aku rasakan sekarang.

"Hei, elo..., elo itu yang waktu itu nabrak pintu gara-gara gue kan pas baru masuk kuliah?" tanya seseorang dari sampingku. Suaranya seperti... Aira?

Jantungku berdegup kencang ketika aku memutar pandangan dan melihat Aira sedang tersenyum. Lututku seketika terasa lemas. Aku tidak tahu harus mengatakan kalimat apa untuk berbicara Aira. Pikiranku mendadak kosong saat kusuruh paksa untuk mencari dan memilah kata-kata yang tepat untuk memulai percakapan.

"I...Iya, elo Aira kan?" BODOH SEKALI UCAPANKU INI YA TUHAAAN!

"Oh kirain udah lupa, gue soalnya hampir lupa. Hehehe." Aira terkekeh.

"Wajar sih, udah lama nggak ketemu dan nggak pernah bertegur sapa. Hehehe," ucapku salah tingkah. Ah, mengapa harus di sini kami bertemu? Semesta, kau ingin mengajakku bercanda?

Aira mengibaskan rambutnya sekilas. "Oh iya, pas itu gue belum sempet nanya. Nama lo siapa?" tanya Aira mengajak berjabat tangan.

"Gue Demas. Salam kenal ya, Ra," jawabku sambil menjabat tangan Aira. Rasanya aku ingin berteriak bahagia karena lega. Akhirnya Aira mengetahui namaku juga.

Aira menyunggingkan senyumnya dan mengangguk. "Oke, Demas. Kebetulan banget bisa ketemu di sini. Lo lagi cari buku apa?" tanya Aira lembut.

"Sebenarnya gue cuma pengin neduh aja, Ra. Ya sekalian liat-liat buku siapa tau ada yang bagus."

"Ooh, itu yang lo pegang buku apa? Kayaknya bagus," ucap Aira sambil memiringkan kepalanya untuk melihat buku yang sedang kupegang.

"Eh, nggak tau, gue kan belum baca. Nih liat aja." Aku menyerahkan buku Analogi Cinta Sendiri kepada Aira.

Aira melihat cover buku itu dan berdecak. "Oh, bukunya Okaaaa."

"Siapa Oka?"

"Penulis buku ini. Nama panggilannya. Jadi buku ini tuh ceritanya tentang secret admirer gitu, Mas. Gue pernah baca. Isinya cukup bagus dan pas banget buat orang yang udah lama memendam perasaannya. Lo harus baca deh," jelas Aira. Dia bersemangat sekali menjelaskan secara singkat mengenai buku itu.

"Eh, jangan-jangan lo lagi jadi secret admirer, ya?" tanya Aira tiba-tiba dan membuat aku tertohok.

"Eh? Enggak kok. Hehehe." Aku berusaha berkata dengan nada setenang mungkin.

"Ngaku aja deh, tuh muka lo merah, Mas. Hahaha!" Aira tertawa geli melihat tingkahku yang mendadak gugup. Sial, sepertinya semesta memang sedang mengajakku bercanda dan ini benar-benar tidak lucu!

"Gimana yah, gue lagi liat buku yang nggak gue tau isinya apa. Tiba-tiba lo dateng dan nuduh gue secret admirer," ucapku dengan nada menyindir. Oke aku tidak ingin mengikuti bercandaan ini.

Jatuh Cinta Diam-DiamWhere stories live. Discover now