Keenambelas

9.6K 807 28
                                    

Seperti dentuman drum, menghentak-hentak rongga dada, Sasuke merasakan jantungnya berdetak keras dan menyakitkan. Ia melangkahkan kakinya cepat dengan sesekali mengumpat.

Naruto itu seperti kucing liar yang belum di jinakkan, nyaris tak bisa di jinakkan. Sekarang ia ada di sampingmu, bermanja-manja dengan elusanmu. Lalu di kedipan mata berikutnya ia sudah pergi entah kemana, membuat masalah.

Sasuke berusaha melindungi Naruto dari semua kemungkinan bahaya yang ada, tapi tidak dengan pemuda itu sendiri.

Kenapa si dobe itu mau-mau saja diajak bertemu dengan Kyuubi?! Sasuke mengumpat.
.
.
.
Kau pernah berimajinasi? Membayangkan segala hal berjalan baik, sempurna tanpa celah. Seperti merangkai menara kartu, perlan dan hati-hati. Lalu hembusan lembut nafasmu merubuhkannya.

Tapi terkadang, kau juga berimajinasi tentang hal buruk, seperti berjalan dalam ranjau. Setiap langkahnya menusuk kakimu tak peduli sehati-hati apapun kau melangkah, semua terasa salah.

Itulah yang Sasuke rasakan, tidak ada spekulasi yang baik ketika memikirkan apa yang akan terjadi ketika Naruto dan Kyuubi bertemu.
Buruk
Buruk
Buruk
Semuanya buruk.

Sasuke melangkah tergesa-gesa menuju parkiran sekolah, langkah yang terasa mencekat tenggorokannya. Ia siap memukul siapa atau apapun yang berani melukai Naruto, Narutonya.

Tapi manusia, hanya bisa memperkirakan berbagai macam kemungkinan. Ketika semua hal buruk tak benar-benar terjadi seperti yang kau bayangkan, kau merasa seperti pendosa yang di maafkan oleh tuhan.
.
.
.
Naruto dan Kyubi disana, di parkiran sepeda yang sepi, berhadap-hadapan. Sasuke melihatnya.

Punggung tegap itu membungkuk sempurna, helaian merah turun tertarik grafitasi.

"Gomen, tidakanku waktu ini, dan sebelum-sebelumnya sangatlah keterlaluan.''

Tuan muda Namikaze Kyubi sedang memohon maaf kepada seorang yatimpiatu seperti Uzumaki Naruto.
Hahaha.. Sasuke ingin tertawa. Lucu.

"A..ano.. senpai tegakkan punggungmu..'' Naruto berujar kikuk, kakinya melangkah mundut berusaha keluar dari situasi canggung.

BUAAK
Sasuke membanting sebuah sepeda, terjatuh lima belas senti dari tempat Kyuubi berdiri.

"Sasuke?!'' Naruto berbalik dengan panik, menghampiri sang sahabat, menggenggam tangan yang mengepal dengan erat.
"Sudah lah teme.." ujarnya dengan nada setenga memohon.

Iris birunya bergulir menatap Kyubi yang tidak menampilkan ekspresi apapun.
Lalu bergulir menatap Sasuke yang tersulut amarah.

"Kita pergi." Ujar si Reven berbisik setengah menggeram.
.
.
.

Braakk
Sasuke menendang bangkunya, perhatian seluruh kelas bergulir kearahnya. Shikamaru berdiri, memberi isyarat bagi teman-teman mereka untuk keluar.

Naruto tersentak, terkejut dengan tindakan tiba-tiba Sasuke. Tanpa sadar ia menggigit bibirnya.

"JANGAN GIGIN BIBIRMU NARUTO!"

Sasuke membentaknya, wajah pemuda itu merah karena amarah. Naruto menunduk, memainkan ujung kemejanya. Tidak tau harus melakukan apa.

Namun kemudian, ia merasakan sepasang tangan menangkup kedua pipinya, tangan itu besar dan hangan, ujung-ujung jarinya pergetar.

Sasuke menyatukan kening mereka, irisnya tertutup oleh kelopak mata dengan alis yang mengkerut nyaris menyatu.

"Tak bisakah kau tidak membuatku takut kehilanganmu dobe?'' Air mata Naruto menetes karena mereka sama-sama tau jawabannya adalah tidak.

"Maaf.."

Naruto berujar, kedua tangannya memeluk Sasuke. Mereka sama-sama tau, itu bukanlah maaf Naruto, itu adalah Maaf Sasuke.

Maaf karena selalu mengekangmu..

Maaf karena memperlakukanmu begitu rapuh..

Maaf karena selalu ketakutan akan kehilanganmu..

Maaf karena tidak bisa hidup tanpamu..

Maaf yang selalu tak dapat ia katakan. Mengganjal dalam hati, menusuknya di setiap kesempatan. Sasuke dan harga dirinya.

Tbc

Our story *sasunaru yaoi*Where stories live. Discover now