Takdir.

375 14 3
                                    

Kakiku melangkah keluar dari area ini, tempat dimana aku berdiam diri selama kurang lebih--oh mungkin penggunaan kata kurang lebih tidak pantas karena nyata nya memang aku--berdiam diri ditempat ini selama dua jam penuh

Hujan sore itu sangat deras, mengguyur kota kelahiranku. Aku saat itu tengah duduk manis disebuah cafe menunggu kedatangan seseorang.

"Hai, udah lama ya?" Tanya seseorang tiba-tiba

Aku mendongak dan tersenyum.

Dengan senyum nya, ruangan ini menjadi hangat. Dengan rambutnya yang basah terkena hujan, ia masih bisa tersenyum. Membuatku terhipnotis dan secara tidak sadar ikut tersenyum menatapnya.

"Engga kok, baru aja. Kamu, mau pesen apa?" Tanyaku

Ia menggeleng pelan, "aku cuma mau ngomong bentar sama kamu"

Aku menatapnya intens.

"Aku rasa--aku kamu, kita sampe sini aja"

Saat itu, petir menggelegar.

Aku tidak bohong, tapi saat ia berhasil mengucapkan kalimat sakral itu, alam berkumandang.

Rasanya saat itu oksigen mendadak hilang, rasanya saat itu dadaku terasa sangat sesak.

"Tapi.. kenapa?" Tanyaku lirih

Ia menggeleng pelan dan mengusap rambutku, " 6 bulan lagi, tunggu aku disini " pinta nya.

"Udah puas di dalem?" Pertanyaan sinis mampir ditelingaku

Aku menatapnya dan mendengus.

"Sampe kapan Rein?"

"Lo ga bisa kayak gini terus"

"Udah sebulan penuh lo kayak gini"

"Dateng ke cafe ini tiap hari, nunggu 2 jam terus keluar tanpa dapet apa apa"

Ia terus mengoceh, bahkan ingin rasanya aku menyumpal mulut sialan nya itu.

Dia tidak tau apa yang aku harapkan. Dia tidak mengerti. Dia tidak tahu rasanya menunggu janji seseorang, menunggu kedatangan yang sudah lama dinantikan. Dia tidak tahu.

"Lo bisa diem ga sih?!" Pintaku setengah berteriak.

Ia tersentak, namun kembali pada ekspresi awal.

"Gue cuma ga mau lo nungguin yang ga jelas" tuturnya.

"Dia udah janji sama gue! Dia harus dateng--ha--harus" ucapku tertatih.

Dan untuk kali ini, aku kembali menangis. Saat ia pergi, entah kenapa air mata ini enggan untuk keluar. Padahal saat itu aku merasakan hatiku tercabik-cabik, hati yang aku jaga untuk nya telah rusak.

Sekarang, saat aku melambungkan harapan tinggi, ia tidak datang. Saat aku menanti begitu lama nya, ia tidak datang. Saat aku ingin memperbaiki hatiku, ia tidak datang.

Tanpa kusadari, pipiku basah dan mataku memanas.

Aku menangis, untuk kesekian kalinya.

"Reina, lo tau? Sesuatu--bahkan seseorang yang emang buat lo, mereka bakalan balik lagi ke rumah"

"Maaf ga maaf" dan hanyalah kata maaf yang mampu kuucapkan untuknya.

Untuk seseorang dihadapanku, yang memberikan waktunya selama 6 bulan ini.

Aku terisak dan yang kulakukan hanyalah memeluknya, erat.

Maafin gue Arga, gue tetep nunggu dia.
.
.
.
" If something destined for you, never in million years it will be for somebody else " -anonymous

How To Hide The FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang