CHAPTER 3

5.8K 486 27
                                    

Note:
Terima kasih buat semua yang sudah meluangkan waktu membaca atau sekedar melihat, terutama yang vomment. Thanks all...

Happy reading

Hari masih sangat pagi, atau bisa dibilang masih dini hari. Jam digital yang terletak di atas meja berwarna putih dengan desain sederhana itu, baru  menunjukkan pukul 02.53 am.
Ruangan dimana meja itu berada yang merupakan sebuah kamar tidur, terlihat berantakan dengan selimut yang tidak tertata rapi. Bantal - bantal  teronggok di lantai, dan beberapa buah kaos juga celana tampak berserakan.

Sesosok pemuda yang hanya mengenakan celana piyama tampak duduk di salah satu ujung tempat tidur, menghadap ke jendela yang tirainya terbuka setengah.

Ruang tidur itu gelap, hanya cahaya lampu temaram dari arah luar yang sedikit menerangi. Membentuk bayangan dan siluet benda - benda di dalamnya, termasuk sosok pemuda dengan rambut yang berantakan duduk termenung seorang diri.

Mata birunya menatap kosong kedepan. Wajahnya terlihat bingung dan putus asa. Terlihat pula lingkaran hitam disekitat matanya, menandakan sudah beberapa hari ini tidurnya kurang baik.

Tepatnya sudah lima hari Naruto, pemuda itu selalu terbangun di tengah malam dan tidak mampu lagi memejamkan mata hingga pagi menjelang. Ingatannya tentang kejadian di festival tidak bisa hilang dari otaknya.

Ingatan tentang wajah seseorang, wajah sahabatnya. Juga rasa bibir yang begitu manis yang sudah dengan lancang dirasakannya. Rasa bersalah memenuhi hatinya, ingin meminta maaf, tapi untuk bertemu dengan orangnya langsung saja dia belum berani.
Naruto sendiri tidak tahu, apa yang sudah mendorongnya melakukan itu. Saat itu, dia hanya melihat wajah Sasuke yang begitu indah tersinari cahaya kembang api. Bersinar dan menakjubkan.

Menyentuh sudut bibirnya yang sedikit membiru, Naruto tersenyum miris. Yah, setelah dengan tidak tahu diri mencium Sasuke, begitu pria itu sadar apa yang dilakukan Naruto padanya, Sasuke reflek mendorong Naruto dan langsung mendaratkan pukulannya ke wajah si pirang.  Cukup keras, membuat sudut bibirnya robek dan berdarah. Saat itu Naruto sudah siap jika Sasuke menghajarnya hingga sekarat. Tapi yang dilihatnya adalah, Sasuke yang terlihat bingung entah karena apa. Mundur perlahan sambil memandangi tangannya yang baru saja mendarat di wajah Naruto. Berbalik dan akhirnya berjalan pergi dari tempat itu.

Naruto sendiri hanya diam memandangi punggung Sasuke yang makin menjauh. Sebenarnya dia ingin mengejar pria itu, meminta maaf, atau apapun agar semuanya kembali normal, tapi kakinya sulit digerakkan, mulut tak mampu untuk bicara meski hanya untuk memanggil nama pria yang kini sudah jauh meninggalkannya sendirian di tempat itu.

Sudah lima hari pula Naruto tidak bertemu Sasuke, tepatnya tidak berani menemui pria itu. Meski pada kenyataannya setiap hari dia melihat Sasuke. Setiap hari, di jam biasanya Sasuke selalu keluar untuk makan siang Naruto sudah ada di kafe di seberang perpustakaan. Duduk di dekat jendela sambil mengamati pria itu dari jauh. Diam - diam dia bersyukur melihat Sasuke yang sepertinya baik - baik saja.

Tidak bisa melanjutkan tidur, Naruto memutuskan untuk mandi. Berharap air dingin di malam hari dapat sedikit menjernihkan otaknya.

Membuka celananya, membiarkan air dari shower membasahi kepala dan seluruh tubuhnya. Dengan kedua tangan berpegangan pada dinding, Naruto menunduk, memandangi aliran air di kakinya. Berfikir, apa yang harus dia lakukan untuk memperbaiki keadaan seperti semula.

⭐⭐⭐

"Wajahmu kenapa, kau ada masalah?''. Sosok pria setengah baya berambut putih yang kini sedang menikmati sarapannya, bertanya pada pria berambut raven yang duduk di hadapannya sambil menunduk dan hanya mengaduk- aduk makanan di depannya.

Unexpected LoveWhere stories live. Discover now