08. HARI TERKONYOL

3.5K 216 7
                                    

Rara duduk dibelakang tembok yang besar sambil memakan makanan yang ada ditangannya. Dia memakan dengan lahap. Rasa lapar sekarang tidak mengahantuinya lagi. Ia melihat ada orang yang berdiri dihadapannya. Dia bu Ayu.

"RARA KAMU TIDAK PUASA? KAMU MEMANG! ARGH AYO IKUT SAYA. KAMU HARUS DIBERI HUKUMAN "

"hhuaa jangan bu. Jangan hukum saya. Saya akan puasa bu" teriak Rara.

Fatimah menggoyangkan tubuh Rara pelan. Rara bangun dengan gelagapan.

"Kakak mimpi buruk ya?"

"Gila mimpi aneh gue. Oh ya kita nggak sahur?"

"Saya sudah kak. Ayo saya antar kak"

Fatimah dan Rara berjalan menuju tempat makan. Sepi. Hanya ada beberapa orang. Rara mendekati meja makan hanya ada nasi yang atasnya diberi garam. Awalnya Rara tidak mau memakan makanan itu. Terpaksa. Itu yang ada dipikiran Rara.

Rara memakan "nasi asin" dengan ogah-ogahan. Fatimah tertawa kecil.

"Ini makanan apaan coba. Asin banget! Kebelet kawin gue jadinya"

"Kakak nggak boleh mencela makanan. Rasulullah saja jika tidak suka dengan makanan, beliau pasti tidak memakannya"

"Oke. Nggak gue ulangin yangg penting ini perut harus keisi biar gue kuat puasa" kata Rara sambil menepuk pelan perutnya.

⏪⏩
Pukul 06.00 kegiatan di pondok adalah senam pagi bersama dengan santriwati lainnya. Rara hanya diam tidak mengikuti senam, tidak sengaja ia melihat bu Ayu menatapnya geram. Spontan ia langsung mengikuti gerakan senam dengan semangat dan tersenyum jail pada bu Ayu. Ia takut dengan bu Ayu, wajahnya yang imut tapi sifatnya seperti harimau. Fatimah dan Dinda tertawa kecil melihat tingkah Rara.

⏪⏩
Setelah senam Rara duduk di bangku taman sendirian. Dilihatnya beberapa santriwati yang membawa pakaiannya menuju belakang pondok. Fatimah mendekati Rara untuk mengajaknya mencuci baju.

Sesampainya di tempat mencuci baju. Rara terkejut setengah mati. Banyak sekali santriwati yang mencuci pakaian sendiri

"Gue harus cuci baju sendiri?" Kata Rara menatap Fatimah dan Dinda.

Secara Rara memang mencuci baju sendiri, tapi menggunakan mesin cuci di apartemennya di Amerika.

Mereka berdua mengangguk.

"Anjir! Gue nggak tau caranya nyuci baju. Emang kalo laundry aja nggak boleh?"

"Haha memang ini Amerika kak? Kakak harus mandiri. Nanti kalo bu Ayu tau kakak melaundrykan pakaian kakak. Pasti bu Ayu marah banget"

Rara memanyunkan bibirnya. Dia melihat kearah teras pondok dilihatnya bu Ayu yang sedang memantau para santriwati yang sedang mencuci. Rara menatap bu Ayu dan tidak sengaja Rara dan bu Ayu beratatapan. Rara langsung duduk dan mulai memasukkan bajunya diember.

"Ini gimana caranya?" Dengan cemas.

Fatimah duduk disamping Rara dan mengajarinya mencuci.

"Gini lo kak" kata Fatimah sambil mempraktekan cara mencuci.

"Gila! Ini susah banget" kata Rara melempar pakaian ke ember.

Rara tidak menyerah. Ia mengulangi apa yang Fatimah ajarkan. Walau memakan waktu yang cukup lama, akhirnya Rara berhasil menyelesaiakn cuciannya.

Rara, Fatimah dan Dinda kembali kekamar. Mereka bertiga merebahkan tubuhnya di kasur. Rara mendengus kesal dan melepaskan jilbabnya yang terpakai.

"Kenapa kita harus puasa di hari senin sih? Setau gue puasa itu ya di bulan Ramadhan" kata Rara terengah-engah

Fatimah langsung bangkit dan duduk menatap Rara.

"Bismilah. Ini puasa sunnah kak. Jika dilakukan mendapat pahala, jika tidak dilakukan tidak mendapat pahala. Gitu kak"

"Hah? Mending tadi gue nggak usah puasa. Gue kira ini puasa wajib"

"Bukan hanya itu kak. Kata abi saya ini puasa sunnah yang dianjurkan Rasulullah. Ini hari senin hari kelahiran Rasulullah ,jadi kita menghormati hari kelahiran Rasulullah dengan puasa" cerocos Fatimah.

"Oh gitu"

Rara mengangguk paham. Dia kembali merebahkan badannya dikasur. Ia melihat jilbab di tangannya. Terlintas dipikiran Rara kata-kata Rasyid semalam. Seorang wanita harus menutup auratnya.

"Semalem gue ketemu sama Rasyid di asrama cowo"

"Astagfirullah. Kakak menyelinap lagi ke asrama cowo? Ketemu sama bang Rasyid?" Tanya Fatimah.

"Iya gue ketemu sama dia. Dia jelasin sama gue pentingnya nutup aurat bagi perempuan"

Fatimah tersenyum mendengar perkataan Rara dan mulai mengambil tasbihnya untuk berdzikir. Rara masih memandangi jilbabnya.

Ia menutup matanya. Rara memutar kembali kejadian hari ini. Ada tawa yang keluar dari mulut Rara.

"Kalo dinget-inget hari ini konyol banget dari bangun tidur sampe detik ini masih buat gue bingung plus ketawa sendiri"

Akhirnya Rara, Fatimah dan Dinda tertawa mengingat kejadian hari ini.
⏪⏩
Makasih buat yang masih nyempetin baca. Maaf agak panjang dan mulai ngebosenin. Tapi tetet jangan lupa komen sama ngevote ya. Kritik dan saran boleh kok....

Makasihh :)

Ra&Ra[SPIRITUAL-01]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang